tag:blogger.com,1999:blog-88176983760367432992024-02-07T19:24:17.666-08:00Masjid Baiturrohman Leuwibandung Dayeuhkolot Kab. BandungMedia Informasi & Dakwah Masjid BaiturrohmanAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.comBlogger40125tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-63466528014826918762012-10-10T20:51:00.004-07:002012-10-10T20:51:40.491-07:00HAKEKAT RAHASIA SHOLAT<br /><h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}">
<span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Bahwasanya
diceritakan dari Abdullah Bin Umar r.a, katanya adalah kamu berduduk
pada suatu orang kelak ke hadapan Rasulullah SAW, minta belajar ilmu
Jibril a.s, daripada ilmu yang sempurna dunia dan akhirat, yaitu
membiasakan dari hakikat didalam shalat lima waktu yaitu wajib bagi kita
untuk mengetahuinya. Yang harus mereka ketahui pertama kali hakikat
shalat ini supaya sempurna kamu menyembah Allah, bermula hakikatnya
didalam shalat itu atas 4 (empat) perkara :<br /> 1. BERDIRI (IHRAM).<br /> 2. RUKU’ (MUNAJAH).<br /> 3. SUJUD (MI’RAJ).<br /> 4. DUDUK (TABDIL).<br /> <br /> Adapun hakikatnya :<br /> <br />
1. BERDIRI ( IHRAM) itu karena huruf ALIF asalnya dari API, bukan api
pelita dan bukan pula api bara. Adapun artinya API itu bersifat
JALALULLAH, yang artinya sifat KEBESARAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas
2 (dua) perkara :<br /> • KUAT.<br /> • LEMAH.<br /> Yang merupakan kudrat
dan iradat-Nya juga, karena hamba itu tidak mempunyai KUAT dan LEMAH
karena hamba itu di-KUAT-kan dan di-LEMAH-kan oleh ALLAH, bukannya
kudrat dan iradat Allah itu lemah. Adapun kepada hakikatnya yang sifat
lemah itu shalat pada sifat kita yang baharu ini. Adapun yang
dihilangkan tatkala BERDIRI itu adalah pada segala AP’AL (perbuatan)
hamba yang baharu.<a name='more'></a><br /> <br /> 2. RUKU’ (MUNAJAH) itu karena huruf LAM
Awal, asalnya dari ANGIN, bukannya angin barat dan bukan pula angin
timur. Adapun artinya ANGIN itu bersifat JAMALULLAH yang artinya sifat
KEELOKAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :<br /> • TUA.<br /> • MUDA.<br />
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak
mempunyai TUA dan MUDA. Adapun yang dihilangkan tatkala RUKU’ itu adalah
pada segala ASMA (nama) hamba yang baharu.<br /> <br /> 3. SUJUD (MI’RAJ)
itu karena huruf LAM Akhir, asalnya dari AIR, bukannya air laut dan
bukan pula air sungai. Adapun artinya AIR itu bersifat QAHAR ALLAH yang
artinya sifat KEKERASAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :<br /> • HIDUP.<br /> • MATI.<br />
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak pun
mempunyai HIDUP dan MATI. Adapun yang dihilangkan tatkala SUJUD itu
adalah pada segala NYAWA (sifat) hamba yang baharu.<br /> <br /> 4. DUDUK
(TABDIL) itu karena huruf HA, asalnya dari TANAH, bukannya pasir dan
bukan pula tanah lumpur. Adapun artinya TANAH itu bersifat KAMALULLAH
yang artinya sifat KESEMPURNAAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua)
perkara :<br /> • ADA.<br /> • TIADA.<br /> Yang merupakan kudrat dan
iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak ADA dan TIADA. Adapun yang
dihilangkan tatkala DUDUK itu adalah pada segala WUJUD/ZAT hamba yang
baharu, karena hamba itu wujudnya ADAM yang artinya hamba tiada
mempunyai wujud apapun karena hamba itu diadakan/maujud, hidupnya hamba
itu di-hidupkan, matinya hamba itu di-matikan dan kuatnya hamba itu
di-kuatkan.<br /> <br /> Itulah hakikatnya shalat. Barangsiapa shalat tidak
tahu akan hakikat yang empat tersebut diatas, shalatnya hukumnya KAFIR
JIN dan NASRANI, artinya KAFIR KEPADA ALLAH, ISLAM KEPADA MANUSIA, yang
berarti KAFIR BATHIN, ISLAM ZHAHIR, hidup separuh HEWAN, bukannya hewan
kerbau atau sapi. Tuntutan mereka berbicara ini wajib atas kamu. Jangan
shalat itu menyembah berhala !!!.<br /> <br /> INILAH PASAL<br /> Masalah yang menyatakan sempurnanya orang TAKBIRATUL IHRAM, yaitu hendaklah tahu akan MAQARINAHNYA.<br /> Bermula MAQARINAH shalat itu terdiri atas 4 (empat) perkara :<br /> 1. BERDIRI (IHRAM).<br /> 2. RUKU’ (MUNAJAH).<br /> 3. SUJUD (MI’RAJ).<br /> 4. DUDUK (TABDIL).<br /> Adapun hakikatnya :<br /> <br />
• Adapun hakikatnya BERDIRI (IHRAM) itu adalah TERCENGANG, artinya :
tiada akan tahu dirinya lagi, lupa jika sedang menghadap Allah Ta’ala,
siapa yang menyembah?, dan siapa yang disembah?.<br /> • Adapun hakikatnya
RUKU’ (MUNAJAH) itu adalah BERKATA-KATA, artinya : karena didalam
TAKBIRATUL IHRAM itu tiada akan menyebut dirinya (asma/namanya), yaitu
berkata hamba itu dengan Allah. Separuh bacaan yang dibaca didalam
shalat itu adalah KALAMULLAH.<br /> • Adapun hakikatnya SUJUD (MI’RAJ) itu adalah TIADA INGAT YANG LAIN TATKALA SHALAT MELAINKAN ALLAH SEMATA.<br /> • Adapun hakikatnya DUDUK (TABDIL) itu adalah SUDAH BERGANTI WUJUD HAMBA DENGAN TUHANNYA.<br /> <br /> Sah dan maqarinahnya shalat itu terdiri atas 3 (tiga) perkara :<br /> 1. QASHAD.<br /> 2. TA’ARADH.<br /> 3. TA’IN.<br /> <br /> Adapun QASHAD itu adalah menyegerakan akan berbuat shalat, barang yang dishalatkan itu fardhu itu sunnah.<br /> <br /> Adapun artinya TA’ARRADH itu adalah menentukan pada fardhunya empat, tiga atau dua.<br /> <br /> Adapun TA’IN itu adalah menyatakan pada waktunya, zhuhur, ashar, maghrib, isya atau subuh.<br /> <br /> INILAH PASAL<br /> <br /> • Adapun sempurnanya BERDIRI (IHRAM) itu hakikatnya :<br /> Nyata kepada AF’AL Allah.<br /> Hurufnya ALIF.<br /> Alamnya NASUWAT.<br /> Tempatnya TUBUH, karena tubuh itu kenyataan SYARIAT. <br /> • Adapun sempurnanya RUKU’ (MUNAJAH) itu hakikatnya :<br /> Nyata kepada ASMA Allah.<br /> Hurufnya LAM Awal.<br /> Alamnya MALAKUT.<br /> Tempatnya HATI, karena hati itu kenyataan THARIQAT.<br /> • Adapun sempurnanya SUJUD (MI’RAJ) itu hakikatnya :<br /> Nyata kepada SIFAT Allah.<br /> Hurufnya LAM Akhir.<br /> Alamnya JABARUT.<br /> Tempatnya NYAWA, karena Nyawa itu kenyataan HAKIKAT.<br /> • Adapun sempurnanya DUDUK (TABDIL) itu hakikatnya :<br /> Nyata kepada ZAT Allah.<br /> Hurufnya HA.<br /> Alamnya LAHUT.<br /> Tempatnya ROHANI, karena ROHANI itu kenyataan MA’RIFAT.<br /> • Adapun BERDIRI (IHRAM) itu kepada SYARIAT Allah.<br /> Hurufnya DAL.<br /> Nyatanya kepada KAKI kita.<br /> • Adapun RUKU’ (MUNAJAH) itu kepada THARIQAT Allah.<br /> Hurufnya MIM.<br /> Nyatanya kepada PUSAT (PUSER) kita.<br /> • Adapun SUJUD (MI’RAJ) itu kepada HAKIKAT Allah.<br /> Hurufnya HA.<br /> Nyatanya kepada DADA kita.<br /> • Adapun DUDUK (TABDIL) itu kepada MA’RIFAT Allah.<br /> Hurufnya MIM Awal.<br /> Nyata kepada KEPALA (ARASY) kita.<br /> Jadi Orang Shalat membentuk huruf AHMAD / MUHAMMAD. <br /> <br /> INILAH PASAL<br /> <br /> Asal TUBUH kita (jasmaniah) kita dijadikan oleh Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :<br /> 1. API.<br /> 2. ANGIN.<br /> 3. AIR.<br /> 4. TANAH.<br /> Adapun NYAWA kita dijadikan Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :<br /> 1. WUJUD.<br /> 2. NUR ILMU.<br /> 3. NUR.<br /> 4. SUHUD.<br /> Adapun MARTABAT Tuhan itu ada 3 (tiga) perkara :<br /> 1. AHADIYYAH.<br /> 2. WAHDAH.<br /> 3. WAHIDIYYAH.<br /> Adapun TUBUH kita dijadikan Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :<br /> 1. WADIY.<br /> 2. MADIY.<br /> 3. MANIY.<br /> 4. MANIKEM.<br /> <br /> INILAH PASAL<br /> <br /> Masalah yang menyatakan jalan kepada Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :<br /> 1. SYARIAT. = AF’AL. = BATANG TUBUH.<br /> 2. THARIQAT. = ASMA. = HATI. DIRI<br /> 3. HAKIKAT. = SIFAT. = NYAWA. KITA<br /> 4. MA’RIFAT. = RAHASIA. = SIR. <br /> <br /> Adapun hakikatnya :<br /> SYARIAT itu adalah KELAKUAN TUBUH.<br /> THARIQAT itu adalah KELAKUAN HATI.<br /> HAKIKAT itu adalah KELAKUAN NYAWA.<br /> MA’RIFAT itu adalah KELAKUAN ROHANI.<br /> <br /> Adapun yang tersebut diatas itu nyata atas penghulu kita Nabi MUHAMMAD. Karena lafadz MUHAMMAD itu 4 (empat) hurufnya yaitu :<br /> 1. MIM Awal.<br /> 2. HA.<br /> 3. MIM Akhir.<br /> 4. DAL.<br /> <br /> Adapun huruf MIM Awal itu ibarat KEPALA.<br /> Adapun huruf HA itu ibarat DADA.<br /> Adapun huruf MIM Akhir itu ibarat PUSAT (PUSER).<br /> Adapun huruf DAL itu ibarat KAKI.<br /> <br /> Adapun huruf MIM Awal itu MAQAM-nya kepada alam LAHUT.<br /> Adapun huruf HA itu MAQAM-nya kepada alam JABARUT.<br /> Adapun huruf MIM Akhir itu MAQAM-nya kepada alam MALAKUT.<br /> Adapun huruf DAL itu MAQAM-nya kepada alam NASUWAT.<br /> <br /> Sah dan lagi lafadz ALLAH terdiri dari 4 (empat) huruf :<br /> 1. ALIF.<br /> 2. LAM Awal.<br /> 3. LAM Akhir.<br /> 4. HA.<br /> <br /> Adapun huruf ALIF itu nyatanya kepada AF’AL Allah.<br /> Adapun huruf LAM Awal itu nyatanya kepada ASMA Allah.<br /> Adapun huruf LAM Akhir itu nyatanya kepada SIFAT Allah.<br /> Adapun huruf HA itu nyatanya kepada ZAT Allah.<br /> <br /> Adapun AF’AL itu nyata kepada TUBUH kita.<br /> Adapun ASMA itu nyata kepada HATI kita.<br /> Adapun SIFAT itu nyata kepada NYAWA kita.<br /> Adapun ZAT itu nyata kepada ROHANI kita.<br /> <br /> INILAH PASAL<br /> <br /> Masalah yang menyatakan ALAM. Adapun ALAM itu atas 2 (dua) perkara :<br /> 1. ALAM KABIR (ALAM BESAR/ALAM NYATA).<br /> 2. ALAM SYAQIR (ALAM KECIL/ALAM DIRI KITA).<br /> Adapun ALAM KABIR itu adalah alam yang NYATA INI.<br /> Adapun ALAM SYAQIR itu adalah alam DIRI KITA INI.<br />
ALAM KABIR (ALAM BESAR) itu sudah terkandung didalam ALAM SYAQIR karena
ALAM SYAQIR itu bersamaan tiada kurang dan tiada lebih, lengkap dengan
segala isinya bumi dan langit, arasy dan kursy, syurga, neraka, lauhun
(tinta) dan qolam (pena), matahari, bulan dan bintang.<br /> <br /> Adapun BUMI / JASMANI didalam tubuh kita itu terdiri atas 7 (tujuh) lapis yaitu :<br /> 1. BULU.<br /> 2. KULIT.<br /> 3. DAGING.<br /> 4. URAT.<br /> 5. DARAH.<br /> 6. TULANG.<br /> 7. LEMAK (SUM-SUM).<br /> <br /> Adapun LANGIT / ROHANI (OTAK/ARASY) didalam tubuh kita itu terdiri atas 7 (tujuh) lapis pula :<br /> 1. DIMAK (LAPISAN BERPIKIR/RUH NABATI).<br /> 2. MANIK (LAPISAN PANDANGAN/RUH HEWANI).<br /> 3. NAFSU (RUH JASMANI).<br /> 4. BUDI (RUH NAFASANI).<br /> 5. SUKMA (RUH ROHANI).<br /> 6. RASA (RUH NURANI).<br /> 7. RAHASIA (RUH IDHAFI).<br /> <br /> Adapun MATAHARI didalam tubuh kita yaitu NYAWA kita.<br /> Adapun BULAN didalam tubuh kita yaitu AKAL kita.<br /> Adapun BINTANG didalam tubuh kita yaitu ILMU kita (ada yang banyak dan ada pula yang sedikit).<br /> Adapun SYURGA didalam tubuh kita yaitu AMAL SHALEH kita.<br /> Adapun NERAKA didalam tubuh kita yaitu DOSA-DOSA kita.<br /> Adapun LAUT didalam tubuh kita ada 2 (dua) yaitu :<br /> 1. LAUT ASIN.<br /> 2. LAUT TAWAR.<br /> Adapun LAUT ASIN didalam tubuh kita yaitu AIR MATA kita.<br /> Adapun LAUT TAWAR didalam tubuh kita yaitu AIR LUDAH kita.<br /> <br /> Adapun MAHLIGAI didalam tubuh kita ada 7 (tujuh) pula yaitu :<br /> 1. DADA.<br /> 2. QALBUN.<br /> 3. BUDI.<br /> 4. JINEM.<br /> 5. NYAWA.<br /> 6. RASA.<br /> 7. RAHASIA.<br /> <br />
Didalam DADA itu QALBUN dan didalam QALBUN itu BUDI dan didalam BUDI
itu JINEM dan didalam JINEM itu NYAWA dan didalam NYAWA itu RASA dan
didalam RASA itu RAHASIA (SIR).</span></span></span></span></h5>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-41475009413532166722012-08-20T08:46:00.001-07:002012-08-20T08:46:18.707-07:00 AGAMA LANGIT DAN AGAMA BUMI <br /><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Ada berbagai cara menggolongkan agama-agama dunia. Ernst Trults seorang
teolog Kristen menggolongkan agama-agama secara vertikal: pada lapisan
paling bawah adalah agama-agama suku, pada lapisan kedua adalah agama
hukum seperti agama Yahudi dan Islam; pada lapisan ketiga, paling atas
adalah agama-agama pembebasan, yaitu Hindu, Buddha dan karena Ernst
Trults adalah seorang Kristen, maka agama Kristen adalah puncak dari
agama-agama pembebasan ini. <br /><br />Ram Swarup, seorang intelektual
Hindu dalam bukunya; "Hindu View of Christianity and Islam"
menggolongkan agama menjadi agama-agama kenabian (Yahudi, Kristen dan
Islam) dan agama-agama spiritualitas Yoga (Hindu dan Buddha) dan
mengatakan bahwa agama-agama kenabian bersifat legal dan dogmatik dan
dangkal secara spiritual, penuh klaim kebenaran dan yang membawa konflik
sepanjang sejarah. Sebaliknya agama-agama Spiritualitas Yoga kaya dan
dalam secara spiritualitas dan membawa kedamaian. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Ada yang
menggolongkan agama-agama berdasarkan wilayah dimana agama-agama itu
lahir, seperti agama Semitik atau rumpun Yahudi sekarang disebut juga
Abrahamik (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama-agama Timur (Hindu,
Buddha, Jain, Sikh, Tao, Kong Hu Cu, Sinto). </span> <span style="font-size: small;"></span></div>
<a name='more'></a><span style="font-size: small;"><br /><br />Ada pula yang
menggolongkan agama sebagai agama langit (Yahudi, Kristen, dan Islam)
dan agama bumi (Hindu, Buddha, dll.) Penggolongan ini paling disukai
oleh orang-orang Kristen dan Islam, karena secara implisit mengandung
makna tinggi rendah, yang satu datang dari langit, agama wahyu, buatan
Tuhan, yang lain lahir di bumi, buatan manusia. Penggolongan ini akan
dibahas secara singkat di bawah ini. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Agama bumi dan agama langit. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Dr.
H.M. Rasjidi, dalam bab Ketiga bukunya "Empat Kuliyah Agama Islam Untuk
Perguruan tinggi" membagi agama-agama ke dalam dua kategori besar,
yaitu agama-agama alamiah dan agama-agama samawi. Agama alamiah adalah
agama budaya, agama buatan manusia. Yang termasuk dalam kelompok ini
adalah agama Hindu dan Budha. Mengenai agama Hindu Rasjidi mengutip
seorang teolog Kristen, Dr. Harun Hadiwiyono, Rektor Sekolah Tinggi
Theologia "Duta Wacana" di Yogyakarta sebagai berikut: </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />"Sebenarnya
agama Hindu itu bukan agama dalam arti yang biasa. Agama Hindu
sebenarnya adalah satu bidang keagamaan dan kebudayaan, yang meliputi
jaman sejak kira-kira 1500 S.M hingga jaman sekarang. Dalam
perjalanannya sepanjang abad-abad itu, agama Hindu berkembang sambil
berobah dan terbagi-bagi, sehingga agama ini memiliki ciri yang
bermacam-macam, yang oleh penganutnya kadang-kadang diutamakan, tetapi
kadang-kadang tidak diindahkan sama sekali. Berhubung karena itu maka
Govinda Das mengatakan bahwa agama Hindu itu sesungguhnya adalah satu
proses antropologis, yang hanya karena nasib baik yang ironis saja
diberi nama agama." 1) </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Samawi artinya langit. Agama samawi
adalah agama yang berasal dari Tuhan (yang duduk di kursinya di langit
ketujuh, Sky god, kata Gore Vidal). Yang termasuk dalam kelompok ini
adalah agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Dalam bab Keempat dengan judul
"Agama Islam adalah Agama Samawi Terakhir" Rasjidi dengan jelas
menunjukkan atau menempatkan Islam sebagai puncak dari agama langit. Hal
ini dapat dipahami karena Rasjidi bukan saja seorang guru besar tentang
Islam, tetapi juga seorang Muslim yang saleh. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Bahkan dengan
doktrin mansukh, pembatalan, para teolog dan ahli fikih Islam mengklaim,
Qur’an sebagai wahyu terakhir telah membatalkan kitab-kitab suci
agama-agama sebelumnya (Torah dan Injil). </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Bila Tuhan yang
diyakini oleh ketiga agama bersaudara ini adalah satu dan sama,
pandangan para teolog Islam adalah logis. Tetapi disini timbul
pertanyaan, apakah Tuhan menulis bukunya seperti seorang mahasiswa
menulis thesis? Sedikit demi sedikit sesuai dengan informasi yang
dikumpulkannya, melalui percobaan dan kesalahan, perbaikan, penambahan
pengurangan, buku itu disusun dan disempurnakan secara perlahan-lahan? </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Tetapi
ketiga agama ini tidak memuja Tuhan yang satu dan sama. Masing-masing
Tuhan ketiga agama ini memiliki asal-usul yang berbeda dan karakter yang
berbeda. Yahweh berasal dan ajudan dewa perang, yang kemungkinan
berasal dari suku Midian, dan dijadikan satu-satunya Tuhan orang Israel
oleh Musa. Jesus salah seorang dari Trinitas, adalah seorang pembaharu
agama Yahudi yang diangkat menjadi Tuhan oleh para pendiri Kristen awal.
Allah adalah dewa hujan yang setelah digabung dengan dewa-dewa lain
orang Arab dijadikan satu-satunya tuhan orang Islam oleh Muhammad. Jadi
Yahweh, Trinitas dan Allah adalah tuhan-tuhan yang dibuat manusia. 2)
(Lihat Karen Amstrong: A History of God). </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Dan karakter dari
masing-masing Tuhan itu sangat berbeda. Ketiganya memang Tuhan
pencemburu, tetapi tingkat cemburu mereka berbeda. Yahweh adalah Tuhan
pencemburu keras, gampang marah, dan suka menghukumi pengikutnya dengan
kejam, tetapi juga suka ikut berperang bersama pengikutnya melawan
orang-orang lain, seperti orang Mesir, Philistin dan Canaan. Jesus juga
Tuhan pencemburu, tapi berpribadi lembut, ia memiliki banyak rasa kasih,
tetapi juga mempunyai neraka yang kejam bagi orang-orang yang tidak
percaya padanya. Allah lebih dekat karakternya dengan Yahweh, tetapi
bila Yahweh tidak memiliki neraka yang kejam, Allah memilikinya. Di
samping itu, bila Yahweh menganggap orang-orang Yahudi sebagai bangsa
pilihannya, Allah menganggap orang-orang Yahudi adalah musuh yang paling
dibencinya. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Jadi jelaslah di langit-langit suci agama-agama
rumpun Yahudi ini terdapat lima oknum Tuhan yang berbeda-beda, yaitu
Yahweh, Trinitas (Roh Kudus, Allah Bapa dan Tuhan Anak atau Jesus) dan
Allah Islam. Masing-masing dengan ribuan malaikat dan jinnya. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Pengakuan
terhadap Tuhan yang berbeda-beda tampaknya bisa menyelesaikan masalah
soal pembatalan kitab-kitab atau agama-agama sebelumnya oleh agama-agama
kemudian atau agama terakhir. Masing-masing Tuhan ini memang menurunkan
wahyu yang berbeda, yang hanya berlaku bagi para pengikutnya saja. Satu
ajaran atau satu kitab suci tidak perlu membatalkan kitab suci yang
lain. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Tetapi disini timbul masalah lagi. Bagaimana kedudukan
bagian-bagian dari Perjanjian Lama yang diterima atau diambil oleh
Perjanjian Baru? Bagaimana kedudukan bagian-bagian Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru yang terdapat di dalam Al-Qur’an? Apakah bagian-bagian
itu dipinjam dari Tuhan yang satu oleh Tuhan yang lain, yang ada
belakangan? Atau persamaan itu hanya kebetulan? Ataukah para penulis
kitab-kitab yang belakangan meminjamnya dari penulis kitab-kitab
terdahulu? </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Pembagian agama menjadi agama bumi dan agama
langit, dari sudut pandang Hindu sebenarnya tidak menjadi masalah. Ini
terkait dengan konsep ketuhanan dari masing-masing agama. Agama-agama
Abrahamik atau Rumpun Yahudi (nama yang lebih tepat daripada "agama
langit") memandang Tuhan sebagai sosok berpribadi, seperti manusia, yang
berdiam di langit (ke tujuh) duduk di atas kursinya, yang dipikul oleh
para malaikat. Dari kursinya di langit itu Dia melakukan segala urusan,
termasuk antara lain, tetapi tidak terbatas pada, mengatur terbit dan
tenggelannya matahari, "menurunkan" wahyu dan lain sebagainya. Dari segi
ini benarlah sebutan "agama langit" itu, karena ajarannya diturunkan
oleh Tuhannya yang bermukim nun jauh di langit. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Dalam
pandangan agama Hindu, Tuhan bersifat panteistik, yang melingkupi
ciptaan (imanen) dan sekaligus di luar ciptaannya (transenden). Menurut
pandangan Hindu Tuhan tidak saja lebih besar dari ciptaannya, tetapi
juga dekat dengan ciptaannya. Kalau Tuhan hanya ada di satu tempat di
langit ketujuh, berarti Ia ada di satu noktah kecil di dalam ciptaannya.
Oleh karena itu Dia tidak Mahabesar. Agak mirip dengan pengertian ini,
di dalam agama Hindu, dikenal ajaran tentang Avatara, yaitu Tuhan yang
menjelma menjadi mahluk, yang lahir dan hidup di bumi – seperti Rama dan
Krishna – menyampaikan ajarannya di bumi langsung kepada manusia tanpa
perantara. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Dari segi ini, dikotomi agama langit dan agama bumi
tidak ada masalah. Baru menjadi masalah ketika “truth claim” yang
menyertai dikotomi ini. Bahwa agama langit lebih tinggi kedudukannya
dari agama bumi; karena agama-agama langit sepenuhnya merupakan bikinan
Tuhan, yang tentu saja lebih mulia, lebih benar dari agama-agama bumi
yang hanya buatan manusia dan bahwa oleh karenanya kebenaran dan
keselamatan hanya ada pada mereka. Sedangkan agama-agama lain di luar
mereka adalah palsu dan sesat. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Pandangan "supremasis" ini
membawa serta sikap "triumpalis", yaitu bahwa agama-agama yang
memonopoli kebenaran Tuhan ini harus menjadikan setiap orang sebagai
pengikutnya, menjadikan agamanya satu-satunya agama bagi seluruh umat
manusia, dengan cara apapun. Di masa lalu "cara apapun" itu berarti
kekerasan, perang, penaklukkan, penjarahan, pemerkosaan dan perbudakan
atas nama agama. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br /><br />Masalah wahyu </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Apakah wahyu?
Wahyu adalah kata-kata Tuhan yang disampaikan kepada umat manusia
melalui perantara yang disebut nabi, rasul, prophet. Bagaimana proses
penyampaian itu? Bisa disampaikan secara langsung, Tuhan langsung
berbicara kepada para perantara itu, atau satu perantara lain, seorang
malaikat menyampaikan kepada para nabi; atau melalui inspirasi kepada
para penulis kitab suci. Demikian pendapat para pengikut agama-agama
rumpun Yahudi. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Benarkah kitab-kitab agama Yahudi, Kristen dan
Islam, sepenuhnya merupakan wahyu Tuhan? Bila benar bahwa kitab-kitab
ini sepenuhnya wahyu Tuhan, karena Tuhan Maha Tahu dan Maha Sempurna,
maka kitab-kitab ini sepenuhnya sempurna bebas dari kesalahan sekecil
apapun. Tetapi Studi kritis terhadap kitab-kitab suci agama-agama
Abrahamik menemukan berbagai kesalahan, baik mengenai fakta yang
diungkapkan, yang kemudian disebut ilmu pengetahun maupun tata bahasa.
