Senin, 23 April 2012

Sendirian Dalam Keramaian

Maksudnya pada zahir, Salik bergaul dengan manusia dan pada batinnya dia kekal bersama Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ada dua jenis khalwat yaitu Khalwat eksternal atau disebut sebagai Khalwat Saghir yakni khalwat kecil dan Khalwat Internal atau disebut sebagai Khalwat Kabir yang berarti khalwat besar atau disebut sebagai Jalwat. Khalwat eksternal mengharuskan Salik agar mengasingkan dirinya di tempat yang sunyi dan jauh dari kesibukan manusia. Sendirian Salik berfokus kepada zikirullah dan Muraqabah untuk mencapai kesaksian Kebesaran dan Keagungan Kerajaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bila sudah mencapai fana melalui zikir pikir dan semua indera eksternal difanakan, pada waktu itu indera internal bebas menenjelajahi  ke Alam Kebesaran dan Keagungan Kerajaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.Ini berikutnya akan membawa ke Khalwat Internal.

Khalwat Internal berarti berkhalwat dalam kesibukan manusia. Hati Salik harus selalu hadir ke Hadhrat Allah dan hilang dari makhluk sedang jasmaninya sedang hadir bersama mereka. Dikatakan bahwa seseorang Salik yang Haq senantiasa sibuk dengan dzikir khafi di dalam hatinya sehingga jika dia masuk ke dalam keramaian manusia, dia tidak mendengar suara mereka. Karena itu ia dinamakan Khalwat Kabir dan Jalwat yakni berzikir dalam kesibukan manusia. Kondisi berzikir itu mengatasi dirinya dan penzahiran Hadhrat Suci Tuhan sedang menariknya membuatnya tidak menghiraukan segala sesuatu yang lain kecuali Tuhannya. Ini merupakan tingkat khalwat yang tertinggi dan dianggap sebagai khalwat yang sebenarnya seperti yang disebutkan dalam ayat Al-Quran Surah An-Nur ayat 37:
Para pria yang tidak dilalaikan oleh bisnis dan tidak pula oleh jual beli dari mengingati Allah, dan dari mendirikan shalat, dan dari membayarkan zakat, mereka takut kepada suatu hari yang hati dan penglihatan menjadi goncang.
“Rijalun La Tulhihim Tijaratun Wala Bay’un ‘An Zikrillah,” berarti para pria yang tidak dilalaikan oleh bisnis dan jual beli dari mengingat Allah. Inilah merupakan jalan Tariqat Naqshbandiyah.Hadhrat Khwajah Shah Bahauddin Naqshband Qaddasallahu Sirrahu telah ditanyakan orang bahwa apa yang menjadi dasar untuk Tariqatnya?
Beliau menjawab, “Berdasarkan Khalwat Dar Anjuman, yakni zahir berada bersama Khalaq dan batin hidup bersama Haq serta menempuh kehidupan dengan menganggap bahwa Khalaq memiliki hubungan dengan Tuhan. Sebagai Salik dia tidak bisa berhenti dari menuju ke maksudnya yang hakiki. ”
Sebagaimana mafhum sabdaan Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Padaku ada dua sisi. Satu sisiku menghadap ke arah Penciptaku dan satu sisi lagi menghadap ke arah makhluk ciptaan. ”
Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih berkata, “Tariqatuna As-Suhbah Wal Khayru Fil jam’iyyat.” Yang berarti, “Jalan Tariqah kami adalah dengan cara bersahabat dan kebaikan itu dalam jemaah Jam’iyat.”
Khalwat yang utama di sisi Para Masyaikh Naqshbandiyah adalah Khalwat Dalaman karena mereka selalu berada bersama Tuhan mereka dan pada waktu yang sama mereka berada bersama dengan manusia. Adalah dikatakan bahwa seseorang beriman yang dapat bercampur gaul dengan manusia dan menanggung berbagai masaalah dalam kehidupan adalah lebih baik dari orang beriman yang menghindarkan dirinya dari manusia.
Hadhrat Imam Rabbani Rahmatullah ‘alaih telah berkata, “Perlulah diketahui bahwa Salik pada awal jalannya mungkin menggunakan khalwat eksternal untuk memisahkan dirinya dari manusia, beribadah dan bertawajjuh kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sehingga dia mencapai tingkat derajat yang lebih tinggi. Pada waktu itu dia akan disarankan oleh Syeikhnya seperti kata-kata Sayyid Al-Kharraz Rahmatullah ‘alaih yaitu kesempurnaan bukanlah dalam memamerkan karamah yang hebat-hebat tetapi kesempurnaan yang sebenarnya adalah untuk duduk bersama manusia, berjual beli, jima dan mendapatkan keturunan dan dalam pada itu sekali-kali tidak meninggalkan Kehadiran Allah meskipun sejenak. ”
Hadhrat Shah ‘Abdullah Ghulam’ Ali Dehlawi Rahmatullah ‘alaih berkata, “Dari masamu, jangan ada suatu waktu pun yang engkau tidak berdzikir dan bertawajjuh dan mengharapkan Kehadiran Allah Ta’ala dan bertemulah dengan manusia dan berzikirlah meskipun berada di dalam keramaian dan selalu berjaga- jaga memperhatikan limpahan Allah. ”
Berkata Penyair, “Limpahan Faidhz Al-Haq datang tiba-tiba tetapi hatiku memperhatikan waridnya, Biarpun di waktu sekali kedipan mata namun diriku sekali-kali tidak leka, bisa jadi Dia sedang memperhatikanmu dan dikau tidak memperhatikannya.”
Hal kondisi ini dinamakan Khalwat Dar Anjuman yaitu Kainun Haqiqat Wa Bainun Surat yakni hakikat dirinya berzama Zat Tuhan dan tubuh bersama makhluk ciptaan Tuhan. Masyaikh menggelarkannya sebagai Sufi Kain Bain. Kedelapan dasar Tariqat ini diperkenalkan oleh Hadhrat Khwajah Abdul Khaliq Ghujduwani Rahmatullah ‘alaih dan menjadi ikutan 40 Tariqat yang lain dan sampai ke hari ini menjadi dasar yang teguh untuk seseorang hamba Allah kembali menuju kepada Tuhannya.
Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaihi telah menerima delapan dasar Tariqat ini dari Hadhrat Khwajah Abdul Khaliq Ghujduwani dan beliau telah menambahkan tiga dasar Tariqat yaitu Wukuf Qalbi, Wukuf’ adadi dan Wukuf Zamani menjadi sebelas dasar.
Hosh Dar Dam Khalwat Dar Anjuman; Yad kard Yad Dasyat. Nazar Bar Qadam Safar Dar Watan; Baz Gasht Nigah Dasyat.
Senantiasa sadar dalam napas ketika berkhalwat bersama khalayak; Kerjakanlah Zikir dan ingatlah Zat-Nya dengan sungguh-sungguh. Perhatikan setiap langkah ketika bersafar di dalam kampung; Sekembalinya dari merayau, perhatikanlah limpahan Ilahi keras.
Wukuf Qalbi Wukuf ‘adadi, Wukuf Zamani Bi Dawam Agahi.
Ingatlah Allah tetap di hati, jumlah dan waktu dengan selalu sadar pencegahan.

dari : http://zikir.spi-blog.com/2012/04/14/sendirian-dalam-keramaian/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon mengisi Komentar karena kritik, saran & komentar sangat kami butuhkan...