Maksudnya pada zahir, Salik bergaul dengan manusia dan pada batinnya dia kekal bersama Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ada dua jenis khalwat yaitu Khalwat eksternal atau disebut sebagai
Khalwat Saghir yakni khalwat kecil dan Khalwat Internal atau disebut
sebagai Khalwat Kabir yang berarti khalwat besar atau disebut sebagai
Jalwat. Khalwat eksternal mengharuskan Salik agar mengasingkan dirinya
di tempat yang sunyi dan jauh dari kesibukan manusia. Sendirian Salik
berfokus kepada zikirullah dan Muraqabah untuk mencapai kesaksian
Kebesaran dan Keagungan Kerajaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bila sudah
mencapai fana melalui zikir pikir dan semua indera eksternal difanakan,
pada waktu itu indera internal bebas menenjelajahi ke Alam Kebesaran
dan Keagungan Kerajaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.Ini berikutnya akan
membawa ke Khalwat Internal.
Khalwat Internal berarti berkhalwat dalam kesibukan manusia. Hati
Salik harus selalu hadir ke Hadhrat Allah dan hilang dari makhluk sedang
jasmaninya sedang hadir bersama mereka. Dikatakan bahwa seseorang Salik
yang Haq senantiasa sibuk dengan dzikir khafi di dalam hatinya sehingga
jika dia masuk ke dalam keramaian manusia, dia tidak mendengar suara
mereka. Karena itu ia dinamakan Khalwat Kabir dan Jalwat yakni berzikir
dalam kesibukan manusia. Kondisi berzikir itu mengatasi dirinya dan
penzahiran Hadhrat Suci Tuhan sedang menariknya membuatnya tidak
menghiraukan segala sesuatu yang lain kecuali Tuhannya. Ini merupakan
tingkat khalwat yang tertinggi dan dianggap sebagai khalwat yang
sebenarnya seperti yang disebutkan dalam ayat Al-Quran Surah An-Nur ayat
37:
Para pria yang tidak dilalaikan oleh bisnis dan tidak pula oleh jual
beli dari mengingati Allah, dan dari mendirikan shalat, dan dari
membayarkan zakat, mereka takut kepada suatu hari yang hati dan
penglihatan menjadi goncang.
“Rijalun La Tulhihim Tijaratun Wala Bay’un ‘An Zikrillah,” berarti para
pria yang tidak dilalaikan oleh bisnis dan jual beli dari mengingat
Allah. Inilah merupakan jalan Tariqat Naqshbandiyah.Hadhrat Khwajah Shah
Bahauddin Naqshband Qaddasallahu Sirrahu telah ditanyakan orang bahwa
apa yang menjadi dasar untuk Tariqatnya?
Beliau menjawab, “Berdasarkan Khalwat Dar Anjuman, yakni zahir berada
bersama Khalaq dan batin hidup bersama Haq serta menempuh kehidupan
dengan menganggap bahwa Khalaq memiliki hubungan dengan Tuhan. Sebagai
Salik dia tidak bisa berhenti dari menuju ke maksudnya yang hakiki. ”
Sebagaimana mafhum sabdaan Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Padaku ada dua sisi. Satu sisiku
menghadap ke arah Penciptaku dan satu sisi lagi menghadap ke arah
makhluk ciptaan. ”
Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih berkata, “Tariqatuna As-Suhbah
Wal Khayru Fil jam’iyyat.” Yang berarti, “Jalan Tariqah kami adalah
dengan cara bersahabat dan kebaikan itu dalam jemaah Jam’iyat.”
Khalwat yang utama di sisi Para Masyaikh Naqshbandiyah adalah Khalwat
Dalaman karena mereka selalu berada bersama Tuhan mereka dan pada waktu
yang sama mereka berada bersama dengan manusia. Adalah dikatakan bahwa
seseorang beriman yang dapat bercampur gaul dengan manusia dan
menanggung berbagai masaalah dalam kehidupan adalah lebih baik dari
orang beriman yang menghindarkan dirinya dari manusia.
Hadhrat Imam Rabbani Rahmatullah ‘alaih telah berkata, “Perlulah
diketahui bahwa Salik pada awal jalannya mungkin menggunakan khalwat
eksternal untuk memisahkan dirinya dari manusia, beribadah dan
bertawajjuh kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sehingga dia mencapai
tingkat derajat yang lebih tinggi. Pada waktu itu dia akan disarankan
oleh Syeikhnya seperti kata-kata Sayyid Al-Kharraz Rahmatullah ‘alaih
yaitu kesempurnaan bukanlah dalam memamerkan karamah yang hebat-hebat
tetapi kesempurnaan yang sebenarnya adalah untuk duduk bersama manusia,
berjual beli, jima dan mendapatkan keturunan dan dalam pada itu
sekali-kali tidak meninggalkan Kehadiran Allah meskipun sejenak. ”
Hadhrat Shah ‘Abdullah Ghulam’ Ali Dehlawi Rahmatullah ‘alaih
berkata, “Dari masamu, jangan ada suatu waktu pun yang engkau tidak
berdzikir dan bertawajjuh dan mengharapkan Kehadiran Allah Ta’ala dan
bertemulah dengan manusia dan berzikirlah meskipun berada di dalam
keramaian dan selalu berjaga- jaga memperhatikan limpahan Allah. ”
Berkata Penyair, “Limpahan Faidhz Al-Haq datang tiba-tiba tetapi
hatiku memperhatikan waridnya, Biarpun di waktu sekali kedipan mata
namun diriku sekali-kali tidak leka, bisa jadi Dia sedang
memperhatikanmu dan dikau tidak memperhatikannya.”
Hal kondisi ini dinamakan Khalwat Dar Anjuman yaitu Kainun Haqiqat Wa
Bainun Surat yakni hakikat dirinya berzama Zat Tuhan dan tubuh bersama
makhluk ciptaan Tuhan. Masyaikh menggelarkannya sebagai Sufi Kain
Bain. Kedelapan dasar Tariqat ini diperkenalkan oleh Hadhrat Khwajah
Abdul Khaliq Ghujduwani Rahmatullah ‘alaih dan menjadi ikutan 40 Tariqat
yang lain dan sampai ke hari ini menjadi dasar yang teguh untuk
seseorang hamba Allah kembali menuju kepada Tuhannya.
Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaihi telah menerima delapan
dasar Tariqat ini dari Hadhrat Khwajah Abdul Khaliq Ghujduwani dan
beliau telah menambahkan tiga dasar Tariqat yaitu Wukuf Qalbi, Wukuf’
adadi dan Wukuf Zamani menjadi sebelas dasar.
Hosh Dar Dam Khalwat Dar Anjuman; Yad kard Yad Dasyat. Nazar Bar Qadam Safar Dar Watan; Baz Gasht Nigah Dasyat.
Senantiasa sadar dalam napas ketika berkhalwat bersama khalayak;
Kerjakanlah Zikir dan ingatlah Zat-Nya dengan
sungguh-sungguh. Perhatikan setiap langkah ketika bersafar di dalam
kampung; Sekembalinya dari merayau, perhatikanlah limpahan Ilahi keras.
Wukuf Qalbi Wukuf ‘adadi, Wukuf Zamani Bi Dawam Agahi.
Ingatlah Allah tetap di hati, jumlah dan waktu dengan selalu sadar pencegahan.
dari : http://zikir.spi-blog.com/2012/04/14/sendirian-dalam-keramaian/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon mengisi Komentar karena kritik, saran & komentar sangat kami butuhkan...