Berikut adalah beberapa contoh. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br /><br />Pertama, kesalahan mengenai fakta. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Kitab-suci
kitab-suci agama ini, menyatakan bumi ini datar seperti tikar, dan
tidak stabil. Supaya bumi tidak goyang atau pergi ke sana kemari, Tuhan
memasang tujuh gunung sebagai pasak. Kenyataannya bumi ini bulat seperti
bola. Dan sekalipun ada banyak gunung, lebih dari tujuh, bumi tetap
saja bergoyang, karena gempat. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br /><br />Kedua, kontradiksi-kontradiksi. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Banyak
terdapat kontradiksi-kontradiksi intra maupun antar kitab suci-kitab
suci agama-agama ini. Satu contoh tentang anak Abraham yang dikorbankan
sebagai bukti ketaatannya kepada Tuhan (Yahweh atau Allah). Bible
mengatakan yang hendak dikorbankan adalah Isak, anak Abraham dengan
Sarah, istrinya yang sesama Yahudi. Sedangkan Qur’an mengatakan bukan
Isak, tetapi Ismail, anak Ibrahamin dengan Hagar, budak Ibrahim yang
asal Mesir </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Contoh lain. Bible menganggap Jesus sebagai Tuhan
(Putra), sedangkan Al-Qur’an menganggap Jesus (Isa) hanya sebagai nabi,
dan bukan pula nabi terakhir yang menyempurnakan wahyu Tuhan. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br /><br />Ketiga, kesalahan struktur kalimat atau tata bahasa. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Di
dalam kitab-kitab suci ini terdapat doa-doa, kisah-kisah, berita-berita
tentang kegiatan Tuhan, mirip seperti berita surat kabar, yang ditulis
oleh seseorang (wartawan) atas seseorang yang lain (dari obyek berita,
dalam hal ini Tuhan). Lalu ada kalimat yang merujuk Tuhan sebagai "Aku,
Kami, Dia, atau nama-namanya sendiri, seperti Allah, Yahweh, dll".
Mengapa Tuhan menunjukkan diriNya dengan Dia, kata ganti ketiga?
Kata-kata atau kalimat-kalimat pejoratif seperti Maha Adil, Maha
Bijaksana, Maha Mengetahui ini pastilah dibuat oleh manusia, sebab
mustahil rasanya Tuhan memuji-muji dirinya sendiri. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br /><br />Keempat, ajaran tentang kekerasan dan kebencian. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Di
dalam kitab-suci kitab-suci agama-agama langit ini banyak terdapat
ajaran-ajaran tentang kebencian terhadap komunitas lain, baik karena
kebangsaan maupun keyakinan. Di dalam Perjanjian Lama terdapat kebencian
terhadap orang Mesir, Philistin, Canaan dll. Di dalam Perjanjian Baru
terdapat ajaran kebencian terhadap orang Yahudi dan Roma. Di dalam
Al-Qur’an terdapat ayat-ayat kebencian terhadap orang-orang Yahudi,
Kristen dan pemeluk agama-agama lain yang dicap kafir secara sepihak.
Pertanyaan atas soal ini, betulkah Tuhan menurunkan wahyu kebencian
terhadap sekelompok orang yang memujanya dengan cara berbeda-beda, yang
mungkin sama baiknya atau bahkan lebih baik secara spiritual? Bukankah
akhirnya ajaran-ajaran kebencian ini menjadi sumber kekerasan sepanjang
massa? </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Bagaimana mungkin Tuhan yang Maha Bijaksana, Maha
Pengasih dan Penyayang menurunkan wahyu kebencian dan kekerasan semacam
itu? Di dalam agama Hindu kebencian dan kekerasan adalah sifat-sifat
para raksasa, asura dan daitya (demon, devil, atau syaitan). </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Di
samping hal-hal tersebut di atas, agama-agama rumpun Yahudi banyak
meminjam dogma dari agama-agama lain, bahkan dari komunitas yang mereka
sebut penyembah berhala atau kafir. Dogma utama mereka tentang
eskatologi seperti hari kiamat, kebangkitan tubuh dan pengadilan
terakhir dipinjam oleh agama Yahudi dari agama Zoroaster Persia, lalu
diteruskan kepada agama Kristen dan Islam. Legenda tentang penciptaan
Adam dipinjam dari leganda tentang penciptaan Promotheus dalam agama
Yunani kuno. Bagaimana mungkin tuhan agama langit meminjam ajaran dari
agama-agama atau tradisi buatan manusia? </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Swami Dayananda
Saraswati (1824-1883), pendiri Arya Samaj, sebuah gerakan pembaruan
Hindu, dalam bukunya Satyarth Prakash (Cahaya Kebenaran) membahas Al
Kitab dan AI-Qur’an masing-masing di dalam bab XI II dan XIV, dan sampai
kepada kesimpulan yang negatif mengenai kedua kitab suci ini. Bahwa
kedua kitab suci ini mengandung hal-hal yang patut dikutuk karena
mengajarkan kekerasan, ketahyulan dan kesalahan. Ia meningkatkan
penderitaan ras manusia dengan membuat manusia menjadi binatang buas,
dan mengganggu kedamaian dunia dengan mempropagandakan perang dan dengan
menanam bibit perselisihan. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Apa yang dilakukan oleh Swami
Dayananda Saraswati adalah kounter kritik terhadap agama lain atas
penghinaan terhadap Hindu yang dilakukan sejak berabad-abad sebelumnya
oleh para teolog dan penyebar agama lainnya. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br /><br />Kesimpulan. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Tidak
ada kriteria yang disepakati bersama di dalam penggolongan agama-agama.
Setiap orang membuat kriterianya sendiri secara semena-mena untuk
tujuan meninggikan agamanya dan merendahkan agama orang lain. Hal ini
sangat kentara di dalam agama-agama missi yang agresif seperti Kristen
dan Islam dimana segala sesuatu dimaksudkan sebagai senjata psikologis
bagi upaya-upaya konversi dan proselitasi mereka. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Di samping
itu tidak ada saksi dan bukti untuk memverifikasi dan memfalsifikasi
apakah isi suatu kitab suci betul-betul wahyu dari Tuhan atau bukan?
Yang dapat dikaji secara obyektif adalah isi atau ajaran yang dikandung
kitab suci-kitab suci itu apakah ia sesuai dengan dan mempromosikan
nilai-nilai kemanusiaan, seperti cinta kasih, kesetiaan, ketabahan,
rajin bekerja, kejujuran, kebaikan hati atau mengajarkan kebencian dan
kekerasan? </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Penggolongan agama-agama menjadi agama langit dan
agama bumi, jelas menunjukkan sikap arogansi, sikap merendahkan pihak
lain, dan bahkan sikap kebencian yang akhirnya menimbulkan kekerasan
bagi pihak yang dipandangnya sesat, menjijikan dan tidak bernilai. Di
lain pihak penggolongan ini menimbulkan rasa tersinggung, kemarahan, dan
akhirnya kebencian. Bila kebencian bertemu kebencian, hasilnya adalah
kekerasan. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Melihat berbagai cacat dari kitab suci-kitab suci
mereka, khususnya ajarannya yang penuh kebencian dan kekerasan, maka isi
kitab suci itu tidak datang dari Tuhan, tetapi dari manusia yang belum
tercerahkan, apalagi Tuhan-Tuhan mereka adalah buatan manusia. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Berdasarkan
hal-hal tersebut di atas disarankan agar dikotomi agama langit dan
agama bumi ini tidak dipergunakan di dalam baik buku pelajaran, wacana
keagamaan maupun ilmiah. Dianjurkan agar dipergunakan istilah yang lebih
netral, yaitu agama Abrahamik dan agama Timur. </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />(Ngakan Putu Putra sebagaian bahan dari SATS ; "Semua Agama Tidak Sama" ). </span> <span style="font-size: small;"><br /><br />Catatan kaki: </span> <span style="font-size: small;"><br />I).
Prof . DR. H.M. Rasjidi : "Empat Kuliyah Agama Islam pada Perguruan
Tinggi" penerbit Bulan Bintang, Jakarta, cetakan pertama, 1974. hal 10)
H.M Rasjidi hal 53 <br />2). Lihat Kare n Amstrong : A History of God <br />3). Swami Dayananda Saraswati Satyarth Prakash (Light of Truth), hal 648. <br />4). Ibid hal 720.
</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-56224616980201445342012-08-16T09:12:00.001-07:002012-08-16T09:12:21.095-07:00PROBLEMATIKA ZAKAT FITRAH<div class="MsoTitle" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Book Antiqua"; font-weight: normal;"><span>Oleh Ahmad Munjin Nasih</span></span></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><strong><span style="font-family: Book Antiqua;">Pendahuluan</span></strong></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Membicarakan
tentang zakat fitrah, ingatan kita pasti akan tertuju kepada bulan
Ramadhan, bulan yang sangat dimulyakan oleh semua umat Islam karena
sederet aktifitas ibadah bisa dilakukan di sana sekaligus menjanjikan <em>reward </em>yang tak ternilai, mulai dari dibukanya pintu rahmad dan ampunan sampai pada jaminan akan pembebasan dari api neraka. </span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Zakat
fitrah bagi umat Islam bukan hanya sebuah rutinitas yang berdimensi
sosial yang mengiringi ibadah puasa di bulan Ramadhan, akan tetapi lebih
dari itu zakat fitrah merupakan kewajiban yang diperuntukkan bagi
terwujudnya kesempurnaan ibadah puasa yang dilakukan. Seorang muslim
yang menjalankan ibadah puasa akan merasa kurang sempurna apabila tidak
mengeluarkan zakat fitrah. Sementara itu, bagi umat Islam yang enggan
melaksanakan ibadah puasa sekalipun, zakat fitrah tetap menjadi sesuatu
sesuatu yang penting bagi diri mereka. Ada perasaan tidak “enak” bila
tidak menunaikannya.</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Oleh
karena itu, tidak mengherankan apabila pada akhir setiap bulan Ramadan
banyak umat Islam berbondong-bondong membayar zakat fitrah kepada
panitia-panitia zakat fitrah yang ada di masjid, musholla atau
tempat-tempat yang lain. Selanjutnya pihak panitia akan menyalurkan
zakat fitrah tersebut kepada fakir miskin, dan tak jarang pihak panitia
juga menyisihkan sebagian zakat yang terkumpul untuk dibagikan kepada
para anggotanya.</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Fenomena
di atas hampir merata kita jumpai di sekeliling kita. Pertanyaan yang
muncul kemudian adalah adalah apakah konsep kepanitian zakat fitrah bisa
dikategorikan sebagai amil sehingga mereka berhak mendapatkan bagian
zakat fitrah? Dan apakah pendistribusian zakat fitrah bisa disamakan
dengan zakat yang lain? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang akan dicoba
dibahas dalam makalah ini.</span></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><strong><span><span style="font-family: Book Antiqua;">Pengertian Zakat Fitrah</span></span></strong></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span><span style="font-family: Book Antiqua;"><strong><span> </span></strong>Zakat
fitrah adalah sebutan lain bagi zakat fitri. nama zakat yang diberikan
oleh Rasulullah. Nama zakat fitrah dalam literatur-literatur fikih
klasik memang sangat jarang kita jumpai. </span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Book Antiqua"; line-height: 150%;">Zakat
fitrah dilihat dari komposisi kalimat yang membentuknya terdiri dari
kata “zakat” dan “fitrah”. Zakat secara umum sebagaimana dirumuskan oleh
banyak ulama’ bahwa dia merupakan hak tertentu yang diwajibkan oleh
Allah terhadap harta kaum muslimin menurut ukuran-ukuran tertentu (<em>nishab dan khaul</em>)
yang diperuntukkan bagi fakir miskin dan para mustahiq lainnya sebagai
tanda syukur atas nikmat Allah swt. dan untuk mendekatkan diri
kepada-Nya, serta untuk membersihkan diri dan hartanya (Qardhawi,
1996:999). Dengan kata lain, zakat merupakan kewajiban bagi seorang
muslim yang berkelebihan rizki untuk menyisihkan sebagian dari padanya
untuk diberikan kepada saudara-saudara mereka yang sedang kekurangan. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Book Antiqua"; line-height: 150%;">Sementara itu, fitrah dapat diartikan dengan <em>suci </em>sebagaimana hadits Rasul <em>“kullu mauludin yuladu ala al fitrah”</em> (setiap anak Adam terlahir dalam keadaan suci) dan bisa juga diartikan juga dengan <em>ciptaan</em> atau asal kejadian manusia.</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span><span style="font-family: Book Antiqua;">Dari pengertian di atas dapat ditarik dua pengertian tentang zakat fitrah.<span> </span><em>Pertama,</em>
zakat fitrah adalah zakat untuk kesucian. Artinya, zakat ini
dikeluarkan untuk mensucikan orang yang berpuasa dari ucapan atau
perilaku yang tidak ada manfaatnya. Sebagaimana dinyatakan dalam suatu
hadits<span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman";"></span></span></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 19.3pt 0pt 18pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-size: small;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman"; line-height: 150%;">عن ابن عباس قال: فرض رسول الله<span> </span>زكاة
الفطر طهرة للصائم من اللهو و الرفث و طعمة للمساكين. فمن أداها قبل
الصلاة فهي زكاة مقبولة, و من أداها بعد الصلاة فهي صدقة من الصدقات. </span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman";"></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;"><span><em>Diriwayatkan
dari Ibnu Abbas dia berkata bahwasanya Rasulullah mewajibkan zakat
fitrah bagi orang yang berpuasa untuk menghapus kesalahan yang
diakibatkan oleh perkataan dan perilaku yang tidak bermanfaat dan
merupakan makanan bagi orang-orang miskin. Barangsiapa<span> </span>yang
membayar zakat sebelum pelaksanaan sholat ied, maka zakatnya diterima,
dan barangsiapa yang membayarnya setelah melaksanakan sholat ied, maka
ia termasuk sedekah biasa</em></span></span><em><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman";"><span><span> </span></span></span><span lang="AR-SA"><span><span style="font-family: Book Antiqua;"> </span></span></span></em><span><span style="font-family: Book Antiqua;">(Asqalani, t.th: 132)<em>.</em></span></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span><span style="font-family: Book Antiqua;"><em>Kedua,</em>
zakat fitrah adalah zakat karena sebab ciptaan. Artinya bahwa zakat
fitrah adalah zakat yang diwajibkan kepada setiap orang yang dilahirkan
ke dunia ini.<span> </span>Oleh karenanya
zakat ini bisa juga disebut dengan zakat badan atau pribadi (Qurthubi,
t.th:279). Semua orang dari semua lapisan masyarakat, baik yang kaya
atau yang miskin selama mereka mempunyai kelebihan persediaan makanan
pada malam hari raya iedul fitri mereka tetap berkewajiban mengeluarkan
zakat fitrah. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah.</span></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" dir="rtl" style="direction: rtl; margin: 0cm 19.3pt 0pt 18pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-size: small;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman";">أدوا صدقة الفطر صاعا من قمح – أو قال بر-<span> </span>عن كل إنسان صغير أو كبير, حر أو مملوك, غني أو فقير, ذكر أو أنثى. أما غنيكم فيزكيه الله وأما فقيركم فيرد الله عليه أكثر مما أعطى.<span> </span></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt;">
<span style="font-size: small;"><em><span><span style="font-family: Book Antiqua;"><span> </span>“Bayarkanlah
zakat fitrah satu sha’ gandum atau bur dari setiap manusia, anak-anak
atau orang dewasa, merdeka atau hamba sahaya, kaya atau miskin,
laki-laki atau perempuan. Jika kamu sekalian kaya, maka Allah akan
mensucikannya, dan jika fakir maka Allah akan mengembalikannya dengan
lebih banyak daripada yang diberikannya</span></span></em><span style="font-family: Book Antiqua;"> (Qordowi, 2004:934)</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><strong><span><span style="font-family: Book Antiqua;">Waktu Pelaksanaannya</span></span></strong></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Zakat
Fitrah adalah ibadah yang tidak bisa dilepaskan dengan rangkaian ibadah
di bulan Ramadhan, sebab kewajiban berzakat fitrah hanya boleh
dilakukan pada bulan Ramadhan. Dengan kata lain apabila zakat fitrah
dilakukan di luar buan Ramadhan, bisa dipastikan bahwa status zakat
fitrah yang dibayarkan menjadi tidak sah. Rasulullah dalam salah satu
haditsnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas menjelaskan </span></span></div>
<div class="MsoBodyText" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 19.3pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-size: small;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman"; line-height: 150%;">من أداها قبل الصلاة فهي زكاة مقبولة, و من أداها بعد الصلاة فهي صدقة من الصدقات</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt;">
<span style="font-size: small;"><span><span style="font-family: Book Antiqua;"><em>Barangsiapa
yang membayar zakat fitrah sebelum dia melaksanaan shalat iedul fitri,
maka zakat fitrahnya diterima (dinyatakan sah), akan tetapi barangsiapa
yang mengeluarkannya setelah melaksanakan shalat iedul fitri, maka zakat
fitrahnya hanya dianggap sebagai sedekah biasa.</em><em><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman";"></span></em></span></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Kata <em>“qabla al shalah”</em>
(sebelum shalat iedul fitri) dalam hadits di atas menimbulkan perbedaan
pendapat di kalangan para ulama’. Ibnu Hazm melarang mendahulukan
membayar zakat fitrah sebelum terbenamnya matahari di malam hari raya.
Imam Malik dan Imam Hambali berpendapat bahwa boleh membayar zakat
fitrah maksimal dua hari sebelum hari raya. Hal ini berdasarkan hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhari bahwa para sahabat mengeluarkan zakat
fitrah satu hari atau dua hari sebelum hari raya. </span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Sementara
itu, Imam Syafi’i menyatakan bahwa boleh saja seseorang membayar zakat
fitrah sejak awal Ramadhan. Sebab, kewajiban zakat fitrah adalah sangat
terkait dengan kewajiban ibadah puasa, sehingga membayar zakat fitrah
meskipun pada awal bulan adalah sesuatu yang diperbolehkan. Berbeda
dengan ketiga pendapat Imam di atas, Imam Hanafi justru membolehkan pada
awal tahun (Qardawi, 1997:958). Imam Hanafi menganalogkan hal ini
dengan diperbolehkannya seseorang yang hendak membayar zakat pada awal
tahun. </span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Mengomentari
pendapat-pendapat tersebut Yusuf Qordowi (1997: 994) berpendapat bahwa
pendapat Imam Malik dan Imam Hambali adalah pendapat yang lebih
hati-hati. Ia menambahkan bahwa boleh-boleh saja pemerintah memungut
zakat ini dari masyarakat pada pertengahan bulan Ramadhan jika hal itu
dimaksudkan untuk antisipasi tidak meratanya distribusi zakat fitrah
kepada para mustahiq karena minimnya waktu yang ada.</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><strong><span><span style="font-family: Book Antiqua;">Panitia Zakat Fitrah</span></span></strong></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span><span style="font-family: Book Antiqua;"><strong><span> </span></strong>Seperti
dimaklumi bersama bahwa dalam rangka pendistribusian zakat fitrah,
banyak diantara umat Islam membentuk kepanitian zakat fitrah. Kepanitian
ini biasanya dibentuk pada awal atau pertengahan bulan Ramadhan dan
bersifat temporer. Apabila telah selesai menjalankan tugasnya
kepanitiaan ini dibubarkan dan akan dibentuk lagi pada tahun berikutnya.
Tugas utama kepanitian ini adalah menerima, mengatur dan
mendistribusikan zakat fitrah yang dikumpulkan dari kaum muslimin kepada
orang-orang yang telah ditentukan. </span></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Dalam
realitasnya banyak orang menyebut kepanitian ini dengan sebutan amil.
Karena yang diurusi adalah zakat fitrah, mereka selanjutnya disebut amil
zakat fitrah. Penamaan amil zakat fitrah didasarkan pada sebuah
argumentasinya bahwa karena kepanitian tersebut bertugas mengurusi zakat
fitrah. Konsekwensi selanjutnya atas penamaan ini adalah tak jarang
para panitia mendapatkan bagian dari zakat fitrah yang mereka kumpulkan.</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Terkait
dengan persoalan ini, Yusuf Qardawi (1997:545) berpendapat bahwa amil
zakat adalah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat,
mulai dari pengumpul sampai kepada bendahara dan penjaganya. Demikian
juga mulai dari pencatat, sampai kepada para penghitung yang mencatat
keluar masuknya zakat dan membagi kepada para mustahiknya. Ditambahkan
oleh Qardawi bahwa mereka hendaknya diangkat oleh pihak negara dan
digaji darinya. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Book Antiqua";"><span><span> </span>Senada dengan pendapat di atas, Mas’udi (1986) berpendapat bahwa amil adalah administratur zakat. </span></span><span style="font-family: "Book Antiqua"; line-height: 150%;">Dengan
kata lain bahwa golongan ini bisa diserahkan kepada pemerintah. Artinya
pemerintah bisa mengangkat personal-personal yang bertugas sebagai amil
atau bisa juga pemerintah memfasilitasi masyarakat mendirikan lembaga
zakat. Untuk yang disebut terahir, maka pemerintah harus tetap melakukan
pengawasan kepada masyarakat. Pemerintah dalam rangka mengefektifkan
pengumpulan zakat, bisa membuat lembaga khusus yang menangani zakat,
baik pengumpulan, pengelolaan, dan pentasarufannya. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Book Antiqua"; line-height: 150%;"><span> </span>Dengan
demikian, bisa dikatakan bahwa amil adalah sebuah profesi yang
memberikan kehidupan bagi orang-orang yang bekerja di dalamnya dan
bersifat jangka panjang serta menjadi sumber mata penghidupan. Amil
bukanlah sebuah kepanitiaan yang bersifat temporer dan sementara. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span><span style="font-family: Book Antiqua;"><strong><span>Mustahiq Zakat Fitrah</span></strong><strong><span style="line-height: 150%;"></span></strong></span></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Al-Qur’an
surat At-Taubah ayat 60 menyebutkan ada delapan golongan yang berhak
menerima zakat. Mereka adalah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab,
gharim, sabilillah, dan ibnu sabil. </span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" dir="rtl" style="direction: rtl; margin: 0cm 19.3pt 0pt 18pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-size: small;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman";">انما
الصدقات للفقراء و المساكين والعاملين عليها والمؤلفة قلوبهم وفى الرقاب
والغارمين وفى سبيل الله و ابن السبيل, فريضة من الله والله عليم حكيم. </span><span dir="ltr"></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" dir="rtl" style="direction: rtl; margin: 0cm 19.3pt 0pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt 19.3pt;">
<span style="font-size: small;"><em><span><span><span style="font-family: Book Antiqua;">“Sesungguhnya
zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
para amil zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang
yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.</span></span></span></em></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt 19.3pt;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Ayat tersebut dimulai dengan redaksi <em>innama al shadaqat. </em>Kata <em>shadaqat </em>yang berarti zakat-zakat merupakan bentuk jamak dari kata <em>shadaqah. </em>Menurut
Imam Abu Zahroh apabila dilihat dari perspektif ushul fiqih, kata yang
berbentuk jamak dan diikuti dengan partikel “al” yang berfungsi
mengkhusukan, maka kata tersebut tergolong ke dalam bentuk kata “umum”.
Implikasinya adalah bahwa kata tersebut bersifat umum dalam pemaknaannya
yang dengan sendirinya belum boleh dijadikan <em>hujjah </em>terhadap persoalan-persoalan yang bersifat khusus. Oleh karena itu perlu dicarikan dalil lain yang bisa difungsikan sebagai <em>takhsis</em> untuk mempertegas atau menjelaskannya. </span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Dengan demikian, kata <em>al shadaqat </em>yang
terdapat dalam ayat 60 surat At Taubah harus difahami sebagai kata yang
bersifat umum demikian juga pihak-pihak yang bisa menerimanya.
Pertanyaan yang muncul dalam memahami kata tersebut adalah apakah
pendistribusian zakat fitrah termasuk dalam kategori ayat tersebut?</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Terkait dengan hal ini, ada dua pendapat yang berkembang. <em>Pertama</em>, bahwa distribusi zakat fitrah sama dengan distribusi zakat yang lain. Kelompok ini berpendapat bahwa oleh karena kata <em>al shadaqat </em>bersifat
umum, maka hal itu mencakup semua bentuk zakat tak terkecuali zakat
fitrah (Zuhaili, 1997:1099). Para ulama yang tergabung dalam kelompok
ini adalah para ulama’ dari kalangan Syafi’iyyah. </span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span><span style="font-family: Book Antiqua;"><em>Kedua</em>,
bahwa zakat fitrah tidak bisa dikategorikan ke dalam ayat 60 surat At
Taubah. Beberapa alasan yang dikemukakan oleh kelompok ini adalah:</span></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: small;"><span><span><span style="font-family: Book Antiqua;">a.</span><span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span><span style="font-family: Book Antiqua;"><span dir="ltr">Keberadaan hadits yang </span><span style="line-height: 150%;">diriwayatkan oleh</span> Ibnu Abbas</span></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 19.3pt 0pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-size: small;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman"; line-height: 150%;"><span> </span>فرض رسول الله<span> </span>زكاة الفطر طهرة للصائم من اللهو و الرفث و طعمة للمساكين</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span><span style="font-family: Book Antiqua;"><span> </span>merupakan <em>takhshish</em> terhadap keberadaan <span style="line-height: 150%;">ayat 60 surat at Taubah.</span></span></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;"><span><span style="font-family: Book Antiqua;">b.</span><span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span dir="ltr"><span style="line-height: 150%;"><span><span style="font-family: Book Antiqua;">Kewajiban yang dibebankan oleh zakat fitrah dan zakat yang lain<span> </span>berbeda.
Dalam zakat seseorang baru diwajibkan mengeluarkan zakat atas hartanya
apabila; 1) Islam, 2) merdeka, 3) harta tersebut merupakan harta
miliknya secara penuh, 4) sudah mencapai satu nisab, dan 5) mencapai
satu khaul (untuk barang-barang tertentu) (Syuja’, t.th:90).
Ketentuan-ketentuan tersebut hanya bisa dipenuhi bagi orang-orang muslim
yang dalam keadaan berkecukupan harta, sedangkan orang muslim yang
miskin rasanya tidak mungkin bisa memenuhi ketentuan di atas. Jika
demikian, maka orang muslim yang miskin tidak berkewajiban mengeluarkan
zakat atas hartanya. Berbeda dengan hal itu, kewajiban zakat fitrah
tidak didasarkan atas berapa banyak harta yang dimiliki, akan tetapi
pada: 1) Islam, 2) mampu menjumpai malam iedul fitri,<span> </span>dan
3) tersedia kelebihan makanan pada malam hari raya untuk dirinya atau
keluarganya (Syuja’, t.th:97). Apabila seorang muslim masih bisa
menjumpai malam iedul fitri sedangkan dia mempunyai kelebihan makanan,
maka yang bersangkutan berkewajiban mengeluarkan zakat fitrah. Bahkan
bayi yang dilahirkan pada iedul fitri sekalipun, apabila orang tuanya
mamiliki kelebihan makanan, maka wajib bagi dia mengeluarkan zakat
fitrah atas bayinya. Tidak adanya perbedaan antara yang kaya dan miskin
antara yang besar dan yang kecil dalam kewajiban membayar zakat fitrah
sebagaimana dinyatakan dalam hadits Rasul yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah;</span></span></span></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" dir="rtl" style="direction: rtl; margin: 0cm 19.3pt 0pt 36pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-size: small;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman";">أدوا صدقة الفطر صاعا من قمح – أو قال بر-<span> </span>عن كل إنسان صغير أو كبير, حر أو مملوك, غني أو فقير, ذكر أو أنثى</span><span dir="ltr"></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" dir="rtl" style="direction: rtl; margin: 0cm 19.3pt 0pt 36pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 1.3pt 0pt 36pt; text-indent: -16.7pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;"><span><span style="font-family: Book Antiqua;">c.<span> </span>Tujuan
disyariatkannya zakat fitrah bebeda dengan yang zakat lain. Tujuan
ibadah zakat fitrah adalah untuk mensucikan orang-orang yang berpuasa
dari perkataan dan pernuatan yang tidak bermanfaat yang mereka lakukan
pada saat berpuasa. Sementara itu tujuan ibadah zakat adalah
membersihkan kotoran yang terdapat pada manusia. </span></span></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Dari
tiga argumentasi di atas, kelompok ini berketetapan bahwa perlakuan
terhadap zakat fitrah tidak bisa disamakan dengan perlakuan terhadap
zakat yang lain. Oleh karena zakat fitrah berbeda dengan zakat yang
lain, maka pendistribusiannya juga berbeda. Zakat fitrah tidak bisa
diberikan kepada selain fakir dan miskin. Kelompok ini juga berpendapat
bahwa redaksi hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas secara tegas
menyebut “<em>tu’matun li al masakin”</em> yang artinya makanan bagi
orang-orang miskin. Hadits ini memberikan penegasan bahwa mereka yang
berhak menerima distribusi zakat fitrah adalah fakir dan miskin dan
bukan enam ashnaf (golongan) yang lain. </span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Yusuf
Qardawi (1997:965) menyebut ada beberapa ulama yang tergabung dalam
kelompok kedua yang menghususkan distribusi zakat hanya kepada fakir dan
miskin. Mereka adalah Imam, Muhammad Ibnu Rusyd al Qurthubi,
ulama’-ulama’ dari madzhab Malaki, Ahmad bin Hambal, Ibnu Taymiyyah,
Ibnul Qoyyim al Jauziyah, Imam Hadi, Qashim dan Imam Abu Thalib.
