Jumat, 25 Mei 2012

Masuk Islamnya dr (Hitler) Poch

Oleh : Ahmad Zuhri Muhtar

Setelah banyak diberitakan oleh sejumlah media khususnya media online, keberadaan dr Poch seorang dokter asal Jerman yang juga diduga sebagai Hitler itu kini semakin redup. Tidak seorang pun atau lembaga manapun yang melakukan investigasi tentang keberadaan dokter yang sempat bertugas di RSU Sumbawa Besar ini terutama yang berhubungan dengan dugaan banyak orang bahwa dia adalah Hitler yang misterius itu.

Namun saya sebagai seorang yang telah dijadikan narasumber oleh beberapa media online terus mendapat pertanyaan dari masarakat Indonesia melalui email atau telpon. Mereka menanyakan tentang apakah benar dr Poch adalah Hitler. Tentu saja saya menjawab tidak tahu karena yang saya ketahui bahwa orang yang disebut mirip dengan Hitler itu benar-benar telah bertugas di Sumbawa Besar.

Rumah bekas kediamannya sampai hari ini masih terawat karena di rumah itu terakhir ditinggali oleh dr Haji Ziad Umar alm. Rumah Dinas itu berada di komplek RSU Sumbawa Besar. Sedangkan tempat peraktek dr Poch dahulu yakni BKIA Seketeng Sumbawa Besar kini sudah berubah menjadi Puskesmas begitu pula dengan bangunan nya.

Ketika datang dan bertugas di Sumbawa Besar, dr Poch ditemani isterinya yang asal Jerman. dr Poch sempat ditemani isterinya selama beberapa tahun di Sumbawa Besar dan terakhir isterinya itu tiba-tiba tersiar kabar sudah pergi meninggalkan dr Poch seorang diri di Sumbawa Besar. Kabarnya sang isteri pulang ke Jerman menyusul keluarganya yang berada disana karena dr Poch tetap tidak mau kembali ke Jerman dan memilih menetap di Sumbawa Besar.
Tentang kebenaran dr Poch memeluk agama Islam saya benarkan seperti banyak orang Sumbawa seusia saya yang pernah menjadi saksi hidupnya. Dr Poch memeluk Islam setelah ia ditinggal pergi isterinya dan sebelum menikah dengan seorang keturunan Jawa di Sumbawa Besar. Kalau saya tidak salah dr Poch, mengucapkan dua Kalimah Syahadat di depan Imam Besar Mesjid Nurul Huda Sumbawa Besar bapak Haji Abdullah Kafi alm seorang Ulama NU di Sumbawa. Kemudian resepsi pernikahan nya dilakukan di Wisma Daerah yang dulu menjadi Istana Sultan Sumbawa Muhammad Kaharuddin III. Sayangnya saya tidak ingat persis tahun berapa, namun jika saya urutkan dengan usia saya (saya lahir tahun 1955 ) maka saya perkirakan waktu itu tahun enam puluhan ke atas.

Saya pun tidak mengetahui dengan persis kapan dr Poch meninggalkan Sumbawa Besar, namun beberapa tahun setelah peristiwa PKI saya baru mengetahui bahwa dr Poch sudah pindah ke Jawa tepatnya di Surabaya dan terakhir beredar kabar di Sumbawa bahwa orang yang diduga Hitler itu telah meninggal dunia dan dimakamkan di Surabaya.

Pengalaman paling menarik yang masih terpatri dalam ingatan saya dengan dr Poch saat itu adalah ketika sebuah kapal berlabuh dilepas pantai Labuhan Sumbawa, Sumbawa Besar. Kapal tersebut yang terakhir baru saya ketahui adalah Kapal Rumah Sakit yang memberikan pengobatan gratis kepada masyarakat. Saat itu saya diajak paman saya alm. Haji Muhammad Zain Anwar yang saat itu menjabat Kepala Sekolah Guru Bawah SGB, naik ke atas kapal yang kalau tidak salah bernama Hope dan ditemani dr Poch. Saya bahkan sempat digendong dr Poch ketika naik dari boot ke atas kapal.

Diatas kapal yang besar itu banyak terlihat orang bule dan sedikit sekali orang Indonesia. Karena saya tidak sebagai pasien maka saya lebih banyak bermain di atas kapal. Ketika pulang saya diberikan bingkisan susu bubuk oleh orang-orang bule itu. Keesokan harinya para bule yang kebanyakan wanita itu diajak menyaksikan Kerapan Kerbau salah satu permainan orang Sumbawa. Siang harinya para kru kapal Hope itu mampir di rumah paman saya yang fasih berbahasa Jerman. Ditempat ini mereka disajikan masakan khas Sumbawa Sepat dan Singang. Kelihatanya mereka sangat senang kala itu dan saya pun kembali mendapat hadiah jam tangan dari salah seorang bule itu. Selama didarat para ABK kapal Hope itu selalu ditemani dr Poch.

Dimata saya, dr Poch adalah orang yang peramah dan lemah lembut. Hanya saja kelihatannya sangat angker. Tetapi jika tidak dalam tugas ia sering bertandang kerumah-rumah pejabat atau tokoh masarakat di Sumbawa Besar. Disitulah saya melihat dr Poch sarat dengan keramahtamahan bahkan jika datang ke rumah paman saya ia selalu terlihat bercanda dan tidak lupa membawakan kami permen kelereng (sebutan kami untuk permen yang berbetuk seperti kelereng)

Dr Poch tidak merokok dan dia sangat tidak suka dengan orang yang merokok. Satu ketika ia bertandang ke rumah paman. Saat itu paman saya sedang menghisap rokok dan langsung saja dr Poch mengambil rokok tersebut dari mulut paman saya. Saya masih ingat kata-katanya saat itu. “Pak Zein mau cepat mati? ujar dr Poch. Paman saya sebenarnya tidak merokok. Ia baru merokok jika ada yang memberinya rokok.

Saya sudah berupaya mencari tahu ke sejumlah instansi terkait khususnya Rumah Sakit Umum Sumbawa Besar dan Dinas Kesehatan setempat tentang keberadaan dr Poch. Tidak ada catatan sedikit pun, misalnya tahun mulai bekerja dll apalagi ingin tahu alumni fakultas kedokteran mana yang bersangkutan. Melalui tulisan ini saya menghimbau kepada siapapun yang pernah tahu tentang keberadaan dokter asal Jerman itu untuk membuka catatan-catatannya agar ke depan bisa lebih jelas terutama tentang dugaan sementara orang yang menyebut nya sebagai Hitler. Lepas dari semua dugaan itu suka tidak suka, dr Poch telah memberikan sumbangsihnya yang tidak kecil bagi masyarakat Tana’ Samawa’. Dan bagi siapa saja yang masih menduga nya sebagai Hitler saya mohon untuk segera melakukan investigasi agar kita segera pula tahu, benar atau tidak dr Poch adalah Hitler.

dr Poch kini sudah tiada. Semoga dengan ke Islamannya diakhir hidupnya ia ditempatkan Allah SWT di Sisi NYA dan mengampuni semua dosa-dosa dalam hidupnya. Amien Ya Rabbal Aalamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon mengisi Komentar karena kritik, saran & komentar sangat kami butuhkan...