Sementara itu Wahbah Zuhaili (1997:2048) menyebut bahwa ulama’-ulama
dari madzhab Hanafi juga ada dalam barisan ini. </span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Ibnu
Rusyd (t.th:282) berpendapat bahwa para ulama’ bersepakat bahwa zakat
fitrah hanya diperuntukkan bagi kaum fakir dan miskin yang muslim.
Senada dengan Ibnu Rusyd, Ibnul Qoyyim (1999:74) menyatakan: </span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span><span style="font-family: Book Antiqua;">“Beliau
(Rasulullah) memberikan zakat fitrah ini secara khusus kepada
orang-orang miskin dan tidak menyalurkannya kepada delapan kelompok
secara merata serta tidak memerintahkannya. Tak seorang pun di antara
para sahabat Nabi yang juga melakukannya”<span> </span></span></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Zuhaili
(1997:2048) menjelaskan bahwa para ulama dari madzhab Hanafi telah
bersepakat bahwa zakat fitrah hendaknya didistribusikan kepada fakir
miskin yang muslim, terkecuali untuk kelurga bani Hasyim. Sebab<span> </span>bani Hasyim adalah orang-orang yang mulia sehingga mereka tidak patut mendapatkannya.</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span><span style="font-family: Book Antiqua;"><span> </span>Sementara
itu, Qardawi (1997:963) berpendapat bahwa menurut kesepakatan para
ulama bahwa zakat fitrah hanya diperuntukkan kepada fakir miskin yang
bergama Islam. Qardawi menambahkan bahwa dikhususkannya zakat fitrah
untuk kaum fakir dan miskin muslim adalah sejalan dengan perintah Rasul
agar umat Islam bisa mebantu saudara muslim lainnya yang sedang
kekurangan pada hari raya.<span> </span>Rasulullah s.a.w bersabda:<span> </span></span></span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman"; line-height: 150%;">أغنو هم فى هذا اليوم</span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman";"></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span><span style="font-family: Book Antiqua;"><span> </span><em>“Cukupkanlah mereka (kaum fakir miskin) pada hari itu (iedul fitri)”</em></span></span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><strong><span><span style="font-family: Book Antiqua;">Penutup</span></span></strong></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Dari
beberapa hal yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa zakat
fitrah dan zakat pada umumnya memiliki perbedaan yang signifikan, yakni
dalam<span> </span>dasar penentuan kewajiban, waktu pelaksanaan, sasaran wajib zakat, maupun para mustahiqnya. </span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Dilihat
dari aspek dasar penentuan kewajiban antara zakat fitrah dan zakat yang
lain ada perbedaan yang sangat mendasar. Zakat fitrah merupakan
kewajiban yang bersumber pada keberadaan pribadi-pribadi (badan),
sementara zakat-zakat selain zakat fitrah adalah kewajiban yang
diperuntukkan karena keberadaan harta.<span> </span>Meskipun
dalam hal pendistribusian zakat fitrah terdapat perbedaan pendapat,
yakni antara yang memperbolehkan dibagikan kepada seluruh ashnaf yang
delapan dan antara yang hanya memperbolehkan kepada fakir dan miskin,
akan tetapi apabila dilihat dari <em>maqashid al syari’ah</em> atau
berbagai pertimbangan logis disyariatkannya zakat fitrah, maka tampak
bahwa yang paling mendekati ke arah sana adalah pendapat yang hanya
mengkhususkan zakat fitrah kepada fakir dan miskin. </span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Amil
zakat fitrah sebagaimana lazim disebut orang tidak bisa dikategorikan
ke dalam amil zakat. Sebab, panitia zakat fitrah hanya bersifat
temporer, sementara amil bersifat jangka panjang. Paniti zakat fitrah
tidak bisa dijadikan sebagai sumber mata pencaharian sementara amil
diorientasikan sebagai lapangan pekerjaan yang sekaligus menjadi mata
pencaharian bagi mereka yang berkecimpung di sana.</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Untuk
memperjelas perbedaan antara zakat fitrah dengan zakat mal, berikut ini
kami sajikan perbedaan keduanya dalam bentuk tabel.</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><strong><span lang="NL"><span><span style="font-family: Book Antiqua;">Beberapa perbedaan antara Zakat Mal dan Zakat Fitri</span></span></span></strong></span></div>
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin: auto auto auto 5.4pt; width: 564px;">
<tbody>
<tr>
<td style="background-color: transparent; border: 1pt solid windowtext; padding: 0cm 5.4pt; width: 27pt;" valign="top" width="36">
<div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">No</span></span></div>
</td>
<td style="background-color: transparent; border-color: windowtext windowtext windowtext rgb(212, 208, 200); border-right: 1pt solid windowtext; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 95.15pt;" valign="top" width="127">
<div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Jenis Perbedaan</span></span></div>
</td>
<td style="background-color: transparent; border-color: windowtext windowtext windowtext rgb(212, 208, 200); border-right: 1pt solid windowtext; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 138.85pt;" valign="top" width="185">
<div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Zakal Mal</span></span></div>
</td>
<td style="background-color: transparent; border-color: windowtext windowtext windowtext rgb(212, 208, 200); border-right: 1pt solid windowtext; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 162pt;" valign="top" width="216">
<div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Zakat Fitri</span></span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="background-color: transparent; border-color: rgb(212, 208, 200) windowtext windowtext; border-right: 1pt solid windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 27pt;" valign="top" width="36">
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: Book Antiqua;">1.</span></span></span></div>
</td>
<td style="background-color: transparent; border-color: rgb(212, 208, 200) windowtext windowtext rgb(212, 208, 200); border-right: 1pt solid windowtext; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 95.15pt;" valign="top" width="127">
<div align="left" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: left;">
<span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Nishab</span></span></span></div>
</td>
<td style="background-color: transparent; border-color: rgb(212, 208, 200) windowtext windowtext rgb(212, 208, 200); border-right: 1pt solid windowtext; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 138.85pt;" valign="top" width="185">
<div align="left" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: left;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;"><span style="line-height: 150%;">Ada</span><span style="line-height: 150%;"> batas nishab </span></span></span></div>
</td>
<td style="background-color: transparent; border-color: rgb(212, 208, 200) windowtext windowtext rgb(212, 208, 200); border-right: 1pt solid windowtext; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 162pt;" valign="top" width="216">
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Tidak ada</span></span></span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="background-color: transparent; border-color: rgb(212, 208, 200) windowtext windowtext; border-right: 1pt solid windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 27pt;" valign="top" width="36">
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: Book Antiqua;">2.</span></span></span></div>
</td>
<td style="background-color: transparent; border-color: rgb(212, 208, 200) windowtext windowtext rgb(212, 208, 200); border-right: 1pt solid windowtext; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 95.15pt;" valign="top" width="127">
<div align="left" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: left;">
<span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Khaul </span></span></span></div>
</td>
<td style="background-color: transparent; border-color: rgb(212, 208, 200) windowtext windowtext rgb(212, 208, 200); border-right: 1pt solid windowtext; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 138.85pt;" valign="top" width="185">
<div align="left" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: left;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;"><span style="line-height: 150%;">Ada</span><span style="line-height: 150%;"></span></span></span></div>
</td>
<td style="background-color: transparent; border-color: rgb(212, 208, 200) windowtext windowtext rgb(212, 208, 200); border-right: 1pt solid windowtext; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 162pt;" valign="top" width="216">
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Tidak ada</span></span></span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="background-color: transparent; border-color: rgb(212, 208, 200) windowtext windowtext; border-right: 1pt solid windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 27pt;" valign="top" width="36">
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: Book Antiqua;">3.</span></span></span></div>
</td>
<td style="background-color: transparent; border-color: rgb(212, 208, 200) windowtext windowtext rgb(212, 208, 200); border-right: 1pt solid windowtext; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 95.15pt;" valign="top" width="127">
<div align="left" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: left;">
<span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Orang yang diwajibkan</span></span></span></div>
</td>
<td style="background-color: transparent; border-color: rgb(212, 208, 200) windowtext windowtext rgb(212, 208, 200); border-right: 1pt solid windowtext; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 138.85pt;" valign="top" width="185">
<div align="left" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: left;">
<span style="font-size: small;"><span lang="NO-BOK" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Bagi orang yang berkecukupan, telah baligh</span></span></span></div>
</td>
<td style="background-color: transparent; border-color: rgb(212, 208, 200) windowtext windowtext rgb(212, 208, 200); border-right: 1pt solid windowtext; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 162pt;" valign="top" width="216">
<div align="left" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: left;">
<span style="font-size: small;"><span lang="NO-BOK" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Semua orang, baik yang berkecukupan ataupun miskin, baik yang dewasa maupun anak-anak.</span></span></span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="background-color: transparent; border-color: rgb(212, 208, 200) windowtext windowtext; border-right: 1pt solid windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 27pt;" valign="top" width="36">
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span lang="NO-BOK" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: Book Antiqua;">4.</span></span></span></div>
</td>
<td style="background-color: transparent; border-color: rgb(212, 208, 200) windowtext windowtext rgb(212, 208, 200); border-right: 1pt solid windowtext; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 95.15pt;" valign="top" width="127">
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span lang="NO-BOK" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Waktu</span></span></span></div>
</td>
<td style="background-color: transparent; border-color: rgb(212, 208, 200) windowtext windowtext rgb(212, 208, 200); border-right: 1pt solid windowtext; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 138.85pt;" valign="top" width="185">
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span lang="NO-BOK" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Kondisional, sesuai dengan perhitungan khaul. </span></span></span></div>
</td>
<td style="background-color: transparent; border-color: rgb(212, 208, 200) windowtext windowtext rgb(212, 208, 200); border-right: 1pt solid windowtext; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 162pt;" valign="top" width="216">
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span lang="NO-BOK" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Hanya dikeluarkan pada akhir bulan Ramadhan</span></span></span></div>
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center; text-indent: 36pt;">
<span style="font-size: small;"><strong><span><span style="font-family: Book Antiqua;">DAFTAR PUSTAKA</span></span></strong></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Al Qur’an al Karim</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: -36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Asqalani, Ibnu Hajar. T.th. <em>Bulugh al Maram</em>. Surabaya. Hidayah.</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: -36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Al Jauziyyah, Ibn Qayyim. 1999. <em>Zadul Ma’ad Bekal Menuju ke Akherat</em>. Jakarta. Pustaka Azzam. </span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Mas’udi, Masdar Farid. 1986. <em>Islam agama Keadilan.</em> Jakarta. LP3M.</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Qardawi, Yusuf. 1997. <em>Hukum Zakat</em>. Jakarta. Litera Antar Nusa.</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Syuja’, Abu. T.th. <em>Fath al Qarib</em>. Surabaya. Hidayah.</span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: -36pt;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Book Antiqua;">Zuhaili, Wahbah. 1997. <em>Fiqh al Islam wa adillatuh</em>. Beirut. Dar al Fikr.</span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-77776798852198065722012-06-03T19:07:00.001-07:002012-06-03T19:07:11.145-07:00Gerhana Bulan Sebagian 4 Juni 2012<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://langitselatan.com/2011/12/05/gerhana-bulan-total-terakhir-di-tahun-2011/" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" class=" wp-image-8412" height="320" src="http://langitselatan.com/wp-content/uploads/2011/12/GBTJuni2011.jpg" title="" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: justify;"><i>Bulan yang tampak kemerahan saat fasa gerhana Total 16 Juni 2011. kredit : Jeff Teng</i></td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"> </td></tr>
</tbody></table>
<div class="wp-caption-text" style="text-align: justify;">
Bulan Juni jadi bulan yang istimewa bagi para astronom. Ada dua
peristiwa menarik yang terjadi menghiasi langit bulan Juni. Salah
satunya mungkin sudah sering kamu dengar yakni peristiwa langka Transit
Venus. Peristiwa lainnya adalah fenomena Gerhana Bulan Sebagian yang
akan terjadi pada tanggal 4 Juni 2012.</div>
<div class="wp-caption-text" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gerhana bulan pertama di tahun 2012 ini terjadi ketika Bulan sedang
berada di titik tanjak di selatan Ophiuchus sekitar 6º di timur laut
Antares. Pada saat puncak gerhana bulan sebagian, satu per tiga bagian
Bulan akan tertutup bayangan umbra Bumi. Sedangkan bagian Bulan di dalam
bayangan penumbra juga cukup redup dan bagian Bulan yang ada di
bayangan umbra akan diterangi cahaya matahari yang mengalami refraksi
lewat atmosfer Bumi. Akibatnya bagian Bulan yang tertutup umbra Bumi
tampak lebih redup dan memiliki warna kemerahan.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<strong>Siklus Saros 140</strong><br />
Gerhana Bulan Sebagian 4 Juni 2012 merupakan bagian dari Seri Saros 140,
yang terdiri dari 77 gerhana bulan dengan 24 gerhana penumbral, 15
gerhana sebagian, dan 28 gerhana total yang susunannya adalah sbb :</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote>
20 Penumbral<br />
8 Partial<br />
28 Total<br />
7 Partial<br />
14 Penumbral</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
atau disingkat dalam sebuah pola 20N 8P 28T 7P 14N ( N = penumbral ; P= Sebagian dan T = Total).</div>
<div style="text-align: justify;">
Seri Saros merupakan sebuah siklus terjadinya gerhana secara periodik
yang berselang 18 tahun 11 hari 8 jam. Artinya kalau ada dua gerhana
yang terpisah atau terjadi dalam selang waktu tersebut, kedua gerhana
itu akan memiliki geometri gerhana yang sama.</div>
<div style="text-align: justify;">
Gerhana di seri saros 140 semuanya terjadi ketika Bulan berada di
titik tanjak naik dan Bulan bergerak ke arah selatan dalam setiap
gerhana. Seri 140 dimulai dengan gerhana bulan penumbral di tepi utara
penumbra pada tanggal 25 September 1579 dan akan diakhir dengan gerhana
bulan penumbra di dekat tepi selatan penumbra pada tanggal 6 Januari
2968. Untuk seri Saros 140, durasi total berlangsungnya keseluruhan
gerhana dalam seri ini adalah 1370,29 tahun.</div>
<div class="wp-caption aligncenter" id="attachment_11173" style="text-align: justify; width: 510px;">
<a href="http://langitselatan.com/2012/05/31/gerhana-bulan-sebagian-4-juni-2012/gbs2012jun04/" rel="attachment wp-att-11173"><img alt="" class="size-full wp-image-11173" height="466" src="http://langitselatan.com/wp-content/uploads/2012/05/GBS2012Jun04.jpg" title="GBS2012Jun04" width="500" /></a><div class="wp-caption-text">
Alur GBS 4 Juni 2012. Kredit : WIkimedia</div>
<div class="wp-caption-text">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Tahapan Gerhana</strong><br />
Pada tanggal 4 Juni 2012, keseluruhan proses gerhana bulan akan
berlangsung selama 4 jam 30 menit dengan Lokasi terbaik untuk bisa
menikmati Gerhana Bulan Sebagian 4 Juni adalah area di Lautan Pasifik.
Sementara di Amerika, mereka akan melihat Bulan tenggelam ketika Gerhana
belum selesai. Di Asia Timur, masyarakatnya justru akan kehilangan
momen awal gerhana karena gerhana sudah terjadi ketika Bulan terbit.</div>
<div class="wp-caption aligncenter" id="attachment_11172" style="text-align: justify; width: 510px;">
<a href="http://langitselatan.com/2012/05/31/gerhana-bulan-sebagian-4-juni-2012/peta-gbs/" rel="attachment wp-att-11172"><img alt="" class="size-full wp-image-11172" height="234" src="http://langitselatan.com/wp-content/uploads/2012/05/peta-GBS.jpg" title="peta GBS" width="500" /></a><div class="wp-caption-text">
Peta penampakan GBS 4 Juni 2012. Kredit : Fred Espenak/NASA</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu kontak antara Bulan dengan Bumi akan dimulai dengan Bulan memasuki bayangan Bumi dengan tahapan waktu :</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote>
<span style="text-decoration: underline;">Waktu Indonesia bagian Barat:</span><br />
Gerhana Penumbral dimulai: 15:48:09 Wib<br />
Gerhana Sebagian dimulai: 16:59:53 Wib<br />
Puncak Gerhana: 18:03:13 Wib<br />
Gerhana Sebagian berakhir: 19:06:30 Wib<br />
Gerhana Penumbral berakhir: 20:18:17 Wib</blockquote>
<br />
<blockquote>
<span style="text-decoration: underline;">Waktu Indonesia bagian Tengah:</span><br />
Gerhana Penumbral dimulai: 16:48:09 Wita<br />
Gerhana Sebagian dimulai: 17:59:53 Wita<br />
Puncak Gerhana: 19:03:13 Wita<br />
Gerhana Sebagian berakhir: 20:06:30 Wita<br />
Gerhana Penumbral berakhir: 21:18:17 Wita</blockquote>
<br />
<blockquote>
<span style="text-decoration: underline;">Waktu Indonesia bagian Timur:</span><br />
Gerhana Penumbral dimulai: 17:48:09 Wit<br />
Gerhana Sebagian dimulai: 18:59:53 Wit<br />
Puncak Gerhana: 20:03:13 Wit<br />
Gerhana Sebagian berakhir: 21:06:30 Wit<br />
Gerhana Penumbral berakhir: 22:18:17 Wit</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika puncak gerhana, kecerlangan Bulan akan mencapai magnitudo
0,3705. Bagi masyarakat Indonesia Gerhana Bulan Sebagian akan dapat
dinikmati meskipun tidak dari awal gerhana karena Bulan akan terbit
dalam kondisi gerhana sedang berlangsung.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-65320716138744864942012-05-28T22:19:00.003-07:002012-05-28T22:19:23.967-07:00Rahasia Angka2 Dalam Al-Qur’anKata-kata dalam Al-Qur’an, dengan sejumlah pengulangannya merupakan
Mukjizat, jumlah kata-kata dalam Al-Qur’an yang menegaskan kata-kata
yang lain ternyata jumlahnya sama dengan jumlah kata-kata Al-Qur’an yang
menjadi lawan kata atau kebalikan dari kata-kata tersebut, atau
diantara keduanya ada nisbah kontradiktif.<br />
<span id="more-1123"></span><br />
Al-Qur’an tidak hanya terbatas pada ayat-ayat mulianya,
makna-maknanya, prinsip-prinsip dan dasar-dasar keadilannya serta
pengetahuan-pengetahuan gaibnya saja, melainkan juga termasuk
jumlah-jumlah yang ada dalam Al-Qur’an itu sendiri, begitu juga
pengulangan kata dan hurufnya, orang-orang yang melakukan ‘ulum’
Al-Qur’an sejak dulu sudah menyadarai adanya fenomena tersebut mempunyai
maksud dan tujuan tertentu.<br />
<a href="http://misteridunia.files.wordpress.com/2008/10/alquran1.jpg"><img alt="" class="alignnone size-full wp-image-1210" src="http://misteridunia.files.wordpress.com/2008/10/alquran1.jpg?w=500" title="alquran1" /></a><br />
Para peneliti terdahulu sudah mencatat, bahwa surat-surat yang dibuka
dengan huruf-huruf ‘muqaththa’ah’ berjumlah 29 surat, sementara jumlah
huruf ‘hijaiyah’ Arab ditambah dengan huruf “Hamzah” juga berjumlah 29
huruf hal ini dengan sudut pandang bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam
bahasa Arab.<br />
DR. Abdul Razaq Naufal dalam bukunya berjudul ‘ Al’Ijaz Al’Adadiy Fi
Al-Qur’an Al Karim” beliau menulis beberapa tema-tema tersebut terjadi
keharmonisan diantara jumlah kata-kata Al-Qur’an dan berikut ini adalah
sejumlah perhitungan yang benar-benar merupakan Mukjizat, dari jumlah
kata dalam Al-Qur’an sebanyak 51.900, Jumlah Juz 30, Jumlah Surat 112,
keanehan yang ada diantaranya sbb :<br />
<a name='more'></a><br />
<ul>
<li>Kata ‘Iblis” ( La’nat ALLAH ‘alaihi ) dalam Al-Qur’an disebutkan
sebanyak 11 kali, sementara “Isti’adzah” juga disebutkan 11 kali, Kata
“ma’siyah” dan derivatnya disebutkan sebanyak 75 kali, sementara kata
“Syukr” dan derivatnya juga disebutkan sebanyak 75 kali.</li>
<li>Kata “al-dunya” disebutkan sebanyak 115 kali, begitu juga kata “al-akhirah” sebanyak 115 kali.</li>
<li>Kata “Al-israf” disebutkan 23 kali, kata kebalikannya “al-sur’ah” sebanyak 23 kali.</li>
<li>Kata “Malaikat” disebutkan 88 kali, kata kebalikannya ‘Al-syayathin” juga 88 kali.</li>
<li>Kata “Al-sulthan disebutkan 37 kali, kata kebalikannya “Al-nifaq” juga 37 kali.</li>
<li>Kata “Al-harb”(panas) sebanyak 4 kali, kebalikannya “ Al-harb” juga 4 kali.</li>
<li>Kata “ Al-harb (perang) sebanyak 6 kali, kebalikannya “Al-husra” (tawanan) 6 kali.</li>
<li>Kata “Al-hayat” (hidup” sebanyak 145 kali, kebalikannya “Al-maut” (mati) 145 kali.</li>
<li>Kata “Qalu” (mereka mengatakan) sebanyak 332 kali, kebalikannya “Qul” ( katakanlah) sebanyak 332 kali.</li>
<li>Kata “Al-sayyiat” yang menjadi kebalikan kata “Al-shahihat” masing-masing 180 kali.</li>
<li>Kata “Al-rahbah” yang menjadi kebalikan kata “Al-ragbah” masing-masing 8 kali.</li>
<li>Kata “Al-naf’u” yang menjadi kebalikan kata “Al-fasad” masing-masing 50 kali.</li>
<li>Kata “Al-nas” yang menjadi kebalikan kata “Al-rusul” masing-masing 368 kali.</li>
<li>Kata “Al-asbath” yang menjadi kebalikan kata “Al-awariyun” masing-masing 5 kali</li>
<li>Kata “Al-jahr” yang menjadi kebalikan kata “Al-alaniyyah” masing-masing 16 kali</li>
<li>Kata “Al-jaza” 117 kali ( sama dg kebalikannya),</li>
<li>Kata “Al-magfiroh” 234 kali ( sama dengan kebalikannya),</li>
<li>Kata “Ad-dhalala” ( kesesatan) 191 kali ( sama dengan kebalikannya),</li>
<li>Kata “Al-ayat” 2 kali “Ad-dhalala” yaitu 282 kali. Dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini.</li>
<li>Kata “Yaum” (hari) dalam bentuk tunggal disebutkan sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah hari pada tahun Syamsyiyyah.</li>
<li>Kata “Syahr” ( bulan) sebanyak 12 kali, sama dg jumlah Bulan dalam satu Tahun.</li>
<li>Kata “Yaum” (hari) dalam bentuk plural (jamak) sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari dalam satu Bulan.</li>
<li>Kata “Sab’u” (minggu) disebutkan 7 kali, sama dengan jumlah hari dalam satu minggu.</li>
<li>Jumlah “ saah” (jam) yang didahului dengan ‘harf’ sebanyak 24 kali, sama dengan jumlah jam dalam satu hari.</li>
<li>Kata “Sujud” disebutkan 34 kali, sama dengan jumlah raka’at dalam solat 5 waktu</li>
<li>Kata “Shalawat” disebutkan 5 kali, sama dengan jumlah solat wajib sehari semalam.</li>
<li>Kata “Aqimu” yang diikuti kata “Shalat” sebanyak 17 kali, sama dengan jumlah Raka’at Sholat fardhu/ wajib.</li>
</ul>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-85360798488135867792012-05-28T22:18:00.002-07:002012-05-28T22:18:22.322-07:00Mukjizat Nabi MusaMasih ingatkah teman-teman dengan kisah mukjizat Nabi Musa yang
membelah laut merah dengan tongkatnya? Jika salah satu diantara
teman-teman yang menganggap kisah tersebut hanya merupakan dongeng
belaka, sekarang mari kita simak tulisan yang saya uraikan dibawah ini.<br />
<span id="more-425"></span><br />
Seorang Arkeolog bernama Ron Wyatt pada ahir tahun 1988 silam
mengklaim bahwa dirinya telah menemukan beberapa bangkai roda kereta
tempur kuno didasar laut merah. Menurutnya, mungkin ini merupakan
bangkai kereta tempur Pharaoh yang tenggelam dilautan tsb saat digunakan
untuk mengejar Musa bersama para pengikutnya.<br />
Menurut pengakuannya, selain menemukan beberapa bangkai roda kereta
tempur berkuda, Wyatt bersama para krunya juga menemukan beberapa tulang
manusia dan tulang kuda ditempat yang sama.<br />
Temuan ini tentunya semakin memperkuat dugaan bahwa sisa2 tulang
belulang itu merupakan bagian dari kerangka para bala tentara Pharaoh
yang tenggelam di laut Merah. Apalagi dari hasil pengujian yang
dilakukan di Stockhlom University terhadap beberapa sisa tulang belulang
yang berhasil ditemukan,memang benar adanya bahwa struktur dan
kandungan beberapa tulang telah berusia sekitar 3500 tahun silam, dimana
menurut sejarah,kejadian pengejaran itu juga terjadi dalam kurun waktu
yang sama.<br />
<a name='more'></a><br />
<div class="wp-caption alignnone" id="attachment_1282" style="width: 330px;">
<a href="http://misteridunia.files.wordpress.com/2008/10/208.jpg"><img alt="" class="size-full wp-image-1282" src="http://misteridunia.files.wordpress.com/2008/10/208.jpg?w=500" title="208" /></a><div class="wp-caption-text">
poros roda dari salah satu kereta kuda</div>
</div>
Selain itu, ada suatu benda menarik yang juga berhasil ditemukan,
yaitu poros roda dari salah satu kereta kuda yang kini keseluruhannya
telah tertutup oleh batu karang, sehingga untuk saat ini bentuk aslinya
sangat sulit untuk dilihat secara jelas. Mungkin Allah sengaja
melindungi benda ini untuk menunjukkan kepada kita semua bahwa mukjizat
yang diturunkan kepada Nabi2-Nya merupakan suatu hal yang nyata dan
bukan merupakan cerita karangan belaka. Diantara beberapa bangkai kereta
tadi, ditemukan pula sebuah roda dengan 4 buah jeruji yang terbuat dari
emas. Sepertinya, inilah sisa dari roda kereta kuda yang ditunggangi
oleh Pharaoh sang raja.<br />
<a href="http://misteridunia.files.wordpress.com/2008/10/209.jpg"><img alt="" class="alignnone size-full wp-image-1280" src="http://misteridunia.files.wordpress.com/2008/10/209.jpg?w=500" title="209" /></a><br />
Sekarang mari kita perhatikan gambar diatas, Pada bagian peta yang
dilingkari (lingkaran merah), menurut para ahli kira-kira disitulah
lokasi dimana Nabi Musa bersama para kaumnya menyebrangi laut Merah.
Lokasi penyeberangan diperkirakan berada di Teluk Aqaba di Nuweiba.
Kedalaman maksimum perairan di sekitar lokasi penyeberangan adalah 800
meter di sisi ke arah Mesir dan 900 meter di sisi ke arah Arab.
Sementara itu di sisi utara dan selatan lintasan penyeberangan (garis
merah) kedalamannya mencapai 1500 meter. Kemiringan laut dari Nuweiba ke
arah Teluk Aqaba sekitar 1/14 atau 4 derajat, sementara itu dari Teluk
Nuweiba ke arah daratan Arab sekitar 1/10 atau 6 derajat<br />
Diperkirakan jarak antara Nuweiba ke Arab sekitar 1800 meter.Lebar
lintasan Laut Merah yang terbelah diperkirakan 900 meter. Dapatkah kita
membayangkan berapa gaya yang diperlukan untuk dapat membelah air laut
hingga memiliki lebar lintasan 900 meter dengan jarak 1800 meter pada
kedalaman perairan yang rata2 mencapai ratusan meter untuk waktu yang
cukup lama, mengingat pengikut Nabi Musa yang menurut sejarah berjumlah
ribuan? (menurut tulisan lain diperkirakan jaraknya mencapai 7 km,
dengan jumlah pengikut Nabi Musa sekitar 600.000 orang dan waktu yang
ditempuh untuk menyeberang sekitar 4 jam).<br />
Menurut sebuah perhitungan, diperkirakan diperlukan tekanan (gaya per
satuan luas) sebesar 2.800.000 Newton/m2 atau setara dengan tekanan
yang kita terima Jika menyelam di laut hingga kedalaman 280 meter. Jika
kita kaitkan dengan kecepatan angin,menurut beberapa perhitungan,
setidaknya diperlukan hembusan angin dengan kecepatan konstan 30
meter/detik (108 km/jam) sepanjang malam untuk dapat membelah dan
mempertahankan belahan air laut tersebut dalam jangka waktu 4 jam!!!
sungguh luar biasa, Allah Maha Besar.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-1194858773136955022012-05-28T22:17:00.002-07:002012-05-28T22:17:26.532-07:00Kain Kafan Turin<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img alt="" class="alignleft" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPvZda0_aKk4wE65vZ6ezYnfLDGQOKwpibPAtooVdXqOzLhbHecBVz2ND1EDLb4Fa1NsjLBrvrokT4rvqcZX7GJs0TMts7nY06F3OqKV2vY9zC8zJNix2dLqOxYn5pY5DjQa7Mn7xmscw/s400/138.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" title="138" width="182" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a name='more'></a></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;">
Sejarah
Kain kafan ini diketahui pertamakali tahun 1307 dari Kawasan Lirey,
Prancis… sekarang shroud of Turin tersimpan di Katedral Kota Torino,
Italia coba deh amati gambar diatas… salah satu keunikan dari kain kafan
tsb adalah pada kain-nya terdapat sebuah gambar manusia dengan tampak
depan dan maupun belakang yang sangat mirip dengan sosok Yesus (Isa
Almasih),lengkap dengan luka bekas tusukan paku pada tangan dan kaki.</div>
<br />
Salah Misteri Dunia yang belum terpecahkan juga nih,<strong> “Shroud Of Turin”</strong>.Sebenarnya,
kain ini hanya merupakan kain lenen atau kafan biasa dengan panjang
4,36 meter dan lebar 1,10 meter.Nggak ada yang spesial-kan
kelihatannya?,Lalu apa sebab kain kafan ini dikatakan menyimpan sebuah
misteri yang belum bisa terpecahkan selama beratus-ratus tahun lamanya?<br />
<span id="more-358"></span><br />
Pada bagian kepala juga terdapat luka yang diduga akibat tusukan
mahkota duri serta luka bekas cambukkan di dada maupun punggungnya,tak
ketinggalan juga satu bekas luka tusukan dibagian lambung.tentunya
temuan ini sangat menggemparkan, dan setelah zaman mengalami kemajuan
dalam bidang teknologi, penggunaan teknologi-teknologi modern untuk
membuktikan keaslian dari Shroud of Turin terus dilakukan,misalnya
dengan penggunaan kamera dengan tingkat pencahayaan dan detail yang
tinggi,dengan harapan dapat memperjelas bentuk dari gambar pada kain
tsb.<br />
<img alt="" class="alignnone" height="271" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNqr3VjpjFLyCPVgSOSbIKUMfHle9BUz29mwFO3rj13E1Mvr_vNUa5Wt2lfkgeQfMTgJw5GwaVXVk7fEfEnzxqja9z0bicQsGgmuqHcCCoTJfpJ8PC71thq8r85BHgX2eYSaIDnbGjuSg/s320/139.jpg" title="139" width="200" /><img alt="" class="alignnone" height="271" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDs1dhdRsMNZMY0w3AAjniL1Cit1hhODMYdNnTKKg64_ZgdDhV21VskefHsm2X0weVEhMDST4yGZ__VjATxsI3bU-S7XpmMMnwZb1pxyAU_BIlYp1ZvnkhplHz96wc2bAjBEU3hX2hD_o/s320/140.jpg" title="140" width="200" /><img alt="" class="alignnone" height="189" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi02MrIdNCqXB4wRxeZh6DzFvK9M8hUp72LUf122MPY5BAIsukFehThhu8VqkkKZIiG_5GcNcGMQ9wBcQ22eNJyPOt5qQTKyFMrx-LoKVgF_7sc9aHEkUEMFB4MVXrO7vCEj5JnLXHFjz4/s320/141.jpg" title="141" width="160" /><br />
Gambar paling atas merupakan foto bagian kepala Shroud of Turin
dengan kamera biasa,Gambar di tengah,merupakan gambar negatifnya..bentuk
mukanya lumayan jelas klo yang ini,trus gambar paling bawah adalah
sketsa untuk menggambarkan lebih jelas bentuk raut wajah pada kain
tsb..beneran nih matanya memang melek?<br />
Dari hasil beberapa foto yang didapatkan,mendorong banyak Ilmuwan untuk
semakin mengamati dan mengidentifikasi berbagai elemen-elemen yang
menempel pada kain itu.Benarkah bercak2 tsb adalah bekas bercak darah
manusia atau bukan?<br />
Pada pengamatan dengan menggunakan mikroskop,kain kafan tersebut
mengandung banyak sari bunga dan darah manusia.Kemudian dapat diperoleh
hasil dari penelitian yang lebih dalam lagi,bahwa bercak darah pada
Shroud of Turin merupakan darah yang termasuk golongan AB.<br />
Hingga saat ini penelitian tentang Shroud of Turin masih benar-benar
serius dilakukan.Ditunggu aja perkembangannya yah, apakah benar itu
memang asli atau palsu.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-56087026579775812722012-05-28T22:14:00.004-07:002012-05-28T22:14:54.819-07:00Ayat Suci dalam Kromosom ManusiaDr. Ahmad Khan seorang peneliti lulusan Summa Cumlaude dari Duke
University menemukan informasi lain selain konstruksi Polipeptida yang
dibangun dari kodon DNA.<br />
<span id="more-690"></span>DNA (Deoxy Nucleotida Acid) sendiri merupakan
materi genetik yang membawa informasi yang dapat diturunkan. Di dalam
sel manusia DNA dapat ditemukan pada inti sel dan di dalam mitokhondria.<br />
Di
dalam inti sel, DNA membentuk satu kesatuan untaian yang disebut
kromosom. Setiap sel manusia yang normal memiliki 46 kromosom yang
terdiri dari 22 pasang kromosom somatik dan 1 pasang kromosom sex (XX
atau XY)<br />
Dalam dunia biologi dan genetika dikenal banyaknya DNA yang hadir tanpa memproduksi protein sama sekali.<br />
Area tanpa produksi ini disebut Junk DNA atau DNA sampah.<br />
Kenyataannya DNA tersebut menurut Ahmad Khan jauh sekali dari makna
sampah. Menurut hasil hasil risetnya, Junk DNA tersebut merupakan
untaian firman-firman Allah sebagai pencipta serta sebagai tanda
kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir.<br />
Setelah bekerjasama dengan adiknya yang bernama Imran, seorang yang
ahli dalam analisis sistem, laboratorium genetiknya mendapatkan proyek
dari pemerintah.<br />
Proyek tersebut awalnya ditujukan untuk meneliti gen kecerdasan pada
manusia. Dengan kerja kerasnya Ahmad Khan berupaya untuk menemukan huruf
Arab yang mungkin dibentuk dari rantai Kodon pada kromosom manusia.<br />
<a name='more'></a><br />
Sampai kombinasi tersebut menghasilkan ayat-ayat Al Qur”an. Akhirnya
pada tanggal 2 Januari tahun 1999 pukul 2 pagi, ia menemukan ayat yang
pertama “Bismillah ir Rahman ir Rahiim. “Iqra bismirrabbika ladzi
Khalq”, “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan”.<br />
Ayat tersebut adalah awal dari surat Al-A”laq yang merupakan surat
pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad di Gua Hira.<br />
Anehnya setelah penemuan ayat pertama tersebut ayat lain muncul satu
persatu secara cepat. Sampai sekarang ia telah berhasil menemukan 1/10
ayat Alquran.<br />
Ahmad Khan kemudian menghimpun penemuan-penemuannya dalam beberapa
lembar kertas yang banyak memuat kode-kode genetika rantai kodon pada
cromosome manusia yaitu; T, C, G, dan A masing-masing kode Nucleotida
akan menghasilkan huruf Arab yang apabila dirangkai akan menjadi firman
Allah yang sangat mengagumkan.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-20072104201140107132012-05-28T22:09:00.003-07:002012-05-28T22:09:40.194-07:00Misteri Segitiga Bermuda versi islamSegitiga bermuda yang juga biasa disebut segitiga setan terletak di
wilayah lautan samudera atlantik seluas 1,5 juta mil2 atau 4juta km2
yang membentuk garis segita antara wilayah2 teritorial britania raya sbg
titik di sebelah utara, puerto rico teritorial amerika serikat titik di
sebelah selatan dan miami negara bagian florida amerika serikat sbg
titik disebelah barat.<br />
<span id="more-1530"></span><br />
Pasti pernah dgr kan peristiwa2 aneh di sana yang sering terjadi
kapal2 hilang baik laut maupun udara secara misterius.Ada yang bilang
segitiga bermuda itu adalah tempat mangkalnya alien dan ufo.Ada yg
bilang itu adalah pusat magnet terbesar didunia.Ada juga yang bilang itu
pusat bumi dan terdapat black hole yang mampu menyedot apapun yg
melintas.Lalu apa pendapat islam tentang segita bermuda?<br />
<img alt="" class="alignnone" height="323" src="http://hotmudflow.files.wordpress.com/2007/01/masalembo-triangle.gif?w=437&h=323" width="437" /><br />
Ada hadist yg diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW telah
bersabda “Apabila salah seorang berada ditempat yg terbuka atau ditengah
matahari sedang bersinar, lalu bayangan yg meneduhinya bergerau
sehingga sebagian dari dirinya terletak ditempat panas dan sebagibn lagi
di tempat sejuk, maka hendaklah dia berdiri atau meninggalkan tempat
itu” dikatakan larangan ini karena tempat seperti itu adalah tempat yang
paling digemari oleh Syaitan.Jadi apa kaitannya dengan bermuda???<br />
<a name='more'></a><br />
Alasannya karena bermuda terletak di perairan atlantik di pertengahan
antara benua Amerika bagian utara dan Afrika.Secara mudah lokasi ini
adalah kawasan pertembungan dua arus panas dari afrika dan sejuk dari
Amerika Utara. Dengan hadist ini maka terjawablah misteri segitiga
bermuda.Perkara2 aneh yg terjadi itu tentu antara lain disebabkan
pertembungan antara panas dan sejuk dan istana Syaitan yang mungkin
tersembunyi disitu.<br />
Ada sebuah buku yang berjudul “Dajjal akan muncul dari kerajaan jin di
segitiga bermuda” Karya Sheikh Muhammad Isa Dawuud dari Mesir,bahwa
kawasan bermuda adalah kawasan Jin dimana dari situlah akan muncul
Dajjal. Jika benar dakwaan buku itu, tidak aneh lagi apa yang di
Sabdakan Oleh Nabi SAW itu nyata adanya dan bahkan mendahului zaman
sekaligus Nabi SAW membuktikan bahwa islam memiliki semua jawaban untuk
semua pertanyaan.<br />
Menurut Syaikh Imam M. Ma’rifatullah Al-arsy, segitiga bermuda
merupan tempat titik terujung di dunia ini. Ditengah kawasan itu
terdapat sebuah telaga yang airnya dapat membuat siapa saja yg
meminumnya menjadi panjang umur, ditempat itu pula Nabiyullah Khidzir
A.S bertahta sebagai penjaga sumber air kehidupan tersebut.Syaitkh imam
M. M berkata kalau penyelamat akhir Zaman Imam Mahdi akan keluar dari
Ghaibnya melalui tempat tersebut dengan menggukan jubah suci berwarna
kebiruan.<br />
Lalu apa penyebab hilangnya berbagai macam kapal ditempat itu???
Menurut Syaikh Imam M lagi, para iblis dan Syaitan tersebut yang tak
bisa mendekati pusat kawasan agung itu,maka mereka pun berjaga
disekelilingnya dan bertujuan untuk menghalangi setiap manusia yang
mencoba untuk memasuki kawasan agung itu(segitiga bermuda).Karena
sesungguhnya barang siapa yg bisa sampai ketempat titik tengah kawasan
segitiga bermuda, maka dia akan mengetahui kebenaran alam yg
sesungguhnya.<br />
Banyak orang2 jaman dahulu yang telah mencoba kepusat Segitiga bermuda
dan kebanyakan dari mereka enggan untuk kembali pulang kedunianya.
Menurut sebuah artikel kuno, Raja Iskandar Agung pernah mencoba masuk ke
kawasan agung itu.Dan sekembalinya mereka mengatakan bahwa tempat itu
berpasirkan permata dan berbatukan berlian.Tempat yang dipenuhi dengan
kabut putih tebal itu sangat indah untuk dipandang tapi sangat berbahaya
untuk di datangi. PS: ya Allahu’alam… Semua kembali kepada sang
pencipta Alam Allah SWT, karena sesungguhnya Allah SWT lah yang paling
tahu apa sebenarnya segitiga bermuda itu.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-34645137677238346792012-05-28T22:00:00.003-07:002012-05-28T22:08:46.806-07:00Petunjuk Al-Qur’an Tentang Makhluk Berakal di Luar Planet BumiAl-Qur’an merupakan mu’jizat terbesar sepanjang masa. Pertamakali
dibukukan di jaman Khalifah Abu Bakr, lalu pembukuannya disempurnakan di
jaman Khalifah Umar bin Khathab. Sedangkan di jaman Khalifah Utsman
mulai ditetapkan bentuk hurufnya serta diperbanyak sehingga dikenal
istilah Rosam Utsmani. Ilmu tata bahasa al-Qur’an (nahwu dan sharaf)
mulai diperkenalkan di jaman khalifah Ali bin Abi Thalib.<br />
<span id="more-1536"></span><br />
Salah satu keistimewaan al-Qur’an adalah memungkinkan penafsirannya
yang terus berkembang dan selalu up to date. Salah satu contohnya adalah
yang terdapat di dalam surat Ar-Ra’du (13) ayat 15.<br />
Dan hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) “Man” yang ada di langit dan
di Bumi, baik dengan kemauan sendiri (taat), ataupun terpaksa,
begitupula bayang-bayangnya (ikut sujud) di pagi dan petang hari (QS
13:15).<br />
Ayat tersebut menjelaskan adanya “Man” di langit dan di Bumi. Lalu siapakah yang dimaksud “Man” di dalam ayat ini?<br />
<a name='more'></a><br />
1. Di dalam tata bahasa al-Qur’an (arab) “Man” menunjukan makhluk
yang diberi akal. Sedangkan makhluk berakal yang diciptakan Allah swt
ada 4, yaitu: Malaikat, Iblis, Jin, dan Manusia. Oleh sebab itu
makhluk-makhluk lain seperti binatang, tumbuhan, atau benda mati tidak
bisa disebut “Man” tetapi disebut “Maa”. Jika diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia maka “Man” bermakna “Siapa” dan “Maa” bermakna “Apa”.<br />
2. Ciri-ciri “Man” yang dimaksud di dalam ayat di atas adalah:<br />
a) Sujud dengan taat kepada Allah;<br />
b) Sujud dengan terpaksa kepada Allah; dan<br />
c) Memiliki bayang-bayang.<br />
<img alt="" class="alignnone" height="528" src="http://gallery.photo.net/photo/6600845-md.jpg" width="679" /><br />
Ayat tersebut berbunyi: Walillahi yasjudu Man fi ssamaawaati wal
ardhi, jika diterjemahkan menjadi: Dan kepada Allah “Man” di langit dan
di Bumi bersujud/beribadah. Itu bunyi paraghraf pertama dari ayat
tersebut. Paraghraf ini menjelaskan adanya “Man” di langit dan di Bumi
yang bersujud/beribadah kepada Allah. Lalu dilanjutkan dengan kalimat:
Thou’an wa karhan wa dzilaluhum…., jika diterjemahkan menjadi: Taat, dan
terpaksa, dan bayang-bayang mereka…… Paraghraf ini menjelaskan
cirri-ciri “Man” yang dimaksud pada paraghraf pertama. Bahwa
sujud/ibadahnya si “Man” yang dimaksud di atas kadang kala taat, kadang
terpaksa, dan mereka memiliki bayang-bayang.<br />
3. Perlu diketahui lagi bahwa kata As-samaawaati pada ayat tersebut
berbentuk jamak. Sehingga menjadi petunjuk bahwa “Man” yang berada di
luar planet Bumi akan tersebar di banyak planet lain.<br />
3. Jika melihat ciri-ciri tersebut diatas maka tidak mungkin yang
dimaksud “Man” di dalam ayat tersebut adalah Malaikat, karena Malaikat
selalu patuh kepada Allah, tidak pernah terpaksa, dan tidak memiliki
bayang-bayang.<br />
4. Juga tidak mungkin yang maksud “Man” di dalam ayat tersebut adalah
Iblis, karena Iblis tidak pernah taat kepada Allah serta tidak memiliki
bayang-bayang.<br />
5. Dan tidak mungkin pula yang dimaksud “Man” di dalam ayat tersebut
adalah Jin. Walaupun ada Jin yang taat dan terpaksa, tetapi Jin tidak
memiliki bayang-bayang.<br />
6. Maka yang dimaksud dengan “Man” pada ayat tersebut adalah makhluk
seperti manusia. Yaitu mahkluk yang kadang kala taat, atau terpaksa
serta memiliki bayang-bayang. Oleh sebab itu, ayat tersebut menjadi
petunjuk adanya makhluk berakal seperti manusia di luar planet Bumi.<br />
Disamping “Man”, di luar planet Bumi pun Allah swt pun menciptakan
“Maa” dari kelompok binatang melata. Sebagaimana firman Allah swt di
dalam surat An-Nahl (16) ayat 49.<br />
Dan hanya kepada Allah-lah sujud “Maa” yang melata yang ada dilangit
dan “Maa” yang melata yang ada di Bumi. Dan para Malaikat, dan mereka
tidak menyombongkan diri. (QS 16:49).<br />
Ayat tersebut menjelaskan adanya “Maa” dan “Malaikat” di langit dan
di Bumi yang selalu sujud kepada Allah serta tidak sombong. Pada ayat
ini tidak ada istilah terpaksa, sebagai bukti bahwa Malaikat dan “Maa”
selalu sujud dengan taat kepada Allah swt.<br />
Mengakhiri pembahasan tentang makhluk di luar Bumi maka silahkan simak firman Allah swt di dalam surat Asy-Syura (42) ayat 29.<br />
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya, ialah menciptakan langit dan
Bumi dan “Maa” yang melata yang Ia sebarkan pada keduanya. DAN IA MAHA
KUASA UNTUK MENGUMPULKAN (MEMPERTEMUKAN) SEMUANYA (MAKHLUK LANGIT DAN
BUMI) APABILA IA BERKEHENDAK (QS 42:29).<br />
Ayat tersebut menjadi petunjuk adanya kemungkinan pertemuan
(interaksi) antara manusia yang ada di langit dengan manusia yang ada di
Bumi bahkan kemungkinan saling berjodoh, tentunya jika Allah swt sudah
berkehendak. Wallahu a’lam bishowab.<br />
<i>Oleh: Bpk. Yudi N. Ihsan</i>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-78332497561610639942012-05-28T21:59:00.002-07:002012-05-28T21:59:36.945-07:00Kisah Mazmur, Raja Daud dan Makkah<a href="http://kanzunqalam.files.wordpress.com/2011/04/makkah.jpeg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-1066" height="196" src="http://kanzunqalam.files.wordpress.com/2011/04/makkah-e1302146639475.jpeg" title="makkah" width="260" /></a><strong>Baka </strong>adalah salah satu nama di dalam <strong>Bible (Mazmur 84)</strong>, yang paling sering jadi perdebatan. Ada yang beranggapan <strong>Baka</strong> adalah <strong>Lembah Biqa</strong> di <strong>Lebanon</strong>, namun ada juga yang percaya <strong>Baka</strong> itu adalah <strong>Bakkah (Makkah)</strong>, sebagaimana terdapat di dalam <strong>QS. Ali ‘Imran (3) ayat 96</strong>.<br />
Untuk lebih jelasnya, mari kita perhatikan, <strong>Mazmur Pasal 84, ayat 1-7</strong>, berikut :<br />
<blockquote>
1. Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur bani Korah.<br />
2. Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam!<br />
3. Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran Tuhan; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.<br />
4. Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung
layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada
mezbah-mezbah-Mu, ya Tuhan semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!<br />
5. Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Sela<br />
6. Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!<br />
7. Apabila melintasi lembah Baka, membuatnya menjadi tempat yang bermata
air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat.<br />
<a name='more'></a></blockquote>
<strong></strong><br />
<strong>Analisa Mazmur 84</strong> :<br />
1. Yang dibicarakan didalam <strong>Mazmur 84</strong>, adalah sebuah tempat <strong>ziarah</strong> bagi <strong>umat manusia</strong>, sebagaimana tertulis :<br />
“Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Sela. Berbahagialah <strong>manusia</strong> yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan <strong>ziarah</strong>!” (Mazmur 84:5-6)<br />
Dengan demikian kata <strong>Baka</strong>, lebih tepat dipersamakan dengan <strong>Bakkah (Makkah) </strong>yang merupakan<strong> tempat ziarah</strong>. Sementara <strong>Lembah Biqa</strong> di <strong>Lebanon</strong>, sampai detik ini belum kita dengar pernah menjadi tempat ziarah, yang didatangi oleh umat manusia, dari segenap penjuru dunia.<br />
2. Dalam kitab<strong> Mazmur 84:3, Raja Daud</strong> merasa jiwanya terasa jauh karena merindukan pelataran Tuhan. Berikut ini adalah kalimat puitisnya :<br />
“My soul longeth, yea, even fainteth for the courts of the LORD: my
heart and my flesh crieth out for the living God.” (Teks KJV Bible)<br />
(Jiwaku hancur, yea, karena merindukan pelataran-pelataran Tuhan; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.)<br />
<strong>Raja Daud </strong>mengatakan hal tersebut di<strong> Yerusalem</strong>. Nampak dalam perkataannya bahwa ia sangat merindukan untuk pergi ke<strong> bait Allah </strong>di <strong>Baka/Bakkah/Makkah</strong>, daerah yang jauh dari <strong>Yerusalem</strong>.<br />
Jadi bukan <strong>Lembah Biqa</strong>, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari <strong>Yerusalem</strong>.<br />
3. The <strong>Jewish Encylopedia</strong> menyatakan bahwa <strong>Baka</strong> dalam <strong>Mazmur 84</strong> adalah daerah tandus yang kekurangan air dibandingkan lembah-lembah yang lain.<br />
<blockquote>
Dalam bahasa Ibrani, Baka artinya lembah menangis (crying
valley atau valley of weeping) dan pohon kertau/pohon balsam (balsam
tree).</blockquote>
Kota suci <strong>Makkah (Mekah)</strong> pada mulanya bernama<strong> Baka</strong> atau <strong>Bakkah.</strong> Dalam <strong>bahasa Arab</strong>, kata <strong>baka </strong>mempunyai dua arti, “<strong>berderai air mata</strong>” dan “<strong>pohon balsam</strong>“.<br />
Arti yang pertama berhubungan dengan <strong>gersangnya daerah itu</strong> sehingga seakan-akan tidak memberikan harapan, dan arti yang kedua berhubungan dengan banyaknya <strong>pohon balsam (genus commiphora) </strong>yang tumbuh di sana.<br />
Karena <strong>kota Mekah sangat gersang</strong>, orang-orang <strong>Quraisy </strong>penghuni kota itu tidak mungkin hidup dari sektor agraris (pertanian), melainkan harus mengembangkan sektor <strong>bisnis (perdagangan)</strong>.<br />
Dibandingkan suku-suku lain di <strong>Semenanjung Arabia, suku Quraisy</strong> memiliki watak istimewa, tahan segala <strong>cuaca</strong>! Mereka memiliki tradisi (ilaf) gemar mengembara baik di musim dingin maupun di musim panas untuk berniaga.” (Sumber : <a href="http://answering-ff.org/forum/viewtopic.php?p=45950">answering-ff.org</a> )<br />
Sementara <strong>Lembah Biqa </strong>di <strong>Lebanon</strong> sendiri bisa dikatakan cukup air dan tidak segersang Arabia.<br />
4. Dalam <strong>Bahasa Ibrani : Baka’</strong> adalah turunan dari kata <strong>Bakah</strong><br />
<blockquote>
<strong>Baka’ </strong>adalah turunan dari kata <strong>Bakah</strong> (lihat Nomor Strong 01056 dan 01058).<br />
No. Strong: 01058<br />
Kata : bakah, Pengucapan: baw-kaw’<br />
Asal Kata : a primitive root <— Artinya sebuah akar kata!!<br />
Sumber : TWOT-243, Jenis : v<br />
Definisi Inggris:<br />
1) to weep, bewail, cry, shed tears<br />
1a) (Qal)<br />
1a1) to weep (in grief, humiliation, or joy)<br />
1a2) to weep bitterly (with cognate acc.)<br />
1a3) to weep upon (embrace and weep)<br />
1a4) to bewail<br />
1b) (Piel) participle<br />
1b1) lamenting<br />
1b2) bewailing</blockquote>
<strong>Kesimpulannya</strong> :<br />
- “<strong>Baka</strong>” adalah turunan dari akar kata “<strong>Bakah</strong>“.<br />
- <strong>Al-Qur’an </strong>menyebut <strong>lembah Bakkah</strong>.<br />
- Jadi<strong> Baka</strong> atau <strong>Bakah (dalam bahasa Ibrani) </strong>dibandingkan <strong>Bakkah (dalam al-Qur’an)</strong> terdapat kemiripan dari <strong>segi linguistik</strong>.<br />
- Oleh karena <strong>huruf mim</strong> dan <strong>ba</strong> sama-sama <strong>huruf bilabial (bibir)</strong>, nama <strong>Bakkah </strong>lama-kelamaan berubah menjadi <strong>Makkah</strong>.<br />
<div style="text-align: center;">
“<em>Sesungguhnya Bait yang mula-mula
dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah (Bait Allah)
yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh
alam</em>” (<strong>QS Ali ‘Imran (3) ayat 96</strong>).</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-49956316518827244782012-05-28T21:57:00.000-07:002012-05-28T21:58:34.735-07:00Letak Geografis Kota Makkah dan Misteri Bilangan Fibonacci<div style="text-align: left;">
<a href="http://kanzunqalam.files.wordpress.com/2011/10/makkah1.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-1430" height="131" src="http://kanzunqalam.files.wordpress.com/2011/10/makkah1.jpg" title="makkah1" width="198" /></a>Jika kita mengukur jarak Kota Makkah ke arah
Kutub Utara, diperoleh angka 7631.68 km, sedangkan jika ke arah Kutub
Selatan, diperoleh angka 12348.32 km. Apabila kedua angka tersebut kita
diperbandingkan :</div>
<div style="text-align: center;">
<b>12348.32 km / 7631.68 km = 1.618</b></div>
<br />
<div style="text-align: left;">
<b>Angka 1.618</b> di dalam <b>matematika</b>, dikenal sebagai<b> Bilangan Fibonacci</b>, yang didefinisikan dengan rumus sebagai berikut:</div>
<div class="separator">
<a href="http://kanzunqalam.files.wordpress.com/2011/10/fibonacci.jpg"><img alt="" border="0" class="aligncenter" height="75" src="http://kanzunqalam.files.wordpress.com/2011/10/fibonacci.jpg?w=320&h=75" width="320" /></a></div>
<blockquote>
<div class="MsoNormal">
<b></b><br />
<a name='more'></a><b>Penjelasan:</b><br />
Barisan ini berawal dari 0 dan 1, kemudian angka berikutnya didapat
dengan cara menambahkan kedua bilangan yang berurutan sebelumnya.</div>
<div class="MsoNormal">
Dengan aturan ini, maka barisan bilangan Fibonaccci diperoleh :</div>
<div class="MsoNormal">
0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, 233, 377, 610, 987, 1597, 2584, 4181, 6765, 10946…</div>
<div class="MsoNormal">
Barisan bilangan Fibonacci dapat dinyatakan sebagai berikut:</div>
<div class="MsoNormal">
F<sub>n</sub> = (x<sub>1</sub><sup>n</sup> – x<sub>2</sub><sup>n</sup>)/ sqrt(5)</div>
<div class="MsoNormal">
dimana :</div>
<ul type="disc">
<li class="MsoNormal">F<sub>n</sub> adalah bilangan Fibonacci ke-n</li>
<li class="MsoNormal">x<sub>1</sub> dan x<sub>2</sub> adalah penyelesaian persamaan x<sup>2</sup>-x-1=0</li>
</ul>
<div class="MsoNormal">
Perbandingan antara F<sub>n+1</sub> dengan F<sub>n</sub>hampir selalu sama untuk<br />
sembarang nilai n dan mulai nilai n tertentu, perbandingan ini nilainya
tetap. Perbandingan itu disebut Golden Ratio (Rasio Emas) yang nilainya
mendekati 1,618.<br />
Sumber : <a href="http://unik.bengkel-matematika.com/keajaiban-angka-tuhan.html">Keajaiban “Angka Tuhan”</a>, <a href="http://www.harunyahya.biz/indo/artikel/068.htm">Rumus Keindahan yang Diciptakan di Alam (Harun Yahya)</a>, <a href="http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=164026040303699&id=129370600438562">Kebenaran Qur’an : Rahasia Ka’bah dan Golden Ratio</a>, <a href="http://sigit-kira.blogspot.com/2011/07/bilangan-fibonacci-misteri-angka-tuhan.html">Bilangan Fibonacci “Misteri Angka Tuhan”</a> dan <a href="http://yamalikulmulk.wordpress.com/2011/10/19/rahasia-mekah-angka-1-618/">Rahasia Mekah & Angka 1.618</a></div>
</blockquote>
<b>Fakta-Fakta Bilangan Fibonacci</b><br />
<b> 1. Jumlah Daun pada Bunga (petals)</b><br />
Mungkin sebagian besar tidak terlalu memperhatikan jumlah daun pada
sebuah bunga. Dan bila diamati, ternyata jumlah daun pada bunga itu
menganut deret fibonacci. contohnya:<br />
- jumlah daun bunga 3 : bunga lili, iris<br />
- jumlah daun bunga 5 : buttercup (sejenis bunga mangkok)<br />
- jumlah daun bunga 13 : ragwort, corn marigold, cineraria,<br />
- jumlah daun bunga 21 : aster, black-eyed susan, chicory<br />
- jumlah daun bunga 34 : plantain, pyrethrum<br />
- jumlah daun bunga 55,89 : michaelmas daisies, the asteraceae family<br />
Ingin lihat buktinya? silahkan diamati beberapa gambar berikut :<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://kanzunqalam.files.wordpress.com/2011/10/bloodroot.jpg"><img alt="" border="0" class="aligncenter" src="http://kanzunqalam.files.wordpress.com/2011/10/bloodroot.jpg?w=238" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="http://kanzunqalam.files.wordpress.com/2011/10/be_sun.jpg"><img alt="" border="0" class="aligncenter" src="http://kanzunqalam.files.wordpress.com/2011/10/be_sun.jpg?w=238" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="http://kanzunqalam.files.wordpress.com/2011/10/21daun.jpg"><img alt="" border="0" src="http://kanzunqalam.files.wordpress.com/2011/10/21daun.jpg?w=236" /></a><a href="http://kanzunqalam.files.wordpress.com/2011/10/35daun.jpg"><img alt="" border="0" src="http://kanzunqalam.files.wordpress.com/2011/10/35daun.jpg?w=234" /></a></div>
<b>2. Pola Bunga</b><br />
Pola bunga juga menunjukkan adanya pola fibonacci ini, misalnya pada bunga matahari.<br />
<a href="http://kanzunqalam.files.wordpress.com/2011/10/sunflower_pub.jpg"><img alt="" border="0" class="aligncenter" src="http://kanzunqalam.files.wordpress.com/2011/10/sunflower_pub.jpg?w=300" /></a><br />
Dari titik tengah menuju ke lingkaran yang lebih luar, polanya mengikuti deret fibonacci.<br />
<b>3. Tubuh Manusia</b><br />
Hubungan kesesuaian “ideal” yang dikemukakan ada pada berbagai bagian
tubuh manusia rata-rata dan yang mendekati nilai rasio emas dapat
dijelaskan dalam sebuah bagan umum sebagaimana berikut:Nilai
perbandingan M/m pada diagram berikut selalu setara dengan rasio emas.
M/m = 1,618<br />
<a href="http://kanzunqalam.files.wordpress.com/2011/10/golden-ratio.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-2100" height="201" src="http://kanzunqalam.files.wordpress.com/2011/10/golden-ratio.jpg" title="golden ratio" width="251" /></a><br />
Contoh pertama dari rasio emas pada tubuh manusia rata-rata adalah jika
antara pusar dan telapak kaki dianggap berjarak 1 unit, maka tinggi
seorang manusia setara dengan 1,618 unit. Beberapa rasio emas lain pada
tubuh manusia rata-rata adalah:<br />
Jarak antara ujung jari dan siku / jarak antara pergelangan tangan dan siku,<br />
Jarak antara garis bahu dan unjung atas kepala / panjang kepala,<br />
Jarak antara pusar dan ujung atas kepala / jarak antara garis bahu dan ujung atas kepala,<br />
Jarak antara pusar dan lutut / jarak antara lutut dan telapak kaki.<br />
<b><br />
Hubungan Makkah dan Bilangan Fibonacci, dalam Al Qur’an</b><br />
<b></b><br />
<img alt="" border="0" class="aligncenter" src="http://a1.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash2/149206_160260367349585_129370600438562_279826_2983192_n.jpg" /><br />
Jika jumlah seluruh huruf dalam QS. Ali Imran (3) ayat 96, yang berjumlah 47, dibagi angka Fibonacci 1.618, di dapat…<br />
<div style="text-align: center;">
<b>47/1.618 = 29</b></div>
Dimana angka 29, merupakan jumlah huruf dari pangkal ayat sampai kepada kata Bakkah (Makkah)…<br />
<div style="text-align: center;">
<i>Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama
yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Makkah)
yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam</i><br />
(QS. Ali Imran (3) ayat 96)</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-4786735646094536602012-05-25T21:56:00.000-07:002012-05-25T21:56:07.896-07:00Masuk Islamnya dr (Hitler) Poch<div style="text-align: center;">
<em>Oleh : Ahmad Zuhri Muhtar</em></div>
<br />Setelah banyak diberitakan oleh sejumlah media khususnya media<em> online,</em>
keberadaan dr Poch seorang dokter asal Jerman yang juga diduga sebagai
Hitler itu kini semakin redup. Tidak seorang pun atau lembaga manapun
yang melakukan investigasi tentang keberadaan dokter yang sempat
bertugas di RSU Sumbawa Besar ini terutama yang berhubungan dengan
dugaan banyak orang bahwa dia adalah Hitler yang misterius itu.<br /><br />Namun saya sebagai seorang yang telah dijadikan narasumber oleh beberapa media <em>online </em>terus
mendapat pertanyaan dari masarakat Indonesia melalui email atau telpon.
Mereka menanyakan tentang apakah benar dr Poch adalah Hitler. Tentu
saja saya menjawab tidak tahu karena yang saya ketahui bahwa orang yang
disebut mirip dengan Hitler itu benar-benar telah bertugas di Sumbawa
Besar. <br /><br />Rumah bekas kediamannya sampai hari ini masih terawat
karena di rumah itu terakhir ditinggali oleh dr Haji Ziad Umar alm.
Rumah Dinas itu berada di komplek RSU Sumbawa Besar. Sedangkan tempat
peraktek dr Poch dahulu yakni BKIA Seketeng Sumbawa Besar kini sudah
berubah menjadi Puskesmas begitu pula dengan bangunan nya.<br /><br />Ketika
datang dan bertugas di Sumbawa Besar, dr Poch ditemani isterinya yang
asal Jerman. dr Poch sempat ditemani isterinya selama beberapa tahun di
Sumbawa Besar dan terakhir isterinya itu tiba-tiba tersiar kabar sudah
pergi meninggalkan dr Poch seorang diri di Sumbawa Besar. Kabarnya sang
isteri pulang ke Jerman menyusul keluarganya yang berada disana karena
dr Poch tetap tidak mau kembali ke Jerman dan memilih menetap di Sumbawa
Besar.<br /><a name='more'></a>Tentang kebenaran dr Poch memeluk agama Islam saya
benarkan seperti banyak orang Sumbawa seusia saya yang pernah menjadi
saksi hidupnya. Dr Poch memeluk Islam setelah ia ditinggal pergi
isterinya dan sebelum menikah dengan seorang keturunan Jawa di Sumbawa
Besar. Kalau saya tidak salah dr Poch, mengucapkan dua Kalimah Syahadat
di depan Imam Besar Mesjid Nurul Huda Sumbawa Besar bapak Haji Abdullah
Kafi alm seorang Ulama NU di Sumbawa. Kemudian resepsi pernikahan nya
dilakukan di Wisma Daerah yang dulu menjadi Istana Sultan Sumbawa
Muhammad Kaharuddin III. Sayangnya saya tidak ingat persis tahun berapa,
namun jika saya urutkan dengan usia saya (saya lahir tahun 1955 ) maka
saya perkirakan waktu itu tahun enam puluhan ke atas.<br /><br />Saya pun
tidak mengetahui dengan persis kapan dr Poch meninggalkan Sumbawa Besar,
namun beberapa tahun setelah peristiwa PKI saya baru mengetahui bahwa
dr Poch sudah pindah ke Jawa tepatnya di Surabaya dan terakhir beredar
kabar di Sumbawa bahwa orang yang diduga Hitler itu telah meninggal
dunia dan dimakamkan di Surabaya.<br /><br />Pengalaman paling menarik yang
masih terpatri dalam ingatan saya dengan dr Poch saat itu adalah ketika
sebuah kapal berlabuh dilepas pantai Labuhan Sumbawa, Sumbawa Besar.
Kapal tersebut yang terakhir baru saya ketahui adalah Kapal Rumah Sakit
yang memberikan pengobatan gratis kepada masyarakat. Saat itu saya
diajak paman saya alm. Haji Muhammad Zain Anwar yang saat itu menjabat
Kepala Sekolah Guru Bawah SGB, naik ke atas kapal yang kalau tidak salah
bernama Hope dan ditemani dr Poch. Saya bahkan sempat digendong dr Poch
ketika naik dari <em>boot </em>ke atas kapal.<br /><br />Diatas kapal yang
besar itu banyak terlihat orang bule dan sedikit sekali orang Indonesia.
Karena saya tidak sebagai pasien maka saya lebih banyak bermain di atas
kapal. Ketika pulang saya diberikan bingkisan susu bubuk oleh
orang-orang bule itu. Keesokan harinya para bule yang kebanyakan wanita
itu diajak menyaksikan Kerapan Kerbau salah satu permainan orang
Sumbawa. Siang harinya para kru kapal Hope itu mampir di rumah paman
saya yang fasih berbahasa Jerman. Ditempat ini mereka disajikan masakan
khas Sumbawa Sepat dan Singang. Kelihatanya mereka sangat senang kala
itu dan saya pun kembali mendapat hadiah jam tangan dari salah seorang
bule itu. Selama didarat para ABK kapal Hope itu selalu ditemani dr
Poch.<br /><br />Dimata saya, dr Poch adalah orang yang peramah dan lemah
lembut. Hanya saja kelihatannya sangat angker. Tetapi jika tidak dalam
tugas ia sering bertandang kerumah-rumah pejabat atau tokoh masarakat di
Sumbawa Besar. Disitulah saya melihat dr Poch sarat dengan
keramahtamahan bahkan jika datang ke rumah paman saya ia selalu terlihat
bercanda dan tidak lupa membawakan kami permen kelereng (sebutan kami
untuk permen yang berbetuk seperti kelereng)<br /><br />Dr Poch tidak
merokok dan dia sangat tidak suka dengan orang yang merokok. Satu ketika
ia bertandang ke rumah paman. Saat itu paman saya sedang menghisap
rokok dan langsung saja dr Poch mengambil rokok tersebut dari mulut
paman saya. Saya masih ingat kata-katanya saat itu. “Pak Zein mau cepat
mati? ujar dr Poch. Paman saya sebenarnya tidak merokok. Ia baru merokok
jika ada yang memberinya rokok.<br /><br />Saya sudah berupaya mencari tahu
ke sejumlah instansi terkait khususnya Rumah Sakit Umum Sumbawa Besar
dan Dinas Kesehatan setempat tentang keberadaan dr Poch. Tidak ada
catatan sedikit pun, misalnya tahun mulai bekerja dll apalagi ingin tahu
alumni fakultas kedokteran mana yang bersangkutan. Melalui tulisan ini
saya menghimbau kepada siapapun yang pernah tahu tentang keberadaan
dokter asal Jerman itu untuk membuka catatan-catatannya agar ke depan
bisa lebih jelas terutama tentang dugaan sementara orang yang menyebut
nya sebagai Hitler. Lepas dari semua dugaan itu suka tidak suka, dr Poch
telah memberikan sumbangsihnya yang tidak kecil bagi masyarakat <em>Tana’ Samawa’.</em>
Dan bagi siapa saja yang masih menduga nya sebagai Hitler saya mohon
untuk segera melakukan investigasi agar kita segera pula tahu, benar
atau tidak dr Poch adalah Hitler.<br /><br />dr Poch kini sudah tiada.
Semoga dengan ke Islamannya diakhir hidupnya ia ditempatkan Allah SWT di
Sisi NYA dan mengampuni semua dosa-dosa dalam hidupnya. <em>Amien Ya Rabbal Aalamin</em>.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-19580669118381986652012-05-25T21:49:00.001-07:002012-05-25T21:49:16.492-07:00Tangisan Rasulullah Menggoncangkan ArasyDikisahkan, bahwasanya di waktu Rasulullah s.a.w. sedang asyik bertawaf
di Ka’bah, beliau mendengar seseorang dihadapannya bertawaf, sambil
berzikir: <em>“Ya Karim! Ya Karim!”</em><br /><br />Rasulullah s.a.w. menirunya membaca <em>“Ya Karim! Ya Karim!”</em> Orang itu Ialu berhenti di salah satu sudut Ka’bah, dan berzikir lagi: <em>“Ya Karim! Ya Karim!”</em> Rasulullah s.a.w. yang berada di belakangnya mengikut zikirnya<em> “Ya Karim! Ya Karim!”</em>
Merasa seperti diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan
terlihat olehnya seorang laki-laki yang gagah, lagi tampan yang belum
pernah dikenalinya. Orang itu Ialu berkata:<br /><br />“Wahai orang tampan!
Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokkanku, karena aku ini
adalah orang Arab baduwi? Kalaulah bukan karena ketampananmu dan
kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad
Rasulullah.”<br /><br />Mendengar kata-kata orang baduwi itu, Rasulullah
s.a.w. tersenyum, lalu bertanya: “Tidakkah engkau mengenali Nabimu,
wahai orang Arab?” “Belum,” jawab orang itu. “Jadi bagaimana kau beriman
kepadanya?”<br /><br />“Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya,
sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan perutusannya,
sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya,” kata orang Arab baduwi
itu pula.<br />
<a name='more'></a>Rasulullah s.a.w. pun berkata kepadanya: “Wahai orang
Arab! Ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di
akhirat!” Melihat Nabi dihadapannya, dia tercengang, seperti tidak
percaya kepada dirinya.<br /><br />“Tuan ini Nabi Muhammad?!” “Ya” jawab
Nabi s.a.w. Dia segera tunduk untuk mencium kedua kaki Rasulullah s.a.w.
Melihat hal itu, Rasulullah s.a.w. menarik tubuh orang Arab itu, seraya
berkata kepadanya:<br /><br />“Wahal orang Arab! janganlah berbuat serupa
itu. Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada
juragannya, Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk menjadi seorang
yang takabbur yang meminta dihormati, atau diagungkan, tetapi demi
membawa berita.<br /><br />Ketika itulah, Malaikat Jibril a.s. turun membawa
berita dari langit dia berkata: “Ya Muhammad! Tuhan As-Salam
mengucapkan salam kepadamu dan bersabda: “Katakanlah kepada orang Arab
itu, agar dia tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahwa
Allah akan menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua
amalannya, baik yang kecil maupun yang besar!” Setelah menyampaikan
berita itu, Jibril kemudian pergi. Maka orang Arab itu pula berkata:<br /><br />“Demi
keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan
atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengannya!”
kata orang Arab baduwi itu.<br /><br />“Apakah yang akan engkau perhitungkan dengan Tuhan?” Rasulullah bertanya kepadanya.<br /><br />“Jika
Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan
memperhitungkan betapa kebesaran maghfirahnya,“ jawab orang itu. “Jika
Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan
betapa keluasan pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan kekikiran
hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa kedermawanannya!“<br /><br />Mendengar
ucapan orang Arab badwi itu, maka Rasulullah s.a.w. pun menangis
mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badwi itu, air mata
beliau meleleh membasahi Janggutnya. Lantaran itu Malaikat Jibril turun
lagi seraya berkata:<br /><br />“Ya Muhammad! Tuhan As-Salam menyampaikan
salam kepadamu, dan bersabda: Berhentilah engkau dari menangis!
Sesungguhnya karena tangismu, penjaga Arasy lupa dari bacaan tasbih dan
tahmidnya, sehingga la bergoncang. Katakan kepada temanmu itu, bahwa
Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan memperhitungkan
kemaksiatannya. Allah sudah rnengampuni semua kesalahannya dan la akan
menjadi temanmu di syurga nanti!”<br /><br />Betapa sukanya orang Arab baduwi itu, mendengar berita tersebut. la Ialu menangis karena tidak berdaya menahan keharuan dirinya.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-39797731445403601612012-05-25T21:48:00.001-07:002012-05-25T21:48:11.739-07:00Tentang Tahlilan dan Dalilnya<div class="text-c">
Secara lughah tahlilan berakar dari kata hallala
(هَلَّلَ) yuhallilu ( يُهَلِّلُ ) tahlilan ( تَهْلِيْلاً ) artinya
adalah membaca “Laila illallah.” Istilah ini kemudian merujuk pada
sebuah tradisi membaca kalimat dan doa- doa tertentu yang diambil dari
ayat al- Qur’an, dengan harapan pahalanya dihadiahkan untuk orang yang
meninggal dunia. Biasanya tahlilan dilakukan selama 7 hari dari
meninggalnya seseorang, kemudian hari ke 40, 100, dan pada hari ke 1000
nya. Begitu juga tahlilan sering dilakukan secara rutin pada malam
jum’at dan malam-malam tertentu lainnya.Bacaan ayat-ayat al-Qur’an yang
dihadiahkan untuk mayit menurut pendapat mayoritas ulama’ boleh dan
pahalanya bisa sampai kepada mayit tersebut. Berdasarkan beberapa dalil,
diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan lainnya;<br />
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: medium;">عَنْ
سَيِّدِنَا مَعْقَلْ بِنْ يَسَارْ رَضِيَ الله عَنْهُ اَنَّ رَسُولَ الله
صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم قَالَ : يس قَلْبُ اْلقُرْانْ لاَ
يَقرَؤُهَا رَجُلٌ يُرِيْدُ اللهَ وَالدَّارَ اْلاَخِرَة اِلاَّ غَفَرَ
اللهُ لَهُ اِقْرَؤُهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ )رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدْ, اِبْنُ
مَاجَهْ, اَلنِّسَائِى, اَحْمَدْ, اَلْحَكِيْم, اَلْبَغَوِىْ, اِبْنُ
اَبِىْ شَيْبَةْ, اَلطَّبْرَانِىْ, اَلْبَيْهَقِىْ, وَابْنُ حِبَانْ</span></div>
<em>Dari sahabat Ma’qal bin Yasar r.a. bahwa Rasulallah s.a.w.
bersabda : surat Yasin adalah pokok dari al-Qur’an, tidak dibaca oleh
seseorang yang mengharap ridha Allah kecuali diampuni dosadosanya.
Bacakanlah surat Yasin kepada orang-orang yang meninggal dunia di antara
kalian. (H.R. Abu Dawud, dll)</em><br />
<a name='more'></a><br />
Adapun beberapa ulama juga berpendapat seperti Imam Syafi’i yang mengatakan bahwa<br />
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: medium;">وَيُسْتَحَبُّ اَنْ يُقرَاءَ عِندَهُ شيْئٌ مِنَ اْلقرْأن ,وَاِنْ خَتمُوْا اْلقرْأن عِنْدَهُ كَانَ حَسَنًا</span></div>
<em>Bahwa, disunahkanmembacakan ayat-ayat al-Qur’an kepada mayit, dan jika sampai khatam al-Qur’an maka akan lebih baik.</em><br />
Bahkan Imam Nawawi dalam kitab Majmu’-nya menerangkan bahwa tidak
hanya tahlil dan do’a, tetapi juga disunahkan bagi orang yang ziarah
kubur untuk membaca ayat-ayat al-Qur’an lalu setelahnya diiringi berdo’a
untuk mayit.<br />
Begitu juga Imam al-Qurthubi memberikan penjelasan bahwa, dalil yang
dijadikan acuan oleh ulama’ kita tentang sampainya pahala kepada mayit
adalah bahwa, Rasulallah saw pernah membelah pelepah kurma untuk
ditancapkan di atas kubur dua sahabatnya sembari bersabda “Semoga ini
dapat meringankan keduanya di alam kubur sebelum pelepah ini menjadi
kering”.<br />
Imam al-Qurtubi kemudian berpendapat, jika pelepah kurma saja dapat
meringankan beban si mayit, lalu bagaimanakah dengan bacaan-bacaan
al-Qur’an dari sanak saudara dan teman-temannya Tentu saja bacaan-bacaan
al-Qur’an dan lainlainnyaakan lebih bermanfaat bagi si mayit.<br />
Abul Walid Ibnu Rusyd juga mengatakan<br />
<div style="text-align: right;">
<br /><span style="font-size: medium;">وَاِن قرَأَ الرَّجُلُ وَاَهْدَى ثوَابَ قِرَأتِهِ لِلْمَيِّتِ جَازَ ذالِكَ وَحَصَلَ لِلْمَيِّتِ اَجْرُهُ</span></div>
<em>Seseorang yang membaca ayat al-Qur’an dan menghadiahkan pahalanya
kepada mayit, maka pahala tersebut bisa sampai kepada mayit tersebut.</em><br />
<div style="text-align: right;">
KH. Abdul Manan A.Ghani (Ketua Lembaga Ta'mir Masjid PBNU)</div>
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-61653470716170889722012-05-25T21:47:00.000-07:002012-05-25T21:47:19.634-07:00Menunda Penguburan Jenazah<div class="text-c">
Pengurusan jenazah hukumnya fardhu kifayah, dan
anjuran Rasulullah Saw. dalam hal ini adalah disegerakan. Namun,
kadangkala pada praktiknya muncul beberapa masalah karena berkenaan
dengan kepentingan studi, penyelidikan hukum atau adat. Seperti
penyelidikan terhadap pembunuhan, pelatihan medis untuk operasi bedah
atau karena kecelakaan. Bahkan dalam dunia kedokteran terdapat program
pengawetan jenazah untuk kepentingan studi, di mana pihak calon jenazah
telah berwasiat dan disetujui oleh keluarganya untuk menjadi bahan
latihan tenaga medis. Kemudian setelah meninggal dunia, jenazahnya
tersebut diawetkan dalam batas waktu tertentu untuk bahan latihan para
calon dokter. Setelah digunakan untuk latihan, kemudian jenazah tersebut
dirapikan kembali dan dilakukan prosesi penguburan jenazah sebagaimana
mestinya menurut ajaran Islam. Dengan demikian, otomatis hal ini
menimbulkan masalah tertundanya penguburan jenazah, baik karena otopsi,
pengawetan jenazah atau karena ikut adat setempat.<br />
Mengakhirkan penguburan jenazah pada dasarnya tidak diperbolehkan
kecuali; (a) untuk mensucikan jenazah berpenyakit menular yang menurut
dokter harus ditangani secara khusus; (b) untuk dilakukan otopsi dalam
rangka penegakan hukum atau juga keterangan lainnya; (c) untuk menunggu
kedatangan wali jenazah dan atau menunggu terpenuhinya empat puluh orang
yang akan menyolati dengan segera selama tidak dikhawatirkan ada
perubahan pada jenazah.<br />
<a name='more'></a><br />
Muhammad Khatib as-sirbini dalam Mughni al-Muhtaj ila Ma’rifah Alfazh al-Minhaj berpendapat:<br />
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<b><span style="font-size: medium;">(وَلَا
تُؤَخَّرُ) الصَّلَاةُ (لِزِيَادَةِ مُصَلِّينَ) لِلْخَبَرِ الصَّحِيحِ
أَسْرِعُوا بِالْجِنَازَةِ وَلَا بَأْسَ بِانْتِظَارِ الْوَلِيِّ عَنْ
قُرْبٍ مَا لَمْ يُخْشَ تَغَيُّرُ الْمَيِّتِ تَنْبِيهٌ شَمِلَ كَلَامُهُ
صُورَتَيْنِ إحْدَاهُمَا إذَا حَضَرَ جَمْعٌ قَلِيلٌ قَبْلَ الصَّلَاةِ لَا
يُنْتَظَرُ غَيْرُهُمْ لِيَكْثُرُوا نَعَمْ قَالَ الزَّرْكَشِيُّ
وَغَيْرُهُ إذَا كَانُوا دُونَ أَرْبَعِينَ فَيُنْتَظَرُ كَمَالُهُمْ عَنْ
قُرْبٍ لِأَنَّ هَذَا الْعَدَدَ مَطْلُوبٌ فِيهَا وَفِي مُسْلِمٍ عَنْ
ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ يُؤَخِّرُ الصَّلَاةَ لِلْأَرْبَعِينَ قِيلَ
وَحِكْمَتُهُ أَنَّهُ لَمْ يَجْتَمِعْ أَرْبَعُونَ إلَّا كَانَ للهِ
فِيهِمْ وَلِيٌّ وَحُكْمُ الْمِائَةِ كَالْأَرْبَعِينَ كَمَا يُؤْخَذُ مِنْ
الْحَدِيثِ الْمُتَقَدِّمِ </span></b></div>
(Dan tidak tunda) pelaksanaan shalat jenazah (karena memperbanyak
orang yang menyolatinya) berdasarkan hadits shahih: “Bersegeralah kalian
dengan urusan jenazah.” Dan boleh menanti walinya sebentar selama tidak
dikhawatirkan perubahan kondisinya. Peringatan. Ungkapan al-Nawawi
tersebut meliputi dua kasus. Pertama, ketika sebelum shalat jenazah
telah hadir beberapa orang, maka yang belum hadir tidak perlu ditunggu.
Meskipun demikian, al-Zarkasi dan ulama selainnya berpendapat: “Bila
mereka belum mencapai 40 orang, maka ditunggu sebentar agar mencapai
jumlah tersebut. Sebab, jumlah jamaah 40 orang ini dianjurkan dalam
menyolati jenazah. Dalam kitab Shahih Muslim, terdapat riwayat dari Ibn
Abbas, bahwa sungguh beliau menunda shalat jenazah karena menanti jumlah
jamaah 40 orang. Disebutkan hikmahnya adalah tiada berkumpul 40 orang
jamaah melainkan salah seorangnya adalah wali Allah. Dan hukum 100 orang
sama dengan 40 orang, seperti kesimpulan yang diambil dari hadits tadi.<br />
Sedangkan pembedahan jenazah setelah lama diawetkan untuk kepentingan
studi hanya dibolehkan dalam kondisi darurat atau hajat saja. Seperti
yang diterangkan oleh Wahbah al-Zuhaili dalam Al-Fiqh al-Islami wa
Adillatuh<br />
<div dir="rtl">
<b><span style="font-size: medium;">وَبِنَاءً عَلَى
هذِهِ الْآرَاءِ الْمُبِيحَةِ يَجُوزُ التَّشْرِيحُ عِنْدَ الضَّرُورَةِ
أَوِ الْحَاجَةِ بِقَصْدِ التَّعْلِيمِ لِأَغْرَاضٍ طِبِّيَّةٍ أَوْ
لِمَعْرِفَةِ سَبَبِ الْوَفَاةِ وَإِثْبَاتِ الْجِنَايَةِ عَلَى
الْمُتَّهَمِ بِالْقَتْلِ وَنَحْوِ ذلِكَ لِأَغْرَاضٍ جِنَائِيَّةٍ إِذَا
تَوَقَّفَ عَلَيْهَا الْوُصُولُ إِلَى الْحَقِّ فِي أَمْرِ الْجِنَايَةِ
لِلْأَدِلَّةِ الدَّالَّةِ عَلَى وُجُوبِ الْعَدْلِ فِي الْأَحْكَامِ
حَتَّى لَا يُظْلَمَ بِرَأْيٍ وَلَا يَفْلِتُ مِنَ الْعِقَابِ مُجْرِمٌ
أَثِيمٌ</span></b></div>
Berdasarkan pendapat (Syafi’iyah dan Malikiyah) yang memperbolehkan
(pembedahan mayit karena menelan harta) ini, maka diperbolehkan
melakukan otopsi (operasi) pada tubuh mayit dalam kondisi darurat atau
dibutuhkan, untuk kepentingan pendidikan kedokteran, mengetahui sebab
kematian, menetapkan pidana atas tersangka kasus pembunuhan dan
kepentingan pidana semisalnya. Yaitu ketika otopsi (operasi) tersebut
menjadi satu-satunya jalan dalam mengungkap kasus kriminalitas
berdasarkan dalil-dalil wajibnya penegakan keadilan hukum. Sehingga
seseorang tidak terzalimi berdasarkan suatu asumsi (saja) dan seorang
penjahat tidak bisa berkelit dari hukuman yang setimpal.<br />
Demikianlah keterangan mengenai diperbolehkannya mengakhirkan penguburan jenazah dari berbagai sumber.<br />
<div style="text-align: right;">
Disarikan dari Hasil Keputusan Muktamar NU
ke-XXXII di Asrama Haji Sudiang Makassar Tanggal 7-11 Rabi’ul Akhir
1431 H/22 – 27 Maret 2010 M (<b>Redaktur: Ulil A Hadrawy</b>)</div>
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-8614602657705296252012-05-25T21:43:00.002-07:002012-05-25T21:44:04.412-07:00Puasa Bulan RajabRajab adalah bulan ke tujuh dari penggalan Islam qomariyah (<i>hijriyah</i>). Peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad <i>shalallah ‘alaih wasallam</i> untuk menerima perintah salat lima waktu terjadi pada 27 Rajab ini.<br />
<br />
Bulan
Rajab juga merupakan salah satu bulan haram, artinya bulan yang
dimuliakan. Dalam tradisi Islam dikenal ada empat bulan haram,
ketiganya secara berurutan adalah: Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram,
dan satu bulan yang tersendiri, Rajab.<br />
<br />
Dinamakan bulan haram
karena pada bulan-bulan tersebut orang Islam dilarang mengadakan
peperangan. Tentang bulan-bulan ini, Al-Qur’an menjelaskan:<br />
<br />
“S<i>esungguhnya
bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan
Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan
haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu
Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum
musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya,
dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa</i>.”<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<b>Hukum Puasa Rajab</b><br />
<br />
Hadis-hadis
Nabi yang menganjurkan atau memerintahkan berpuasa dalam bulan- bulan
haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab) itu cukup menjadi
hujjah atau landasan mengenai keutamaan puasa di bulan Rajab.<br />
<br />
Diriwayatkan dari Mujibah al-Bahiliyah, Rasulullah bersabda "<i>Puasalah pada bulan-bulan haram</i>."
(Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad). Hadis lainnya adalah
riwayat al-Nasa'i dan Abu Dawud (dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah):
"Usamah berkata pada Nabi Muhammad Saw, “Wahai Rasulallah, saya tak
melihat Rasul melakukan puasa (sunnah) sebanyak yang Rasul lakukan dalam
bulan Sya'ban. Rasul menjawab: '<i>Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang</i>.'"<br />
<br />
Menurut as-Syaukani dalam <i>Nailul Authar</i>,
dalam bahasan puasa sunnah, ungkapan Nabi, "Bulan Sya'ban adalah bulan
antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan kebanyakan orang" itu secara
implisit menunjukkan bahwa bulan Rajab juga disunnahkan melakukan puasa
di dalamnya.<br />
<br />
Keutamaan berpuasa pada bulan haram juga
diriwayatkan dalam hadis sahih imam Muslim. Bahkan berpuasa di dalam
bulan-bulan mulia ini disebut Rasulullah sebagai puasa yang paling utama
setelah puasa Ramadan. Nabi bersabda : “<i>Seutama-utama puasa setelah Ramadan adalah puasa di bulan-bulan al-muharram</i> (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab).<br />
<br />
Al-Ghazali dalam <i>Ihya’ Ulumid-Din</i> menyatakan bahwa kesunnahan berpuasa menjadi lebih kuat jika dilaksanakan pada hari-hari utama (<i>al-ayyam al-fadhilah</i>).
Hari- hari utama ini dapat ditemukan pada tiap tahun, tiap bulan dan
tiap minggu. Terkait siklus bulanan ini Al-Ghazali menyatakan bahwa
Rajab terkategori <i>al-asyhur al-fadhilah</i> di samping dzulhijjah,
muharram dan sya’ban. Rajab juga terkategori al-asyhur al-hurum di
samping dzulqa’dah, dzul hijjah, dan muharram.<br />
<br />
Disebutkan dalam <i>Kifayah al-Akhyar</i>,
bahwa bulan yang paling utama untuk berpuasa setelah Ramadan adalah
bulan- bulan haram yaitu dzulqa’dah, dzul hijjah, rajab dan muharram.
Di antara keempat bulan itu yang paling utama untuk puasa adalah bulan
al-muharram, kemudian Sya’ban. Namun menurut Syaikh Al-Rayani, bulan
puasa yang utama setelah al-Muharram adalah Rajab.<br />
<br />
Terkait hukum
puasa dan ibadah pada Rajab, Imam Al-Nawawi menyatakan, telah jelas dan
shahih riwayat bahwa Rasul SAW menyukai puasa dan memperbanyak ibadah di
bulan haram, dan Rajab adalah salah satu dari bulan haram, maka selama
tak ada pelarangan khusus puasa dan ibadah di bulan Rajab, maka tak ada
satu kekuatan untuk melarang puasa Rajab dan ibadah lainnya di bulan
Rajab” (<i>Syarh Nawawi ‘ala Shahih Muslim</i>).<br />
<br />
<br />
<b>Hadis Keutamaan Rajab</b><br />
<br />
Berikut beberapa hadis yang menerangkan keutamaan dan kekhususan puasa bulan Rajab:<br />
<br />
• Diriwayatkan bahwa apabila Rasulullah SAW memasuki bulan Rajab beliau berdo’a:“<i>Ya, Allah berkahilah kami di bulan Rajab (ini) dan (juga) Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan</i>.” (HR. Imam Ahmad, dari Anas bin Malik).<br />
<br />
• "<i>Barang
siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari, maka laksana ia puasa selama
sebulan, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka
Jahim, bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu surga, dan bila
puasa 10 hari maka digantilah dosa-dosanya dengan kebaikan</i>."<br />
<br />
• Riwayat al-Thabarani dari Sa'id bin Rasyid: “<i>Barangsiapa
berpuasa sehari di bulan Rajab, maka ia laksana berpuasa setahun, bila
puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka jahanam, bila
puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu surga, bila puasa 10 hari, Allah
akan mengabulkan semua permintaannya</i>....."<br />
<br />
• "<i>Sesungguhnya
di surga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih
daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa
sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai
tersebut</i>".<br />
<br />
• Riwayat (secara mursal) Abul Fath dari al-Hasan, Nabi Muhammad SAW bersabda: "<i>Rajab itu bulannya Allah, Sya'ban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku</i>."<br />
<br />
• Sabda Rasulullah SAW lagi : “<i>Pada
malam mi’raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari
madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu
saya bertanya pada Jibril a.s.: “Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini
?”Maka berkata Jibrilb a.s.: “Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang
yang membaca salawat untuk engkau di bulan Rajab ini</i>”.<br />
<br />
<br />
<br />
<b>Yusuf Suharto</b><br />
<i>Kontributor NU Online, Sekretaris Aswaja NU Center Jombang</i>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-57507438862464420792012-05-13T20:53:00.003-07:002012-05-13T20:53:50.703-07:00Kemunduran Umat Islam<div style="text-align: justify;">
<a href="http://mimbarjumat.com/wp-content/uploads/2009/04/afghanistan01.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="anak yatim afghanistan" border="0" class="size-full wp-image-631" height="262" src="http://mimbarjumat.com/wp-content/uploads/2009/04/afghanistan01.jpg" title="anak yatim afghanistan" width="210" /></a>Sinyalemen kemunduran umat Islam pada saat ini sangat tepat dan
sangat beralasan, karena kondisi umat Islam sampai hari ini belum bisa
tampil sebagai umat yang terbaik sebagaimana yang pernah ditampilkan
oleh generasi terdahulu sebelum kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
Padahal kalau kita kembali kepada Al Qur’an bahwa Allah SWT
mewariskan kepemimpinan di muka bumi ini hanyalah diserahkan Allah
kepada umat Islam dan orang-orang yang shaleh. “<em>Sungguh telah Kami
catat sejak dari dalam Taurat, bahwasanya kepemimpinan di muka bumi ini
hanya diserahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang shaleh</em>“.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak boleh kepemimpinan di muka bumi ini diserahkan kepada
orang-orang kafir, karena jika dipimpim oleh orang-orang kafir akan
merusak, mengalami kehancuran dan pertumpahan darah dimana-mana.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Namun sayang kepemimpinan yang diwariskan yang semestinya kepada umat
Islam itu sampai hari ini belum kita raih justru kita melihat adanya
kemunduran umat Islam yang semakin menjadi-jadi dan sangat sulit untuk
bangkit. Kalau kita baca dalam sejarah dahulu 7 abad lebih umat Islam
pernah tampil untuk memimpin dunia, dimulai abad pertama sampai
menjelang pertengahan abad 8 Hijriah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Masa kejayaan Islam dulu yang mendapat julukan “khoiru ummah”, umat yang terbaik. <a href="http://mimbarjumat.com/al-quran-online/3" target="_blank" title="QS. Ali Imran">Di dalam Al qur’an surat Ali Imran</a>
ayat 110 menjelaskan tentang umat yang terbaik dengan melakukan amal
ma’ruf dan mencegah yang munkar. Kamu dahulu tampil sebagai umat yang
terbaik dan generasi yang pertama itu mendapatkan gelar khairu ummah,
karena memang mereka di dalam beragama Islam ini ada penyerahan yang
total. Apa yang telah diamanahkan oleh Rasulullah SAW kepada mereka
tidak ada yang diabaikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span id="more-629"></span>Hal itulah yang mengantarkan generasi yang
pertama ini disebut juga sebagai generasi qur’ani, karena setiap
firman-firman Allah di dalam al Qur’an dapat mereka aplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga mereka diangkat derajatnya menjadi umat
yang terbaik. Yakni melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar, kamu
mengajak manusia ke jalan yang baik kepada kebenaran serta sekaligus
mencegah manusia dari kemunkaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi Muhammad SAW mensinyalir, dengan berjalannya waktu, umat Islam
akan mengalami penurunan kondisi secara berangsur. Adapun proses
dekadensi itu diawali dengan runtuhnya institusi formal kenegaraan umat
tempat tegaknya hukum Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sikap sahabat-sahabat Rasulullah SAW merupakan generasi yang pertama
masuk Islam sehingga mereka mencapai gelar khairu ummah tidak lain
karena mereka itu bersaksi tidak ada Tuhan kecuali hanya Allah SWT dan
nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah. Para sahabat Rasul mereka
bersungguh-sungguh dan menyerahkan seutuhnya secara total kepada agama
Islam, karena orang yang ber-lslam tidak boleh main-main, tidak boleh
tanggung-tanggung serta harus serius, mereka menanggalkan semua
sisa-sisa keyakinan agama yang lama dan menerima agama Islam ini secara
utuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang muallaf mengatakan bahwa ketika akan melakukan ikrar pada
tahun 1991, dia ikhlas untuk meninggalkan seluruh sisa ajaran dan
keyakinan yang dianut, itu kemudian dia beralih kepada agama Islam dan
tidak ada keraguan sedikitpun. Pada saat dia menyerahkan secara total
terhadap agama Islam insya Allah akan diberikan dengan kemudahan dan
akan terus menambah taufiq hidayahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hal ini dahulu pernah dicontohkan oleh generasi yang pertama, cobalah
kita lihat seperti contoh Sahabat Rasulullah SAW Umar bin Khatab ra,
ketika masih jahiliyah adalah orang yang sangat beringas dan berusaha
ingin membunuh nabi Muhammad SAW, karena kebodohannya tetapi ketika dia
tersentuh oleh Al qur’an yang dibacakan oleh adik kandungnya sendiri
Fatimah binti Khatab maka ketika Umar mendengar bacaan surat Thaha,
karena keindahan ayat qur’an itu menyentuh perasaannya lalu dia
bersyahadat mengucapkan “Asyhadu An laailaaha illallah wa asyhaduanna
Muhammaddarrasulullah”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu Umar masuk agama Islam kecintaan beliau terhadap Nabi Muhammad
SAW dan Islam terkadang melebihi cinta pada sahabat-sahabat yang lain.
Dalam sejarah, pada suatu hari Umar Bin Khatab ra ketika tawaf, kalau
sahabat-sahabat yang lain bahwa tawaf hanya sebatas mencium Hajar aswad
saja, karena itu yang disunahkan oleh Rasul, tetapi pada saat Umar bin
Khatab ingin mencium Hajar aswad batu itu diajak dialog.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Wahai batu sesungguhnya kau hanya batu hitam biasa, engkau tidak
bisa mendatangkan manfaat sedikitpun kepadaku dan tidak bisa memberikan
mudhorot. Kalaulah bukan karena aku lihat Rasul menciummu niscaya aku
tidak mencium engkau”. Maka pengertian yang sebaiknya adalah karena aku
melihat Rasul menciummulah sehingga aku menciummu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian juga dalam satu kisah pada suatu hari Rasulullah SAW pernah
melamar seorang gadis yang bernama Zaenab binti Za’sin ra untuk
dijodohkan kepada anak angkat Rasul yang bernama Zaid bin Kharisah,
rupanya Zaid ini karena orang Negro yang warna kulitnya hitam, tidak
tampan, tidak punya materi apa-apa. Zaenab bin Za’sin menginginkan calon
suami yang gagah, tampan, kaya dan lain-lain maka ketika Rasul melamar
kemudian ditolak oleh Zaenab.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah Rasul ditolak oleh Zaenab, maka turunlah wahyu dalam surat Al Ahzab ayat 36 yang artinya “<em>Tidak
pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan
bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan
Rasul-Nya, maka sungguh dia telah tersesat yang nyata</em>“.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian sikap Zaenab yang tadinya menolak lamaran Rasulullah, begitu
mendengar ayat itu dibacakan nabi, dia spontan mengatakan kami dengar
dan mentaati perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Memang ini luar biasa
sikap sahabat setelah mendengarkan ayat Al qur’an dibacakan mereka tidak
bisa membantah, inilah sebenarnya yang mengangkat derajat hingga sampai
khairu ummah adanya penyerahan yang total terhadap agama Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau umat terdahulu bangkit sampai kepada khairu ummah atau umat
yang terbaik karena ada penyerahan total kepada Islam maka sudah
dipastikan kemunduran itu bisa terjadi karena ketika ber-islam tidak
adanya penyerahan yang total terhadap agama Islam alias kita tidak rela
diatur hukum-hukum Islam dan tidak rela kita diatur oleh Al Qur’an dan
Sunnah nabi, kalaupun kita mengamalkan ajaran Islam ini bentuknya hanya
parsial saja mana yang mudah untuk kita amalkan dan kita pakai tetapi
bila ada yang sulit maka kita tinggalkan. Jika demikian adanya sampai
yang namanya khairu ummah.</div>
<h2 style="text-align: justify;">
Sebab-sebab Kemunduran Umat Islam</h2>
<div style="text-align: justify;">
Pertama, lemahnya akidah dan iman. Ada pertanyaan kenapa lemahnya
akidah dan keimanan bagi umat Islam, karena kita dari dahulu senantiasa
mengabaikan ajaran agama Islam, mengabaikan ilmu-ilmu Islam dan
mengutamakan ilmu-ilmu yang lain dan ilmu agama Islam kita jadikan
urutan-urutan sekian saja, yang penting kita makmur secara dunia agama
kita singkirkan dari kehidupan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kita sesungguhnya kalau sadar adalah termasuk yang kufur nikmat,
dahulu kita sebelum merdeka merengek teriak-teriak dan mengadu kepada
Allah setiap malam kita berdoa sambil duduk, berdiri dan berbaring,
tetapi setelah merdeka kemudian kita singkirkan hukum-hukum Islam,
syariat-syariat Islam dan ajaran Islam dari kehidupan kita, inilah yang
mengakibatkan umat Islam mundur dari hari ke hari hingga hari ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, tidak adanya ukhuwah Islamiyah. Kita terpecah belah dan
berkeping-keping, kita dipecah belah oleh aliran kepercayaan,
aliran-aliran dalam Islam, organisasi-organisasi dan dipecah oleh
partai-partai hingga sampai hari ini umat Islam menjadi berkeping-keping
sehingga kita tidak punya kwalitas apa-apa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah SAW mensinyalir yang artinya “hampir tiba masanya dimana
bangsa-bangsa lain itu akan mengeroyok dan menyerbu umat Islam seperti
makanan di atas meja hidangan”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu sahabat merasa heran kemudian bertanya kepada Rasul “apakah
jumlah kami waktu itu sedikit, sehingga kami dikeroyok dan diserbu
sedemikian rupa seperti makanan yang mau dihidangkan ? “.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian nabi menjawab “tidak, bahkan jumlah kamu ketika itu banyak
dan mayoritas tetapi jumlah kamu tidak memiliki kwalitas dan terpecah
satu dengan yang lain, akhirnya kondisi semacam ini hanya banyak tetapi
tidak mempunyai kwalitas seperti buih yang ada dilautan”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata penyebab utama kata Rasul adalah “di dalam dada umat Islam
itu tertancap penyakit wahn, sahabat bertanya apa penyakit wahn itu ya
Rasul, kemudian di jawabnya dengan “cinta dunia dan takut mati”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau hal ini masih ada pada diri umat Islam maka sampai pada hari
kiamat pun kita tidak akan meraih yang namanya khairul ummah, namun
meskipun umat Islam belum bisa bangkit dam belum bisa menjadi
teladan-teladan tetapi bersyukur kita justru orang-orang non muslim
terus meningkatkan kajian-kajian dan mengkaji ajaran Islam dan setelah
itu mereka berbondong-bondong masuk agama Islam. Mudah-mudahan lewat
para muallaf ini mereka bisa memberikan motivasi kepada umat Islam untuk
menuju kejayaan Islam dan menjadi khoirul ummah, amin ya Robbal alamin.</div>
<em>Sumber : <a href="http://mimbarjumat.com/archives/category/indah-mulya" target="_blank" title="kategori indah mulya">Indah Mulya</a>, Edisi No. 516 Th. VI – 15 <a href="http://mimbarjumat.com/archives/date/2009/03" target="_blank" title="archive maret 2009">Maret 2009</a></em>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-64445036057512573102012-05-07T21:45:00.005-07:002012-05-07T21:45:56.932-07:00KEUTAMAAN SHOLAT DHUHA<div style="text-align: justify;">
Banyak dari kita selaku muslim umumnya pasti tahu apa yang di sebut
dengan Sholat Dhuha, banyak yang telah rutin mengamalkannya atau paling
kurang pernah mendengar istilahnya. Namun, apakah kita sudah benar-benar
paham akan apa manfaatnya, bagaimana pentingnya Sholat Dhuha dan apa
dasar pelaksanaannya ?</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah SWT dalam beberapa ayat bersumpah dengan waktu dhuha. Dalam
pembukaan surat Assyams, Allah berfirman, ”Demi matahari dan demi waktu
dhuha”. Imam Arrazi menerangkan bahwa Allah SWT setiap bersumpah dengan
sesuatu, itu menunjukkan hal yang agung dan besar manfaatnya. Bila Allah
bersumpah dengan waktu dhuha, berarti waktu dhuha adalah waktu yang
sangat penting Bahkan, ada surat khusus di Alquran dengan nama Addhuha.
Dan di antara doa Rasulullah SAW adalah “Allahumma baarik ummatii fii
bukuurihaa “ yang artinya, ”Ya Allah berilah keberkahan kepada umatku
di waktu pagi.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Bukhori dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata,”Kekasihku
(Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) telah berwasiat kepadaku
dengan tiga perkara yang tidak akan pernah aku tinggalkan hingga aku
meninggal dunia, yaitu shaum tiga hari pada setiap bulan, shalat Dhuha
dan tidur dengan shalat witir terlebih dahulu.”</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<strong>WAKTU PELAKSANAAN SHOLAT DHUHA</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan setelah terbit
matahari sampai menjelang masuk waktu zhuhur. Afdhalnya dilakukan pada
pagi hari disaat matahari sedang naik ( kira-kira jam 9.00 ).</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dari Zaid bin Arqam ra. Berkata,”Nabi SAW keluar ke penduduk Quba
dan mereka sedang shalat dhuha‘. Beliau bersabda,? Shalat awwabin
(dhuha) berakhir hingga panas menyengat (tengah hari).” (HR Ahmad Muslim
dan Tirmidzi)</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://dpurss.files.wordpress.com/2012/02/dhuha.jpg"><img alt="" class="alignnone size-thumbnail wp-image-219" height="112" src="http://dpurss.files.wordpress.com/2012/02/dhuha.jpg?w=150&h=112" title="DHUHa" width="150" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>JUMLAH RAKAAT SHOLAT DHUHA</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara jumlah raka’atnya, minimal 2 raka’at dan maksimal 12
raka’at. Betapa indahnya islam yang memberikan batasan yang begitu
lapang bagi kita untuk memilih, sehingga Sholat dhuha bisa dilakukan
sebelum berangkat ke kantor, atau segera setelah tiba di kantor, sesuai
dengan mana kondisi yang cocok untuk bagi kita untuk melaksanakannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut adalah hadits-hadits yang berhubungan dengan jumlah raka’at Sholat Dhuha :<br />
1. Dari Abu Dzar, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau
bersabda: “Pada pagi hari setiap tulang (persendian) dari kalian akan
dihitung sebagai sedekah. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap
tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir
adalah sedekah, memerintahkan kebaikan (amar ma’ruf) dan melarang dari
berbuat munkar (nahi munkar) adalah sedekah. Semua itu cukup dengan dua
rakaat yang dilaksanakan di waktu Dhuha.” (HR. Muslim, Abu Dawud dan
riwayat Bukhari dari Abu Hurairah)<br />
2. Dari Mu’dzah, bahwa ia bertanya kepada Aisyah : “ Berapa jumlah
rakaat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menunaikan shalat
Dhuha ? ”. Aisyah menjawab: “Empat rakaat dan beliau menambah bilangan
rakaatnya sebanyak yang beliau suka.” (HR Muslim dan Ibnu Majah)<br />
3. Dari Ummu Hani binti Abu Thalib, ia berkata: “Saya berjunjung kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun Fathu (Penaklukan)
Makkah. Saya menemukan beliau sedang mandi dengan ditutupi sehelai
busana oleh Fathimah putri beliau”. Ummu Hani berkata: “Maka kemudian
aku mengucapkan salam”. Rasulullah pun bersabda: “Siapakah itu?” Saya
menjawab: “Ummu Hani binti Abu Thalib”. Rasulullah SAW bersabda:
“Selamat datang wahai Ummu Hani”. Sesudah mandi beliau menunaikan shalat
sebanyak 8 (delapan) rakaat dengan berselimut satu potong baju. Sesudah
shalat saya (Ummu Hani) berkata: “Wahai Rasulullah, putra ibu Ali bin
Abi Thalib menyangka bahwa dia boleh membunuh seorang laki-laki yang
telah aku lindungi, yakni fulan Ibnu Hubairah”. Maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “sesungguhnya kami juga
melindungi orang yang kamu lindungi, wahai Ummu Hani”. Ummu Hani juga
berkata: “Hal itu (Rasulullah shalat) terjadi pada waktu Dhuha.” (HR.
Muslim)<br />
4. “Dari Ummu Hani bahwa Rasulullah SAW shalat dhuha 8 rakaat dan bersalam tiap dua rakaat.” (HR Abu Daud)<br />
5. Dari Anas [bin Malik], bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas)
rakaat, maka ALLAH akan membangunkan untuknya istana di syurga”. (HR.
Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>KEUTAMAAN/GANJARAN/MANFAAT BAGI YANG MENUNAIKAN SHOLAT DHUHA</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Shalat Dhuha lebih dikenal dengan shalat sunah untuk memohon rizki
dari Allah, berdasarkan hadits Nabi : ” Allah berfirman : “Wahai anak
Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada
waktu permulaan siang ( Shalat Dhuha ) niscaya pasti akan Aku cukupkan
kebutuhanmu pada akhir harinya “ (HR.Hakim dan Thabrani).<br />
2. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalat Dhuha itu
dapat mendatangkan rejeki dan menolak kefakiran. Dan tidak ada yang akan
memelihara shalat Dhuha melainkan orang-orang yang bertaubat.” (HR.
Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan)<br />
3. Untuk meluruskan niat dalam bekerja dan berusaha, yakni menjadikan
kerja sebagai ibadah. Karena seringkali orang bekerja hanya bertujuan
untuk mencari uang (duniawi) semata, sehingga melupakan aspek ibadah
(akhirat). Dalam suatu riwayat dinyatakan bahwa; pada suatu hari, ketika
Rasulullah SAW sedang berjalan bersama dengan para sahabat, tiba-tiba
mereka menyaksikan seorang pemuda yang nampak gagah perkasa sedang
bekerja keras membelah kayu bakar. Dan para sahabat pun berkomentar:
“Celakalah pemuda itu. Mengapa keperkasaannya itu tidak digunakan untuk
Sabilillah (berjuang di jalan Allah)?” Lantas, Rasulullah SAW bersabda
“Janganlah kalian berkata demikian. Sesungguhnya bila ia bekerja untuk
menghindarkan diri dari meminta-minta (mengemis), maka ia berarti dalam
Sabilillah. Dan jika ia bekerja untuk mencari nafkah serta mencukupi
kedua orang tuanya atau keluarganya yang lemah, maka iapun dalam
Sabilillah. Namun jika ia bekerja hanya untuk bermegah-megahan serta
hanya untuk memperkaya dirinya, maka ia dalam Sabilisy syaithan (jalan
setan)”.<br />
4. Dari Abu Dzar, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau
bersabda: “Pada pagi hari setiap tulang (persendian) dari kalian akan
dihitung sebagai sedekah. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap
tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir
adalah sedekah, memerintahkan kebaikan (amar ma’ruf) dan melarang dari
berbuat munkar (nahi munkar) adalah sedekah. Semua itu cukup dengan dua
rakaat yang dilaksanakan di waktu Dhuha.” (HR. Muslim, Abu Dawud dan
riwayat Bukhari dari Abu Hurairah)<br />
5. Dari Anas [bin Malik], bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas)
rakaat, maka ALLAH akan membangunkan untuknya istana di syurga”. (HR.
Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan)<br />
6. “Siapapun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan
diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di
lautan.” (H.R Tirmidzi)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bacaan Doa Sholat Dhuha Lengkap Bahasa Arab – Bahasa Indonesia dan Artinya<br />
اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ،
وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ
قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقَى فِى
السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ
كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ
كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ
وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
ALLAHUMMA INNADH DHUHA-A DHUHA-UKA, WAL BAHAA-A BAHAA-UKA, WAL
JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA, WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL
ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMA INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA
INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASARAN FAYASSIRHU,
WAINKAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QARIBHU,
BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDRATIKA,
AATINI MAA ATAITA ‘IBADIKASH SHALIHIN.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu,
keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan
adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku,
apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada
di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila
haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu,
kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa </div>
<div style="text-align: justify;">
yang Engkau
datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
http://dpurss.wordpress.com/ </div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-6428694913000716592012-05-06T02:39:00.003-07:002012-05-06T02:39:49.972-07:00KEUTAMAAN MALAM JUM'AT DAN HARI JUM'ATDi atas era 80-an dan hingga kini, orang-orang dan para sineas di
Indonesia menjadikan Malam Jum’at sebagai hari menakutkan. Hampir bisa
disaksikan di semua TV atau film-film horor, menjadikan Malam Jum’at dan
Hari Jum’at sebagai hari “kebangkitan” para setan. Walhasil, Malam
Jumat adalah hari menyeramkan dan penuh dengan hal-hal kesialan, menurut
kebanyakan orang. Apalagi, banyak orang maupun anak-anak yang takut
apabila keluar di malam Jum’at apalagi Jum’at Kliwon. Hiiii.. Sereeem!!<br />
Kata mereka.<br />
Selain itu, banyak juga yang menganggap, hari tersebut adalah waktu atau hari yang penuh kesialan.<br />
<br />
Padahal menurut Allah, semua hari adalah baik.<br />
<br />
Malam Jum’at adalah malam yang paling utama, harinya adalah hari yang paling utama dari semua hari.<br />
<br />
Andai
Rasulullah masih hidup di tengah-tengah kita, mungkin baginda akan
marah besar. Betapa tidak, karena baginda Rasulullah sangat memuliakan
hari Jumat. Dalam banyak riwayat, Rasulullah bahkan meminta kita
memuliakan hari itu.<br />
Rasulullah saw bersabda: <em>“Sesungguhnya
malam Jum’at dan harinya adalah 24 jam milik Allah Azza wa Jalla. Setiap
jamnya ada enam ratus ribu orang yang diselamatkan dari api neraka.”</em><br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: <em> </em><br />
<em>“Barangsiapa
yang mati di antara matahari tergelincir hari Kamis hingga matahari
tergelincir hari Jum’at, Allah melindunginya dari siksa kubur yang
menakutkan.”</em><br />
<br />
Imam ja’far Ash-Shadiq (sa) juga berkata: <em> </em><br />
<em>“Malam
Jum’at dan hari Jum’at mempunyai hak, maka janganlah sia-siakan
kemuliaannya, jangan mengurangi ibadah, dekatkan diri kepada Allah
dengan amal-amal shaleh, tinggalkan semua yang haram. Karena di dalamnya
Allah swt melipatgandakan kebaikan, menghapus kejelekan, dan
mengangkat derajat. Hari Jum’at sama dengan malamnya. Jika kamu mampu,
hidupkan malam dan siangnya dengan doa dan shalat. Karena di dalamnya
Allah mengutus para Malaikat ke langit dunia untuk melipatgandakan
kebaikan dan menghapus keburukan, sesungguhnya Allah Maha Luas
ampunan-Nya dan Maha Mulia.”</em><br />
<br />
Dalam hadis yang mu’tabar, Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata:<br />
<em>“Sesungguhnya
orang mukmin yang memohon hajatnya kepada Allah, Ia menunda hajat yang
dimohonnya hingga hari Jum’at agar ia memperoleh keutamaan yang khusus
(dilipatgandakan karena keutamaan hari Jum’at).”</em><br />
<br />
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:<br />
<em>“Ketika
saudara Yusuf meminta kepada Ya’qub agar ia memohonkan ampunan untuk
mereka, ia berkata, Tuhanku akan mengampunimu. Kemudian ia mengakhirkan
istighfarnya hingga dini hari Jum’at agar permohonannya diijabah.”</em><br />
<br />
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: <em> </em><br />
<em>“Jika
malam Jum’at tiba semua binatang laut dan binatang darat mengangkat
kepalanya seraya memanggil dengan bahasanya masing-masing: Wahai Tuhan
kami, jangan siksa kami karena dosa-dosa anak cucu Adam.”</em><br />
<br />
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:<br />
<em>“Allah
swt memerintahkan kepada Malaikat agar pada setiap malam Jum’at ia
menyeru dari bawah Arasy dari awal malam hingga akhir malam: Tidak ada
seorang pun hamba mukmin yang berdoa kepada-Ku untuk keperluan akhirat
dan dunianya sebelum terbit fajar kecuali Aku mengijabahnya, tidak ada
seorang pun mukmin yang bertaubat kepada-Ku dari dosa-dosanya sebelum
terbit fajar kecuali Aku menerima taubatnya, tidak ada seorang pun
mukmin yang sedikit rizkinya lalu ia memohon kepada-Ku tambahan rizkinya
sebelum terbit fajar kecuali Aku menambah dan meluaskan rizkinya,
tidak ada seorang pun hamba mukmin yang sedang sakit lalu ia memohon
kepada-Ku untuk kesembuhannya sebelum terbit fajar kecuali Aku
memberikan kesembuhan, tidak ada seorang hamba mukmin yang sedang
kesulitan dan menderita lalu ia memohon kepada-Ku agar dihilangkan
kesulitannya sebelum terbit fajar kecuali Aku menghilangkannya dan
menunjukkan jalannya, tidak ada seorang pun hamba yang sedang dizalimi
lalu ia memohon kepada-Ku agar Aku mengambil kezalimannya sebelum terbit
fajar kecuali Aku menolongnya dan mengambil kezalimannya; Malaikat
terus-menerus berseru hingga terbit fajar.”</em><br />
<br />
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:<br />
<em>”
Jauhilah maksiat pada malam Jum’at, karena pada malam itu keburukan
dilipatgandakan dan kebaikan dilipatgandakan. Baransiapa yang
meninggalkan maksiat kepada Allah pada malam Jum’at Allah mengampuni
semua dosa yang lalu, dan barangsiapa yang menampakkan kemaksiatan
kepada Allah pada malam Jum’at Allah menyiksanya dengan semua amal yang
ia lakukan sepanjang umurnya dan melipatgandakan siksa padanya akibat
maksiat itu.”</em><br />
<br />
Rasulullah saw bersabda: <em> </em><br />
<em>“Sesungguhnya
hari Jum’at adalah penghulu semua hari, di dalamnya Allah azza wa
jalla melipatgandakan kebaikan, menghapus keburukan, mengangkat
derajat, mengijabah doa, menghilangkan duka, dan menunaikan hajat-hajat
yang besar. Hari Jum’at adalah hari Allah menambah jumlah orang-orang
yang dibebaskan dari neraka. Tidak ada seorang pun manusia yang memohon
perlindungan di dalamnya dan ia mengenal hak-Nya serta yang
diharamkan-Nya, kecuali Allah berhak membebaskan dan menyelamatkan ia
dari neraka. Jika ia mati pada hari Jum’at atau malamnya, ia mati syahid
dan membangkitkan dari kuburnya dalam keadaan aman.Tidak ada seorang
pun yang meremehkan apa yang diharamkan oleh Allah dan menyia-nyiakan
hak-Nya, kecuali Allah berhak mencampakkannya ke dalam neraka Jahannam
kecuali ia bertaubat.” </em><br />
<br />
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:<br />
<em>“Tidak
ada terbit matahari yang lebih utama dari hari Jum’at, dan
sesungguhnya pembicaraan burung pun jika ia berjumpa dengan yang lain
pada hari ini, ia mengucapkan salam, salam kebaikan dan kedamaian.”</em><br />
<em>Imam
Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Jika kalian memasuki hari Jum’at,
maka janganlah kalian disibukkan oleh sesuatu selain ibadah, karena
hari itu adalah hari pengampunan bagi hanba hamba Allah; pada hari
Jum’at dan malam Jum’at Allah menurunkan kepada mereka rahmat dan
karunia lebih banyak daripada mengambilnya dalam waktu yang singkat.”</em><br />
<br />
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah pernah bersabda.<br />
<em>“Hari
terbaik di mana matahari terbit di dalamnya ialah hari Jumat. Pada
hari itu, Nabi Adam Alaihis Salam diciptakan, dimasukkan ke surga,
dikeluarkan daripadanya dan kiamat tidak terjadi kecuali di hari Jumat.”</em> [Riwayat Muslim]<br />
<br />
Rasulullah
juga pernah bersabda, “Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian
adalah hari Jumat, maka perbanyaklah sholawat kepadaku di dalamnya,
karena sholawat kalian akan ditunjukkan kepadaku, para sahabat berkata:
‘Bagaimana ditunjukkan kepadamu sedangkan engkau telah menjadi tanah?’
Nabi bersabda: ‘Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan
jasad para Nabi.” (Shohih. HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa’i)<br />
<br />
Keistimewaan
lain hari Jumat adalah saat-saat dikabulkannya doa, yaitu saat-saat
terakhir setelah shalat ashar (seperti yang dijelaskan dalam banyak
hadits) atau di antara duduknya imam di atas mimbar saat berkhutbah
Jumat sampai shalat selesai ditunaikan.<br />
<br />
Semoga ini
menambah kecintaan kita pada hari jumat, bukan menambah ketakutan kita tentang hari yang mulia ini. Kalau Umat Nabi Isa terdahulu punya hari Ahad, Umat
Nabi Musa punya hari Sabtu, nah kita punya hari Jumat. Tapi kenapa hari
libur di negeri ini malah Minggu dan kadang Sabtu juga ikut ya? Sementara
di hari Jumatnya kita ?(terpaksa) sibuk bekerja, hingga sukarlah
melaksanakan sunnah-sunnah tadi.<br />
<br />
<i>dikutip dari berbagai sumber </i>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-6920229278993027292012-05-04T21:56:00.002-07:002012-05-04T21:56:35.203-07:00Mengenal Kata TAQWA<div style="text-align: justify;">
Mendengar kata TAQWA tentu bukan sebuah kata yang asing ditelinga kita, bahkan setiap orang di muka bumi ini sering mendengarnta terutama kita semua sebagai orang Indonesia, terutama umat Islam kata itu merupakan kata yang sering sekali kita ucapkan, bahka prasyarat sebagai seorang pejabat publik pun mensyaratkan TAQWA, dalam setiap sholat jum'at khotib selalu wasiat dengan TAQWA, pertanyaannya sebagaimana kadar ke-TAQWA an kita ? </div>
<br />
<span style="font-size: small;">Dalam Surat Ali Imran : 102, Allah SWT., bersabda : </span><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false"
Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]--><span style="font-size: small;"><span style="font-family: HQPB2; line-height: 115%;"><span></span></span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"><span></span></span></span><div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "(normal text)","serif"; line-height: 115%;"><span dir="LTR"></span><i>" Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. "</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "(normal text)","serif"; line-height: 115%;">bila kita perhatikan dengan seksama ayat tersebut diatas dengan pemahaman bahasa Indonesia bukan dengan bahasa Qur-an atau ilmu alat dan tafsir yang sesungguhnya, sebagai orang awam tentu kita akan mengartikannya dengan membaca arti dari ayat tersebut seperti yang saya tulis diatasmaka akan kita sebuah kalimat yang secara sederhana menggelitik akal sehat kita yakni </span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "(normal text)","serif"; line-height: 115%;"><i>"Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah...", </i>yang diseru adalah orang yang beriman untuk bertaqwa dengan kata lain tak selamanya orang - orang yang beriman (percaya kepada Allah SWT.) itu ber-TAQWA dengan arti kata takwa yang sederhanapula yakni menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan - Nya. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "(normal text)","serif"; line-height: 115%;">Melihat seruan Allah itu saya jadi mengingat dengan kelemahan dan kekurangan diri sendiri memang sebenarnya diri kita ini walau percaya bahwa Allah-lah yang Maha Kuasa, Maha Kasih, Maha Sayang, Maha Mengetahui, Maha Merajai dan Maha dari segala Maha, tapi kita masih ingkar atas segala perintahnya, tentu sebagai orang yang percaya atas segala kekuasan-Nya kita sering kali melupakan perintah Allah, bahkan walau hanya perintah yang tersurat ( dalam Al-Qur'an). </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "(normal text)","serif"; line-height: 115%;">Jika memahami keadaan tersebutwajar kiranya Allah dalam ayatnya menyeru kita semua yang telah percaya akan kekuasaanya untuk selalu memenuhi segala apa yang di perintahkannya dan menjauhi semua yang dilarangnya, belumlah kita bicara dengan perintah Allah yang tersirah atau yang dicontohkan oleh Rosululloh SAW., berapa banyak perintah Allah yang kita khianati ?</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "(normal text)","serif"; line-height: 115%;">Acapkali kita hanya akan bergumam dalam hati bahwa Allah maha pengampun, jadi bila kita berbuat dosa maka Allah akan memaafkannya, atau <i>ohh...ini perintah Allah yang diperuntukan bagi orang yang mampu saja, kita belum mampu, </i>lalu apakah Allah tidak faham dengan keadaan mahluknya sehingga memerintahkan sebuah perintah kepada mahluknya dengan perintah yang tak mampu dilaksanakan oleh kita sebagai mahluknya. Tentu saja tidak dan disini pula fungsi Ikhtiar kita sebagai mahluk dengan berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan segala perintah-Nya tanpa harus pilih-pilih.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "(normal text)","serif"; line-height: 115%;">Memang tak semudah membalik telapak tangan tapi bila ada keinginan disana ada jalan, dan dalam sisi ibadah Allah memang tidak memaksakan, karna Ia hanya memerintahkan sebatas kemampuan kita, tapi bila kita punya keinginan untuk terus meningkatkan kualitas ibadah kita dalam melaksanakan perintah-Nya tentu Allah akan senang, sebagaimana Allah berfirman : <i>"bila engkau berjalan menuju Ku maka aku berlali mendekatimu."</i>, bila kita berusaha keras dalam menjalankan perintahnya maka Allah akan mendekati kita lebih dari usaha kita mendekati-Nya, karena inti dari sebuah ibadah adalah MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "(normal text)","serif"; line-height: 115%;">Dengan ungkapan sederhana dan dari kedangkalan ilmu yang saya miliki saya hanya mampu untuk mengajak semua sahabat yang sudi membaca tulisan ini, mari kita membaca firman Allah yang tersirat dan tersurat, dan berusaha semaksimal mungkin guna melaksanakan perintahnya dari firman-firman itu, Allah telah memberikan kekuatan kepada kita semua tinggal kita memaksimalkan potensi itu untuk beribadah kepadanya dengan melaksanakan segala perintah Allah.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "(normal text)","serif"; line-height: 115%;">Apabila ada kesalahan cara pandang saya mohon maaf dan dengan kerendahan hati mohon koreksi, kepada semua pihak. hanya Allah yang mengetahui kebenaran dan saya mahluknya yang banyak ke khilafan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "(normal text)","serif"; line-height: 115%;">Astagfirullohal'adzim.... </span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "(normal text)","serif"; line-height: 115%;"><i> </i></span></span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-78449546398356684192012-05-04T19:14:00.002-07:002012-05-04T19:14:37.618-07:00Disaat-saat Rasulullah Menangis…<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">Tangis
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam serupa dengan tertawanya, tidak
tersedu-sedu dan tidak berteriak- teriak seperti halnya tertawanya
beliau tidaklah terbahak-bahak namun kedua matanya berlinang hingga
meneteskan air mata, terdengar pada dada beliau desis napasnya.<span id="more-973"></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">Terkadang
tangisan beliau sebagai bentuk ungkapan kasih sayang terhadap orang
yang meninggal atau pula sebagai ungkapan rasa kekhawatiran dan belas
kasih terhadap umatnya dan kadang karena rasa takut kepada Allah atau
ketika mendengar Al-Qur’an. Yang seperti itu adalah tangisan yang timbul
dari rasa rindu, cinta dan pengagungan bercampur rasa takut kepada
Allah.( Zadul Ma’ad 1/183.)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">Abdullah bin Mas’ud menuturkan, Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam bersabda: </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">“<i>Bacakan
(Al-Qur’an) untukku.” Lalu katakan: “Wahai Rasulullah Shalallahu’alaihi
Wassallam, aku baca untuk engkau padahal Al-Qur’an turun kepadamu?”
Beliau berkata: “Ya, Sesungguhnya saya ingin mendengarkannya dari
selainku</i>.”</span><br />
<a name='more'></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">Lalu aku baca surat An-Nisa’ hingga sampai ayat : </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">“<i>Maka
bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan
seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu
(Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">Beliau lantas berkata: “<i><span style="text-decoration: underline;">Ya cukup.” Tiba-tiba air mata beliau menetes</span></i>.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">Demikian pula <i>Rasulullah
Shalallahu’alaihi Wassallam pernah menangis ketika menyaksikan salah
satunya cucunya yang nafasnya sudah mulai terputus-putus dan ketika
putra beliau Ibrahim meninggal, air mata beliau menetes karena belas
kasih beliau kepadanya. Beliau Shalallahu’alaihi Wassallam menangis
ketika meninggalnya Ustman bin Madh’un, beliau menangis ketika terjadi
gerhana matahari lantas beliau shalat gerhana dan beliau nienangis dalam
shalatnya, kadang pula beliau menangis di saat menunaikan shalat malam</i>.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">Diriwayatkan dari Tsabit Al-Bunaniy dari Muthorrif dari bapaknya berkata: <i>Saya
menjumpai Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam sedang dalam keadaan shalat,
terdengar dalam perut beliau Al-Aziz (seperti suara air yang mendidih
dalam Mirjal yaitu bejana) maksudnya beliau sedang menangis</i>. (HR
Ahmad, An-Nasa-i dan Abu Dawud serta Al-Baihaqi dalam Asy-Syu’ab dan
dishahihkan oleh Al-Albani 8 AI-Fath Ar-Rabbani 4/111.)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">Al-Aziz adalah rintihan dalam perut dalam arti lain suara tangis. <i>Al-Mirjal
dengan dikasroh mimnya adalah bejana yang difungsikan untuk mendidihkan
air yang terbuat dari besi, kuningan atau batu. Disebutkan dalarn
Al-Fath Ar-Rabbaniy : Makna ucapan tersebut adalah bahwa isi perut nabi
Shalallahu’alaihi Wassallam mendidih dari sebab beliau menangis dari
rasa takut kepada Allah</i>. (Al Fath Ar Rabbani 4/111)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">Terdapat
dalam suatu riwayat bahwasanya beliau Shalallahu’alaihi Wassallam
mengatakan : Beberapa surat telah membuatku beruban seperti surat Hud,
Al-Waqi’ah, AlMursalaat, Amma Yatasa’alun dan surat Idzassyamsyu
Kuwwirat. (Shahihul-Jami’ no 3723.)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">Adalah
bacaannya Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam bisa membelah hati
seseorang sebagaimana tertera dalam Ash-Shahihain dari Jubair bin
Muth’im, ia berkata : </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">Aku
mendengar Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam membaca surat Ath-Thur
dalam shalat maghrib, tidaklah aku mendengar suara yang paling bagus
dari beliau. Dalam sebagian riwayat lain :</span></i><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;"> Maka tatkala aku mendengar beliau membaca:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">sendiri) ?</span></i><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">” (Ath-Thur: 35)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">Lantas ia mengatakan: <i>Hampir saja jantungku terbang</i>.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">Berkata
Ibnu Katsir Ketika Jubair mendengar ayat tersebut ia masih musyrik
menganut ajaran kaumnya, ia datang di saat terjadinya penebusan tawanan
perang setelah perang badar. Maka cukuplah bagi kamu dengan orang yang
bacaannya punya pengaruh terhadap orang yang getol kepada kekafirannya
dan itulah yang menjadi sebab ia mendapatkan hidayah, oleh karena itu,
sebaik-baik bacaan adalah yang muncul dari kekhusyukan hati. Thawus
berkata: <i>manusia yang paling bagus suaranya dalam membaca Al-Qur’an adalah yang mereka paling takut kepada Allah.</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Dinukil dari buku : Air Mata Iman, Kisah-kisah Salafus Shaleh saat Membaca Al Qur’an, <b>Penerbit : Qaulan Karima,</b> Purwokerto, Judul Asli : Al-Buka’ ‘Inda Qiraatil Qur’ane</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: navy; font-family: Arial; font-size: 8pt;">Dikutip
dari Darussalaf.org offline Penulis: Asy Syaikh Abdullah bin Ibrahim
Al-Haidan Judul: Petunjuk Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam Dalam
Menangis</span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-63839146056602025712012-05-04T19:06:00.003-07:002012-05-04T19:06:45.833-07:00Mengapa Rasulullah dirindukan dan dicintai?<div style="text-align: justify;">
<strong>Oleh: Jalaluddin Rakhmat</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong> </strong> </div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah itu adalah orang yang sangat dicintai oleh para
sahabatnya, umumnya para sahabat mencintai Rasulullah Saw, walau ada
sebagian sahabat yang diam-diam membenci Rasulullah. Tetapi mayoritas
sahabat itu sangat mencintai Rasulullah Saw.<span id="more-308"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Pernah suatu malam Rasulullah mendengar suara beberapa orang di luar
kamarnya, Rasulullah menegur: “Kenapa kalian berkumpul di sini?” lalu
mereka menjawab: “Ya Rasulullah, kami tidak bisa tidur khawatir ketika
kami tidur nanti, orang-orang kafir datang dan membunuhmu.” Mereka
sukarela menjadi satpam Rasulullah Saw, datang sendiri, tidak dibayar.
Tetapi Rasulullah Saw mengatakan, “Tidak, Allah melindungi aku,
pulanglah kamu ke tempat kamu masing-masing.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada seorang pedagang minyak wangi, di Madinah. Setiap kali pergi ke
pasar, dia singgah dulu ke rumah Rasulullah Saw, dia tunggu sampai
Rasulullah keluar. Setelah Rasulullah keluar, dia hanya mengucapkan
salam lalu memandang Rasulullah saja, setelah puas dia pergi. Suatu saat
setelah dia ketemu Rasululllah dia pergi, lalu tak lama kemudian balik
lagi dari pasar dan dia datang kepada Rasulullah Saw dan meminta izin,
“Saya ingin melihat engkau ya Rasulullah, karena saya takut tidak bisa
melihat engkau setelah ini.” Dan Rasulullah mengizinkannya.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Kemudian, setelah kejadian itu Rasulullah tidak pernah melihat lagi
tukang minyak wangi itu. Disuruhnya sahabatnya pergi melihat, ternyata
ia sudah meninggal dunia tidak lama setelah dia pergi dari pasan dan
memandang wajah Rasulullah Saw itu. Lalu kata Rasulullah Saw:
“Kecintaannya kepadaku akan menyelamatkan dia di hari akhirat.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada lagi seorang sahabat Rasulullah bernama Abu Ayyub Al-Anshari.
Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, beliau beristirahat dahulu di
pinggiran kota menginap di rumah Abu Ayyub Al-Anshari. Rumahnya itu dua
tingkat, Abu Ayyub dan istrinya di tingkat atas dan Rasulullah Saw di
bawah. Pada malam hari Abu Ayub dan istrinya tidak bisa tidur karena
mereka takut menggerakkan tubuhnya, semua terbujur seperti sebongkah
kayu menahan dirinya untuk tidak bergerak. Mereka takut kalau bergerak,
nanti debu-debu dari atas itu berjatuhan kepada Rasulullah. Setelah
Rasulullah mengetahui hal itu, beliau sangat terharu lalu kepada Abu
Ayub diajarkan sebuah doa sebagai penghargaan beliau atas cinta yang
tulus dari Abu Ayub.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam perang Uhud, ketika kaki Rasulullah terluka, ada seorang
sahabat melihatnya lalu mengejar Rasulullah. Dia pegang kaki itu lalu
dia bersihkan luka itu dengan jilatannya. Rasulullah kaget lalu berkata,
“Lepaskan! Lepaskan!” Sahabat itu berkata: “Tidak Ya Rasulullah, aku
tidak akan melepaskannya sampai luka ini kering!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada lagi seorang sahabat, yang setelah Rasulullah meninggal dunia,
membanggakan mulutnya yang tidak ada gigi lagi. Saat perang Uhud itu
juga, Rasulullah cedera karena rantai pelindung kepalanya menusuk
pipinya. Lalu seorang sahabat menarik rantai itu dengan giginya, tapi
sebelum rantai itu keluar, seluruh giginya rontok. Dia bangga bahwa
giginya itu berjatuhan karena membela Rasulullah yang dicintainya.
Sehingga menjadi satu kebahagiaan tersendiri. Ini, sekali lagi masalah
cinta, dan cinta itu selalu tidak wajar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada satu contoh lagi kecintaan orang kepada Rasulullah Saw. Menjelang
suatu peperangan, Rasulullah sedang membariskan pasukannya karena
Rasulullah selalu merapikan barisan pasukannya. Ternyata ada seorang
sahabat, mungkin karena perutnya terlalu besar, selalu perutnya itu
berada di luar barisan. Kemudian Rasulullah lewat dan memukul perutnya
itu agar dirapikan dengan barisan. Lalu sahabat itu memandang Rasulullah
dan berkata: “Engkau diutus untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam,
kenapa kau sakiti perutku?” Lalu Rasulullah turun dari kudanya, dan
menyerahkan alat pemukul itu, lalu berseru: “Pukullah aku! Sebagai
qishas atas kesalahanku.” Kemudian orang itu berkata: “Tapi engkau pukul
langsung kepada kulit perutku.” Lalu Rasulullah segera membuka
pakaiannya, tiba-tiba sahabat itu memeluk Rasulullah dan mencium
perutnya. Rasulullah kaget dan berkata: “Ada apa denganmu?” Sahabat itu
menjawab: “Ya Rasulullah, genderang perang sudah ditabuh, mungkin ini
adalah saat terakhir perjumpaanku denganmu. Saya ingin sebelum meninggal
dunia, sempat mencium perutmu yang mulia.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan sahabat itu kemudian gugur di medan perang setelah mencium perut
Rasulullah Saw. Rupanya ini hanya strategi dia agar bisa mencium perut
Rasulullah Saw.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kelak, setelah Rasulullah meninggal dunia, kecintaan para sahabat itu
diungkapkan dengan kerinduan yang luar biasa kepada Rasulullah Saw.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bilal yang selalu adzan semasa hidup Rasulullah tidak mau beradzan
lagi setelah wafat Rasulullah karena Bilal tidak sanggup mengucapkan
“Asyhadu anna Muhammad Rasululah” karena ada kata-kata Muhammad di situ.
Tapi karena desakan Sayyidah Fatimah yang saat itu rindu mendengar
suara adzan Bilal, dan mengingatkan beliau akan ayahnya. Bilal akhirnya
dengan berat hati mau beradzan. Saat itu waktu Subuh, dan ketika Bilal
sampai pada kalimat Asyhadu anna Muhammad Rasulullah, Bilal tidak
sanggup meneruskannya, dia berhenti dan menangis terisak-isak. Dia turun
dari mimbar dan minta izin pada Sayyidah Fatimah untuk tidak lagi
membaca adzan karena tidak sanggup menyelesaikannya hingga akhir. Ketika
Bilal berhenti saat adzan itu, seluruh Madinah berguncang karena
tangisan kerinduan akan Rasulullah Saw.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengapa Rasulullah dirindukan atau dicintai? Itu bukan hanya karena
Allah SWT membuka hati mereka untuk rindu, tetapi karena akhlak
Rasulullah yang menarik kecintaan mereka. Dan akhlak itu adalah Sunnah.
Sekiranya kita mencontoh akhlak beliau ini, pasti kitapun akan dicintai
oleh banyak manusia. Tentu tidak oleh semua manusia, karena Rasulullah
juga tidak dicintai oleh sem ua manusia, tidak dicintai oleh semua
sahabat dan tidak dicintai oleh semua makhluk. Tapi sekiranya kita
mempraktekkan akhlak Rasulullah itu dalam pergaulannya dengan orang
banyak, pasti kitapun akan menjadi manusia, yang dicintai oleh
kebanyakan umat manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>*Potongan dari Ceramah yang disampaikan pada Pengajian Lebak Bulus 8 Mei 2003</strong> </div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-42061757190846657702012-05-04T19:02:00.000-07:002012-05-04T19:02:00.329-07:00Tahukah Kamu, Di Manakah Allah?<div style="text-align: justify;">
<strong></strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada sebuah pertanyaan penting yang cukup
mendasar bagi setiap kaum muslimin yang telah mengakui dirinya sebagai
seorang muslim. Setiap muslim selayaknya bisa memberikan jawaban dengan
jelas dan tegas atas pertanyaan ini, karena bahkan seorang budak wanita
yang bukan berasal dari kalangan orang terpelajar pun bisa menjawabnya.
Bahkan pertanyaan ini dijadikan oleh Rasulullah sebagai tolak ukur
keimanan seseorang. Pertanyaan tersebut adalah “<strong>Dimana Allah?</strong>”.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<span id="more-90"></span>Jika selama
ini kita mengaku muslim, jika selama ini kita yakin bahwa Allah
satu-satunya yang berhak disembah, jika selama ini kita merasa sudah
beribadah kepada Allah, maka sungguh mengherankan bukan jika kita tidak
memiliki pengetahuan tentang dimanakah dzat yang kita sembah dan kita
ibadahi selama ini. Atau dengan kata lain, ternyata kita belum mengenal
Allah dengan baik, belum benar-benar mencintai Allah dan jika demikian
bisa jadi selama ini kita juga belum menyembah Allah dengan benar.
Sebagaimana perkataan seorang ulama besar Saudi Arabia, Syaikh Muhammad
bin Shalih Al-Utsaimin: “Seseorang tidak dapat beribadah kepada Allah
secara sempurna dan dengan keyakinan yang benar sebelum mengetahui nama
dan sifat Allah <em>Ta’ala</em>” (<em>Muqoddimah Qowa’idul Mutsla</em>).</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagian orang juga mengalami
kebingungan atas pertanyaan ini. Ketika ditanya “dimanakah Allah?” ada
yang menjawab ‘Allah ada dimana-mana’, ada juga yang menjawab ‘Allah ada
di hati kita semua’, ada juga yang menjawab dengan marah sambil berkata
‘Jangan tanya Allah dimana, karena Allah tidak berada dimana-mana’.
Semua ini, tidak ragu lagi, disebabkan kurangnya perhatian kaum muslimin
terhadap ilmu agama, terhadap ayat-ayat Allah dan hadits-hadits
Rasulullah yang telah jelas secara gamblang menjelaskan jawaban atas
pertanyaan ini, bak mentari di siang hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Allah bersemayam di atas Arsy</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dimanakah Allah?” maka jawaban yang benar adalah Allah bersemayam di atas <em>Arsy</em>, dan <em>Arsy</em>
berada di atas langit. Hal ini sebagaimana diyakini oleh Imam Asy
Syafi’I, ia berkata: “Berbicara tentang sunnah yang menjadi pegangan
saya, murid-murid saya, dan para ahli hadits yang saya lihat dan yang
saya ambil ilmunya, seperti Sufyan, Malik, dan yang lain, adalah <em>iqrar </em>seraya
bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq selain Allah, dan bahwa Muhammad
itu adalah utusan Allah, serta bersaksi bahwa Allah itu diatas <em>‘Arsy</em> di langit, dan dekat dengan makhluk-Nya” (<em>Kitab I’tiqad Al Imamil Arba’ah</em>,
Bab 4). Demikian juga diyakini oleh para imam mazhab, yaitu Imam Malik
bin Anas, Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi) dan Imam Ahmad Ibnu Hambal
(Imam Hambali), tentang hal ini silakan merujuk pada kitab <em>I’tiqad Al Imamil Arba’ah</em> karya Muhammad bin Abdirrahman Al Khumais.</div>
<div style="text-align: justify;">
Keyakinan para imam tersebut tentunya
bukan tanpa dalil, bahkan pernyataan bahwa Allah berada di langit
didasari oleh dalil Al Qur’an, hadits, akal, fitrah dan ‘ijma.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>1. Dalil Al Qur’an</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah <em>Ta’ala</em> dalam Al Qur’anul Karim banyak sekali mensifati diri-Nya berada di atas <em>Arsy</em> yaitu di atas langit. Allah <em>Ta’ala</em> berfirman yang artinya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Allah Yang Maha Pemurah <strong>bersemayam di atas Arsy</strong>”</em> (QS. Thaha: 5)</div>
<div style="text-align: justify;">
Ayat ini jelas dan tegas menerangkan bahwa Allah bersemayam di atas Arsy. Allah <em>Ta’ala</em> juga berfirman yang artinya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Apakah kamu merasa aman terhadap <strong>Dzat yang di langit</strong> (yaitu Allah) kalau Dia hendak menjungkir-balikkan bumi beserta kamu sekalian sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang”</em> (QS. Al Mulk: 16)</div>
<div style="text-align: justify;">
Juga ayat lain yang artinya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Malaikat-malaikat dan Jibril <strong>naik </strong>kepada Rabb-Nya dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun”</em> (QS. Al-Ma’arij: 4). Ayat pun ini menunjukkan ketinggian Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>2. Dalil hadits</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hadits Mu’awiyah bin Hakam, bahwa
ia berniat membebaskan seorang budak wanita sebagai kafarah. Lalu ia
bertanya kepada Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, maka Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> menguji budak wanita tersebut. Beliau bertanya: <em>“Dimanakah Allah?”</em>, maka ia menjawab: “ <strong>Di atas langit</strong>”, beliau bertanya lagi: <em>“Siapa aku?”</em>, maka ia menjawab: “Anda utusan Allah”. Lalu beliau bersabda: <em>“Bebaskanlah ia karena ia seorang yang beriman”</em> (HR. Muslim).</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> juga pernah bersabda yang artinya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Setelah selesai menciptakan makhluk-Nya, <strong>di atas Arsy</strong> Allah menulis, ‘Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului murka-Ku’ ”</em> (HR. Bukhari-Muslim)</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>3. Dalil akal</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Muhammad Al Utsaimin berkata:
“Akal seorang muslim yang jernih akan mengakui bahwa Allah memiliki
sifat sempurna dan maha suci dari segala kekurangan. Dan <em>‘Uluw</em> (Maha Tinggi) adalah sifat sempurna dari <em>Suflun </em>(rendah). Maka jelaslah bahwa Allah pasti memiliki sifat sempurna tersebut yaitu sifat <em>‘Uluw</em> (Maha Tinggi)”. (<em>Qowaaidul Mutslaa, </em>Bab <em>Syubuhaat Wa Jawaabu ‘anha</em>)</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>4. Dalil fitrah</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Perhatikanlah orang yang berdoa, atau
orang yang berada dalam ketakutan, kemana ia akan menengadahkan
tangannya untuk berdoa dan memohon pertolongan? Bahkan seseorang yang
tidak belajar agama pun, karena fitrohnya, akan menengadahkan tangan dan
pandangan ke atas langit untuk memohon kepada Allah <em>Ta’ala</em>, bukan ke kiri, ke kanan, ke bawah atau yang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun perlu digaris bawahi bahwa pemahaman yang benar adalah meyakini bahwa Allah bersemayam di atas <em>Arsy </em><strong>tanpa mendeskripsikan cara Allah bersemayam</strong>. Tidak boleh kita membayangkan Allah bersemayam di atas <em>Arsy </em>dengan duduk bersila atau dengan bersandar atau semacamnya. Karena Allah tidak serupa dengan makhluknya. Allah <em>Ta’ala</em> berfirman yang artinya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah”</em> (QS. Asy Syura: 11)</div>
<div style="text-align: justify;">
Maka kewajiban kita adalah meyakini bahwa Allah berada di atas <em>Arsy </em>yang berada di atas langit sesuai yang dijelaskan Qur’an dan Sunnah tanpa mendeskripsikan atau mempertanyakan <em>kaifiyah </em>(tata
cara) –nya. Imam Malik pernah ditanya dalam majelisnya tentang
bagaimana caranya Allah bersemayam? Maka beliau menjawab: “Bagaimana
caranya itu tidak pernah disebutkan (dalam Qur’an dan Sunnah), sedangkan
<em>istawa </em>(bersemayam) itu sudah jelas maknanya, menanyakan
tentang bagaimananya adalah bid’ah, dan saya memandang kamu (penanya)
sebagai orang yang menyimpang, kemudian memerintahkan si penanya keluar
dari majelis”. (Dinukil dari terjemah <em>Aqidah Salaf Ashabil Hadits</em>)</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Allah bersama makhluk-Nya</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah <em>Ta’ala</em> berada di atas <em>Arsy</em>, namun Allah <em>Ta’ala</em> juga dekat dan bersama makhluk-Nya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Allah bersamamu di mana pun kau berada”</em> (QS. Al Hadid: 4)</div>
<div style="text-align: justify;">
Ayat ini tidak menunjukkan bahwa dzat Allah <em>Ta’ala</em>
berada di segala tempat. Karena jika demikian tentu konsekuensinya
Allah juga berada di tempat-tempat kotor dan najis, selain itu jika
Allah berada di segala tempat artinya Allah berbilang-bilang jumlahnya. <em>Subhanallah</em>, Maha Suci Allah dari semua itu. Maka yang benar, Allah <em>Ta’ala</em> Yang Maha Esa berada di atas <em>Arsy </em>namun dekat bersama hambanya. Jika kita mau memahami, sesungguhnya tidak ada yang bertentangan antara dua pernyataan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena kata <em>ma’a</em> (bersama)
dalam ayat tersebut, bukanlah kebersamaan sebagaimana dekatnya makhluk
dengan makhluk, karena Allah tidak serupa dengan makhluk. Dengan kata
lain, jika dikatakan Allah bersama makhluk-Nya bukan berarti Allah
menempel atau berada di sebelah makhluk-Nya apalagi bersatu dengan
makhluk-Nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Muhammad Al-Utsaimin menjelaskan
hal ini: “Allah bersama makhluk-Nya dalam arti mengetahui, berkuasa,
mendengar, melihat, mengatur, menguasai dan makna-makna lain yang
menyatakan ke-<em>rububiyah</em>-an Allah sambil bersemayam di atas <em>Arsy </em>di atas makhluk-Nya” (<em>Qowaaidul Mutslaa, </em>Bab <em>Syubuhaat Wa Jawaabu ‘anha</em>) .</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika berada di dalam gua bersama Rasulullah karena dikejar kaum musyrikin, Abu Bakar <em>radhiallahu’anhu</em> merasa sedih sehingga Rasulullah membacakan ayat Qur’an, yang artinya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita”</em> (QS. Taubah: 40)</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Tafsir As Sa’di dijelaskan maksud
ayat ini: “ ’Allah bersama kita’ yaitu dengan pertolongan-Nya, dengan
bantuan-Nya dan kekuatan dari-Nya”. Allah <em>Ta’ala</em> juga berfirman yang artinya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya
kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku qoriib (dekat).
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa
kepadaKu”</em> (QS. Al Baqarah: 186)</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam ayat ini pun kata <em>qoriib</em>
(dekat) tidak bisa kita bayangkan sebagaimana dekatnya makhluk dengan
makhluk. Dalam Tafsir As Sa’di dijelaskan maksud ayat ini: “Sesungguhnya
Allah Maha Menjaga dan Maha Mengetahui. Mengetahui yang samar dan
tersembunyi. Mengetahui mata yang berkhianat dan hati yang ketakutan.
Dan Allah juga dekat dengan hamba-Nya yang berdoa, sehingga Allah
berfirman <em>‘Aku mengabulkan doa orang yang berdoa jika berdoa kepada-Ku’ </em>”.
Kemudian dijelaskan pula: “Doa ada 2 macam, doa ibadah dan doa masalah.
Dan kedekatan Allah ada 2 macam, dekatnya Allah dengan ilmu-Nya
terhadap seluruh makhluk-Nya, dan dekatnya Allah kepada hambaNya yang
berdoa untuk mengabulkan doanya” (<em>Tafsir As Sa’di</em>). Jadi, dekat
di sini bukan berarti menempel atau bersebelahan dengan makhluk-Nya.
Hal ini sebenarnya bisa dipahami dengan mudah. Dalam bahasa Indonesia
pun, tatkala kita berkata ‘Budi dan Tono sangat dekat’, bukan berarti
mereka berdua selalu bersama kemanapun perginya, dan bukan berarti rumah
mereka bersebelahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kaum muslimin, akhirnya telah jelas bagi
kita bahwa Allah Yang Maha Tinggi berada dekat dan selalu bersama
hamba-Nya. Allah Maha Mengetahui isi-isi hati kita. Allah tahu segala
sesuatu yang samar dan tersembunyi. Allah tahu niat-niat buruk dan
keburukan maksiat yang terbesit di hati. Allah bersama kita, maka masih
beranikah kita berbuat bermaksiat kepada Allah dan meninggakan segala
perintah-Nya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah tahu hamba-hambanya yang butuh
pertolongan dan pertolongan apa yang paling baik. Allah pun tahu jeritan
hati kita yang yang faqir akan rahmat-Nya. Allah dekat dengan hamba-Nya
yang berdoa dan mengabulkan doa-doa mereka. Maka, masih ragukah kita
untuk hanya meminta pertolongan kepada Allah? Padahal Allah telah
berjanji untuk mengabulkan doa hamba-Nya. Kemudian, masih ragukah kita
bahwa Allah <em>Ta’ala</em> sangat dekat dan mengabulkan doa-doa kita <strong>tanpa butuh perantara</strong>? Sehingga sebagian kita masih ada yang mencari perantara dari dukun, paranormal, para wali dan sesembahan lain selain Allah. <em>Wallahul musta’an</em>. [Yulian Purnama]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
http://buletin.muslim.or.id/aqidah/tahukah-kamu-di-manakah-allah </div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8817698376036743299.post-57517420510278648512012-05-01T21:41:00.002-07:002012-05-01T21:41:31.589-07:00Cara-cara membersihkan jiwa dan qalbu<div>
<strong><em></em></strong><br />
Dalam hal ini tidak ada cara-cara tertentu yang diperbolehkan selain
cara-cara syariat. Bahkan seluruh syariat Islam, baik yang menyangkut
masalah <em>aqidah,</em> maupun masalah hukum, dari masalah yang paling
besar, hingga masalah paling kecil, semuanya berujung pada, ketakwaan,
pembersihan jiwa dan peribadatan hanya kepada Allah semata.[1]<br />
Penjelasannya adalah melalui contoh-contoh berikut:<br />
<br />
<strong>1- Tauhid merupakan pembersihan jiwa.</strong><br />
Tauhid ialah meng-Esakan Allah dengan melakukan peribadatan dan
penyembahan hanya kepada-Nya saja.2 Segala peribadatan yang berbentuk
permohonan, cinta, takut, tawakal, taat, malu dan lain-lain dari
gerakan-gerakan hati, lidah maupun anggota badan, hanya dipersembahkan
kepada Allah saja, dengan mengikuti ketentuan syariat Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wasallam</em> saja.<br />
Tauhid yang intinya adalah penyembahan hanya kepada Allah saja ini
merupakan penyucian jiwa yang paling besar dan paling penting. Sebab,
itulah tujuan pokok diciptakannya manusia dan jin. Orang yang bersih
tauhidnya adalah orang yang bersih jiwa dan hatinya.<br />
<a name='more'></a><br />
Lawan dari tauhid adalah syirik. Jika tauhid merupakan kebersihan
jiwa yang paling besar, maka kemusyrikan merupakan kotoran jiwa yang
paling besar.<br />
Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> berfirman,<br />
<div class="arab c3" style="text-align: center;">
إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ</div>
“<em>Sesungguhnya, orang-orang musyrik adalah orang-orang yang najis.</em>” (Qs. at-Taubah/9: 28).<br />
Imam Ibnu Katsir <em>rahimahullah</em> dan Imam asy-Syaukani <em>rahimahullah</em> menjelaskan bahwa yang dimaksud najis dalam ayat itu bukanlah najis dalam arti fisik. Tetapi, najis jiwa dan agamanya.[3]<br />
Dengan demikian, jika orang ingin melakukan proses pembersihan jiwa,
maka hal pertama dan paling utama untuk dilakukan adalah membersihkan
tauhidnya dari segala macam syirik. Misalnya, tidak datang untuk meminta
sesuatu kepada dukun atau orang ‘pintar’, tidak meminta-minta kepada
kuburan orang shalih dan tidak ngalap berkah di tempat-tempat keramat
atau kuburan-kuburan yang diagungkan.<br />
<br />
<strong>2- <em>Wudhu’</em></strong><br /><em>Wudhu’</em> juga
merupakan proses penyucian jiwa, di samping membersihkan fisik dari
kotoran yang melekat pada anggota fisik tertentu. Imam Nawawi <em>rahimahullah</em>, dalam <em>Riyadhus Shalihin</em>,[4] membawakan satu ayat tentang keutamaan <em>wudhu’</em> ini, yang artinya:<br />
“<em>Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melaksanakan
shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan usaplah
kepalamu, dan basuhlah kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu
junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan, maka jika kamu
tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang suci; usaplah
wajahmu dan tanganmu dengan debu itu. Allah tidak ingin menyulitkan
kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni’matNya
bagimu, agar kamu bersyukur.</em>” (Qs. al-Ma’idah/5: 6).<br />
Beliau juga membawakan hadits-hadits yang menjelaskan bahwa barangsiapa ber-<em>wudhu</em>‘
dengan benar dan baik, maka kotoran-kotoran jiwanya, berupa dosa dan
kesalahan-kesalahannya akan lenyap. Di antaranya sabda Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wasallam</em>,<br />
<div class="arab c3" style="text-align: center;">
مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ، خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ جَسَدِهِ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ أَظْفَارِهِ. رواه مسلم</div>
“<em>Siapa yang ber-wudhu’, dan ia memperbagus wudhu’-nya, maka akan
keluar kesalahan-kesalahan dirinya dari jasadnya hingga keluar pula
melalui bawah kuku-kukunya.</em>” (HR. Muslim).[5]<br />
Jadi, kegiatan ibadah <em>wudhu</em>‘-pun sebenarnya merupakan pembersihan jiwa dari kotoran-kotoran dosa.<br />
Demikian pula <em>tayamum</em> serta mandi besar, baik mandi <em>junub</em>, mandi Jumat maupun mandi hari raya. Tentu dengan syarat ikhlas dan diniatkan sebagai peribadatan sesuai dengan tuntunan Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wasallam</em>.<br />
<br />
<strong>3- Shalat</strong><br />
Shalat juga merupakan pembersihan serta penyucian jiwa. Karena shalat
itu dapat menyingkirkan kotoran-kotoran yang berupa perbuatan keji dan
munkar.<br />
Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> berfirman,<br />
<div class="arab c3" style="text-align: center;">
إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ</div>
“<em>Sesungguhnya, shalat akan mencegah perbuatan keji dan munkar.</em>” (Qs. al-’Ankabut/29: 45).<br />
Sesungguhnya, di dalam shalat terkandung tiga unsur penting: ikhlas, takut kepada Allah, dan zikir serta mengingat Allah.<br />
Unsur ikhlas akan mengendalikan pelakunya untuk berbuat kebaikan.
Sedangkan unsur takut kepada Allah akan menghalangi pelakunya dari
perbuatan munkar. Adapun unsur dzikir serta mengingat Allah akan
menjadikannya selalu waspada untuk tidak terjerumus ke dalam kejahatan.<br />
Shalat juga merupakan hubungan antara seorang hamba dengan Allah.
Pelakunya akan merasa malu ketika menghadap Allah, sedangkan ia membawa
dosa-dosa besar serta perilaku-perilaku keji.[6]<br />
Maka untuk menyucikan jiwa, cukuplah seseorang melaksanakan shalat dengan ikhlas, benar dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wasallam</em>.<br />
<br />
<strong>4- Zakat</strong><br />
Zakat yang merupakan salah satu rukun Islam, juga ibadah yang
membersihkan jiwa. Zakat ini akan dapat membersihkan jiwa dari sifat
kikir dan bakhil, serta membersihkan diri dari dosa-dosa.[7]<br />
Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> berfirman,<br />
<div class="arab c3" style="text-align: center;">
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ
وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ
وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ</div>
“<em>Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan
menyucikan (jiwa) mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya,
doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha
Mendengar, Maha Mengetahui</em>.” (Qs. at-Taubah/9: 103).<br />
Zakat Fitri, <em>shadaqah-shadaqah</em> lain, serta infak, baik wajib
maupun sunat, semuanya juga merupakan ibadah yang membersihkan jiwa dan
harta dari kotoran-kotaran dosa.<br />
<br />
<strong>5- Demikian pula ibadah puasa, haji serta menyembelih hewan korbanpun adalah amaliah ibadah yang membersihkan jiwa.</strong><br />
Bahkan, seluruh <em>syi’ar</em> yang disyariatkan dalam Islam adalah
amal ibadah yang berfungsi membersihkan jiwa menuju kebaikan, ketakwaan
serta peribadatan kepada Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> saja.<br /><strong><br />Penutup</strong><br />
Berdasarkan pemaparan singkat di atas, dapat dipahami bahwa
pembersihan jiwa hanya dapat terwujud dengan memahami dan mengamalkan
ajaran-ajaran Islam secara benar, mulai yang paling pokok hingga
menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan.<br />
Barangsiapa yang menjalankan ketetapan-ketetapan Islam sesuai dengan tuntunan Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wasallam</em>,
berarti ia selalu membersihkan jiwanya. Dan barangsiapa yang enggan
mengamalkan ajaran Islam atau mengamalkannya tetapi tidak berpedoman
pada tuntunan Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wasallam</em>, berarti ia adalah orang yang mengotori jiwanya. Bahkan, barangsiapa yang berusaha membersihkan dan menyucikan jiwa serta <em>qalbu</em>-nya, tetapi tidak berdasarkan syariat Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wasallam,</em>
berarti ia justru sedang mengotori jiwanya. Sebab, syariat Islam adalah
syariat yang sudah sempurna dan lengkap, tidak memerlukan penambahan,
apalagi pengurangan.<br />
Maka, “<em>Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang yang mengotori jiwanya</em>“.(Qs. asy-Syams: 9-10).<br />
Ya Allah, bimbinglah kami menjadi orang-orang yang bersih jiwanya dan jadikanlah sebagai orang-orang yang beruntung. <em>Wallahu Waliyyu at-Taufiq.</em><br />
<br />
Penulis: <a href="http://konsultasisyariah.com/wp-admin/www.UstadzFaiz.com" target="_self">Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin</a><br />Artikel <a href="http://www.pengusahamuslim.com/" rel="nofollow">http://www.PengusahaMuslim.com</a><br />
<br />
Catatan kaki:<br />
[1] Al-Hilaly, Salim bin ‘Id, Syaikh, <em>Manhaj al-Anbiya’ Fi Tazkiyati an-Nufus</em>. Op.Cit. h.59 dst.<br />
[2] Lihat Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih, Syaikh, <em>Syarh Tsalatsah al-Ushul</em>, <em>I’dad</em>: Fahd bin Nashir as-sulaiman, Riyadh, Daar ats-Tsurayya, cet. III, 1417 H/1997 M, hal. 39<br />
[3] Lihat <em>Tafsir Ibnu Katsir</em>, juz II, dan <em>Tafsir Fathu al-Qadir</em> juz II, QS. At-Taubah: 28<br />
[4] Lihat <em>Riyadhus-Shalihin</em>, Daar Ihya’ at-Turats al-’Arabi & Maktabah al-Ghazali, Beirut, tanpa tahun, bab: Fadhlu al-Wudhu’, hal. 411 dst.<br />
[5] An-Nawawi, <em>Shahih Muslim Syarh an-Nawawi</em>. Op.Cit. III/127, no. hadits: 577.<br />
[6] Lihat al-Hilaly, Salim bin ‘Id, Syaikh, <em>Manhaj al-Anbiya’ Fi Tazkiyati an-Nufus</em>. Op.Cit. h. 63-64.<br />
[7] Al-Hilali, Salim bin ‘Id, Syaikh, <em>Bahjatu an-Nazhirin Syarh Riyadh ash-Shalihin</em>, KSA, Daar Ibni al-Jauzi, cet. V, J. Ula, 1421, juz II, hal. 346.<br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10277361579031196175noreply@blogger.com0